Part 5

61.8K 1.3K 16
                                    

I'm come back...
Semoga pemanasan otak ku kali ini membuat kalean puas yo baca ceritanya.

Langkah kaki bergema saat sepatu Diana beradu dilantai. Sebelum Diana masuk, dia melihat motor Lillo -adik laki-laki Diana- terparkir berantakan di depan. Adik laki-laki yang sangat labil, dan selalu meminta Diana menjadi pemberi solusi semua masalahnya, terutama tentang cinta pertamanya. Padahal banyak wanita di luar sana yang bisa dia pilih. Namun entah mengapa cintanya pada wanita yang tidak Diana tahu identitasnya itu, terlalu besar. Sehingga Diana melihat Lillo jadi terkesan mengemis.

Terlihat Lillo berbaring di salah satu sofa di ruang tengah dengan meletakkan lengannya di kening dengan mata terpejam. Seragam sekolah yang terlihat berantakan.

"Ada apa?" Diana meletakkan tasnya di meja. Duduk dan melepaskan sepatu. Lillo masih tak bergeming.

"Masalah wanita lagi?" Kali ini Diana tidak menebak. Sudah terlihat jelas dia sedang patah hati.

"Jangan membuang-buang waktu mu, Lillo!"
adik kecilnya yang kini sudah tumbuh dewasa masih enggan untuk bicara.

Diana tak akan menunggu hingga Lillo akan benar-benar bicara. Saat dia hendak beranjak, Lillo akhirnya buka suara.

"Diana, apakah kau sangat patah hati saat mengetahui Dean menikah dengan wanita lain, bukannya dengan diri mu?"

Diana membalikkan badan menatap Lillo yang terlihat sangat putus asa, lebih tepatnya putus cinta. Diana kembali mendudukkan diri di samping Lillo dan menyandarkan bahunya pada sandaran sofa.

"Apakah saat itu aku terlihat patah hati?" Diana menatapnya dan tersenyum.

"Kau tidak mencintainya?" Wajahnya ditekuk, adik kecilnya terlihat lucu saat cinta mempermainkan perasaannya, dia sungguh terlihat lemah.

"Sangat, tapi itu dulu. Sungguh itu hanya membuang-buang waktu. Kau tahu, papa tidak membesarkan kita hanya untuk memikirkan cinta. Bagaimana kau akan memimpin jantung perusahaan, hanya karena cinta kau lemah."

"Tapi aku melihat sendiri bagaimana papa mencintai mama."
Lillo sungguh masih polos. Benar-benar belum mengerti mengontrol perasaan dan cintanya.

"Cinta itu harus saling memperjuangkan. Jika hanya kau yang berjuang, itu hanya omong kosong. Aku pikir kau harus lebih banyak belajar lagi Lilloku, sayang." Diana mengacak-acak rambutnya, hal yang suka dia lakukan jika Lillo terlihat menggemaskan. Diana bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar. Tentu saja Lillo tidak suka saat kakaknya menganggap dan memperlakukannya seperti anak kecil.

Semenjak hari itu Lillo lebih sering pulang kerumah Diana. Dia masih terlihat belum move on.
Namun kali ini pembicaraan mereka membuat Diana marah.

"Kenapa jadi mencampuri urusan asmaraku." Diana tidak suka jika Lillo terlalu jauh mencampuri urusan pribadinya. Selama ini Lillo yang meminta Diana mendengarkan masalahnya. Tapi hanya sebagai pendengar, tidak saling berbagi rahasia. Jika Diana tahu rahasia Lillo, itu Lillo sendiri yang menginginkannya.

"Dean sangat mencintaimu, Diana. Kalian sangat cocok."

"Kau ingin aku jadi yang kedua?" Lillo baru menyadari jika Diana menikah dengan Dean, maka kakaknya harus siap jadi istri kedua. Terlihat wajahnya bingung, namun Lillo berhasil menenangkan pikirannya.

"Kau akan jadi satu-satu miliknya, Diana. Dean akan menceraikan istrinya."

Sehari sebelum Lillo menemui Diana. Dia bertemu dengan Dean disebuah cafe, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Raisa bergelayut manja dilengan Dean. Dan hatinya kembali hancur tak berbentuk saat tahu Dean adalah suami Raisa. Melihat Lillo masih mencintai Raisa, Dean tidak membuang kesempatan.

Awalnya Diana berencana akan memberitahu Lillo mengenai pernikahannya, namun segera ia urungkan.

"Aku tidak tahu apa yang di janjikannya pada mu. Hingga kau rela menukarnya dengan kakak mu yang manis ini," Diana tertawa melihat Lillonya merengut. Sepertinya usaha dia kali ini akan gagal.

Diana meraih gadgetnya dan berjalan menuju taras. Dia mencoba menghubungi seseorang. Tidak menunggu lama, panggilan itu tersambung.

"Sepertinya aku punya harapan besar, saat kamu menghubungiku lebih dulu, sayang," ucap Dean dari seberang telepon.

"Aku tak suka berbasa basi. Aku tak ingin memuji usahamu karena sudah mencoba memengaruhi Lillo. Aku hanya ingin memberitahu bahwa usahamu hanya sia-sia."

Terdengar Dean tertawa renyah.
"Honey, aku masih memiliki seribu cara untuk membuat mu kembali padaku. Bersiaplah," ucap Dean penuh percaya diri.

"Apa kau sedang berdongeng. Sayangnya aku belum ingin tidur sekarang. Silahkan terus bermimpi."

"Oh honey, kata-kata mu terdengar mengalun merdu di telingaku."

Diana tersenyum licik mendengar omong kosong Dean. Sesungguhnya dia kasian dengannya, dia terlalu mendambakan dirinya. Hingga melupakan harga diri sebagai lelaki. Menyedihkan melihat Dean sedang menjilat ludahnya sendiri.

Diana dikegetkan dengan pelukan tangan kekar dari belakang. Orang itu semakin mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya keceruk leher Diana. Sentuhan itu menciptakan desiran halus. Pria itu tahu betul area yang mampu menggetarkan wanita.

"Jaga sikapmu, Jack. Ada Lillo di dalam," ucap Diana dengan lembut.
Perlahan pelukan itu melonggar, Jack membalikkan tubuh Diana, menatap wajah yang tak pernah pudar kadar kecantikannya. Apalagi seperti saat ini, dengan rambut yang di ikat asal, dangan menggunakan baju tidur bahan satin yang menggoda pandangan. Dimata Jack, semua yang digunakan Diana akan terlihat indah dan sexy.

"Kau tahu, rasanya aku ingin menikahimu sekarang. Kau menyiksaku, Diana."
Diana tersenyum, sepertinya akan menarik jika dia sedikit menyiksanya. Segera ia lingkarkan tangannya di leher Jack, mendekatkan tubuhnya lebih dekat. Hingga dia bisa mendengar deru nafas yang bertalu dan mencium maskulin tubuh pria itu yang cukup menggoda. Jack terlihat sedikit gugup dan berusaha menguasai diri. Sungguh Diana menikmati ketegangan di wajah Jack yang berusaha dia tutupi.

"Sayangnya kau masih harus menunggu, Jack." bisik Diana di telinganya. Diana bisa mendengar jantung Jack berdetak lebih cepat. Saat Diana menjauhkan wajahnya dari telinga Jack, Jack langsung melingkarkan tangannya dipinggang Diana dengan posesif dan menarik tubuh itu hingga menghempas lembut di tubuhnya. Sesuatu yang kenyal menempel lembut di dada kekar milik Jack. Apalah daya, Jack hanya bisa menikmati sebatas ini saja, setidaknya untuk saat ini.

"Kau sudah membangunkan macan tidur, Diana," tatapan elangnya menghunus netranya. Dia mendekatkan wajahnya, Diana sengaja membuka bibirnya agar terlihat menggoda. Jack sangat bersemangat meraih bibir ranum itu yang tidak terpoles lipstik. Saat bibirnya hampir mendarat, terdengar Lillo berdehem. Sontak Jack menarik diri, Diana masih menatapnya tersenyum penuh kemenangan. Sebelumnya Diana sudah tahu, dari tadi ada sepasang mata mengamati mereka.

"Sudah sangat malam, sudah waktunya kami istirahat." Terdengar nada tidak bersahabat dari Lillo. Tentu dia tidak menyenangi Jack. Karena saat ini niatnya adalah menyatukan Diana kembali pada Dean.

"Tidak lama lagi aku akan memangsa mu Diana, hingga kau tak akan berhenti menyeru nama ku." Ucap Jack sebelum pergi.

"Aku akan menunggu saat itu." Diana menolehkan wajah dan nenyunggingkan seulas senyum.
Diana melihat Lillo menatapnya tanpa berkedip. Namun Diana mengabaikannya berlalu begitu saja dihadapannya. Lillo segera menyusul Diana.

"Sejak kapan kau memiliki hubungan dengannya? Dia pria brengsek, aku tidak menyenanginya." Langkah Diana terhenti namun enggan menoleh ke arah Lillo yang berada di belakangnya.

"Aku tidak meminta persetujuan mu Lillo. Dan satu lagi, biasakan dirimu pada Jack. Dia akan menjadi kakak iparmu." Diana yakin Lillo sangat terkejut dengan ucapannya. Hingga Diana masuk ke kamar, Lillo masih mematung ditempatnya.

.
.
.
Author belum dapat Visual Karakternya ne. Jadi berhayal dulu aja gimana wajah para pemeran di tokoh ini.
😆

Ekspektasi Author untuk pemeran Diana, Jack dan Dean terlalu tinggi jadi sulit nemu yang cocok. 😩

O IYA JANGAN LUPA YA
TEKAN BINT🌟NGNYA
GRATISSS GAK DI PUNGUT BIAYA..

👇
🌟

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang