Ironi Rasa Ini

227 6 0
                                    

Aku membohongi logika,
Aku lupa diri,
Aku melupakan waktu setiap ingat tentangmu.
Aku masih punya rasa padamu.
Dan aku berusaha menahan itu.

Sungguh aku lelah,
Aku tidak mau terus bertahan pada kebodohan yang ditutupi dengan kata kesetiaan.

Wajar bukan?
Kau hanya pencuri hatiku, bukan pemilik untuk selamanya.
Kau belum menjadi rumah dan bisa jadi tidak akan.

Lalu, apa pantas aku terus setia untuk seseorang yang telah memberiku luka?
Alih-alih merasa sabar,
Aku malah merasa tertampar akan penghinaan sajak dan puisi yang mencoba menguatkan hati.

Dulu aku masih menunggu
Mencoba bersabar dan berharap.
Namun kini aku beranjak pergi dan kembali mulai memperbaiki diri.
Bukan, sejujurnya aku ingin melarikan diri dari rasa ini.
Rasa yang menghantui diri dan enggan membuatku bangkit, malah membuat hati senantiasa terjepit oleh kenangan yg rumit.

Dan hal yang patut dilakukan,
Aku melarikan diri dengan mendekatkan hidupku pada Sang Maha Pemilik Hati.
Berusaha menjauhkan diri dari apapun yang membuatku mengingatmu.

Setiap kali, aku ingat padamu.
Aku mulai mengingat sang illahi,
Untuk menyakini hati bahwa kamu belum jadi sesuatu yang resmi.
Dan untuk mencegah diriku dari dosa yang dilakukan seorang diri.

Karena pada saat ini, lebih baik aku mencintai Sang Maha Pemilik Hati.
Menguatkan diri, menghapuskan rasa cinta yang belum resmi.
Atau aku harus terus berdo'a agar kita menjadi resmi?
Tidak, kita tidak yakin.
Dimana aku tidak yakin pada diriku dan kamu yang tidak yakin akan do'aku.

Binjai, 080319

Kumpulan SajakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang