16- Menjemput Kematian 🌚

4.3K 488 120
                                    

Darah disana sini, mengalir deras seperti guyuran hujan disertai petir.











Dohyon merasakan bahwa banyak darah disekelilingnya, membelenggunya seperti lautan yang mungkin menenggelamkan.











Matanya ia pejamkan erat-erat, tangannya yang penuh darah ia pakai untuk membekap mulut dan hidungnya sendiri.











Anyir dimana-mana, kaki Dohyon yang lemas mulai digenangi darah, terus naik melewati mata kakinya, lalu menenggelamkan separuh badannya, terus naik, sampai pada leher-











"No!" Pekik Dohyon refleks, ia terbangun dari mimpi buruknya.











Nyatanya, ia sedang berbaring di ranjang yang ada dalam kamar Hangyul.











Dengan sipemilik kamar yang merengkuhnya dalam dekapan hangat yang menyamankan.











Pakaiannya yang terkena darah telah berganti, juga tangannya yang semula kotor kini sudah bersih kembali.












"Kau tak apa?" Tanya Hangyul sambil memundurkan kepala agar ia dapat melihat wajah Dohyon sepenuhnya.











Tatapan yang lebih muda terpaku pada objek hidup dihadapannya.












Dohyon lega sekaligus ketakutan melihat Hangyul dan dirinya kini berada dalam satu ruangan tanpa yang lainnya.











"Hei," Panggil Hangyul, tangannya yang besar mengusap pelan salah satu pipi Dohyon.











"Aku pengen muntah," Bisik Dohyon akhirnya, merasakan mual diperutnya terus naik sampai kedadanya.











Setelahnya, bocah itu berlari menuju kamar mandi, memuntahkan isi perutnya yang hanya mengeluarkan air pahit.











Mata Dohyon berkunang, Hangyul memijat tengkuknya dari belakang.












"Sudah, sudah," Pinta Dohyon pelan. Ia menuju wastafel tempat sabun, sikat gigi dan alat mandi lain. Membilas mulutnya sehabis muntah.











Hangyul menemaninya dalam diam, berjaga dibelakang tubuh Dohyon, mungkin saja bocah itu limbung akibat perut kosong.











Ia berlutut didepan Dohyon yang duduk disisian ranjang, "Kau mau kubuatkan cokelat panas? Atau roti untuk mengisi perutmu? Perlukah kita makan sekarang?" Tanya Hangyul beruntun, menjejali Dohyon dengan pertanyaan tanpa memberinya waktu jeda untuk sekadar menjawab.











"Tidak, tidak, aku tidak ingin apapun," Jawab Dohyon pelan, kembali membaringkan badannya yang lemas ke atas ranjang.











Hangyul duduk ditepi ranjang, lalu Dohyon menarik kaosnya pelan, "Sini, peluk aku seperti tadi," Mohonnya lirih.












Yang lebih tua menurut, kembali berbaring miring menghadap Dohyon.











"Peluk aku seperti tadi, usap punggungku juga," Tuntut Dohyon terdengar seperti ocehan.











Darkest Kingdom (PRODUCE X 101)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang