Chapter 16 : To stand in your feet

49 10 3
                                    

Suara riuh redam keramaian pasar mulai terdengar. Stu mengamit lenganku dan Pip dengan wajah riang saat kami hendak berbelok di pertigaan terakhir sebelum akhirnya kami berbaur dalam hiruk pikuk keramaian pasar yang langsung mengahapus senyumannya tadi menjadi ekspresi cemas.

"Awas terinjak kawan-kawan," bisiknya sambil menatap ngeri pada orang-orang yang berlalu-lalang disisi kanan, kiri, serta depan dan belakang kami yang hampir seluruhnya bertubuh lebih tinggi dengan sepatu-sepatu yang dihentakkan keras-keras ke tanah.

"Astaga, aku tahu ini memang pasar sentral untuk masyrakat kota tapi biasanya pengunjungnya tidak sebanyak hari ini," gerutu Pip sambil tersengal-sengal.

Aku tahu ada yang tidak beres.

"Kau tak apa Pip?," tanyaku terseok-seok akibat diseret Stu.

"Kita tidak boleh berhenti di tengah jalan, nanti kita bisa terinjak," geramnya seolah-olah aku dan Pip adalah anak yg bergantung padanya karena tubuhnya jauh lebih besar. "Asal kalian tahu, Chest Market Yellow Zone 2 yang sering kukunjungi bersama nenek bahkan lebih mengerikan lagi, penuhnya bukan main dan banyak sekali pencuri dan pembunuh di jalanannya."

"Aku pernah kesana beberapa kali bersama Miss Anna. Memang mengerikan, pengemis-pengemis disana juga kebanyakan memiliki penyakit aneh dan sering menarik paksa baju orang-orang yang lewat untuk mendapatkan uang," timpal Pip, nafasnya sudah mulai kembali normal karena jalanan yang kami lewati sekarang tidak sepadat tadi.

Kawasan yang kami lewati tadi memang sangat padat karena disanalah para pedagan roti, sayuran, bumbu, dan rempah-rempah masakan, serta ikan, dan unggas siap potong banyak membuka stand.

"Dan jangan lupakan para prajurit yang diam-diam meminta upeti secara paksa untuk uang taruhan judi mereka," cibir Stu masam.

Pip mengangguk-anggukan kepalanya tanda bahwa ia sangat setuju. "Iya, parah sekali, sepertinya kita cukup beruntung karena Yolk Market terlihat lebih aman."

"Kita hanya sedang sial karena memilih waktu yang salah untuk merayakan ulang tahun," timpal Stu sambil menyeringai kepadanya. "Ayo tunjukan jalannya pemimpin."

Tiba-tiba jalanan yang kami lalui menjadi penuh kembali setelah sebuah kereta kuda besar berhenti dan menurunkan banyak sekali penumpang dari dalamnya yang langsung menghambur ke jalanan. Lagi-lagi kami mulai berjalan berhimpit-himpitan, orang-orang berjalan terlalu cepat dan kami takut terpisah sehingga kami saling memeluk pinggang satu sama lain dan berjuang agar tidak terinjak.

Pip akhirnya mengarahkan kami pada gerobak penjual air limun disisi kiri jalan dan membelikan kami masing-masing satu gelas kecil yang harganya 1 koin perunggu, aku tahu harganya adalah 1 koin perunggu karena ada angka 1 dan simbol mata uang perunggu ditulis pada kain yang diikatkan di depan gerobaknya.

Limun itu rasanya manis dan menyegarkan, aku menyesapnya sampai mengeluarkan suara dan Pip menggeleng-geleng sambil menuangkan sebagian air limun dari gelasnya ke dalam gelasku.

Saat aku sedang mengedarkan pandangan ke sekeliling selagi menunggu Pip mengembalikan gelas kami, mataku menangkap sebuah gambar sapi yang tampak bagus dikaca jendela sebuah toko disebrang jalan yang didepan pintu kacanya tertulis kata "Meat & Chicken Ted's and son".

Tiba-tiba aku langsung teringat pada Wanda yang menggerutu tadi pagi karena tidak bisa makan sosis sapi, aku berpikir dia pasti senang jika aku membelikannya sedikit daging sapi saat pulang nanti supaya dia mau membantuku membuat puding untuk ulang tahun Pip.

Aku menarik ujung baju Stu yang berdiri disebelahku, dia terlihat tengah meneliti buku sketsanya dengan wajah serius.

"Bisakah kita mampir sebentar kesana?," pintaku. Aku pun menunjuk tempat yang kuduga kuat adalah toko daging tersebut dengan pandangan memelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

letter P.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang