warning...!!! ⚠
🔞+
.
.
.
.
📚
Diana Humprey Bogart, hampir semua pria menggilainya. Wanita yang memiliki bentuk tubuh sempurna, namun dingin tak tersentuh. Keangkuhan yang dimilikinya, menjadi daya tarik tersendiri di mata para lelaki.
Hanya ada s...
Padahal aku gak gak marah loh kalau kalian komen di ceritaku ini. Itung-itung kita bisa tukar pikiran. Kalau ada salah di ceritaku jangan sungkan komen. Aku jadi serasa malaikat yang sempurna ditiap tulisannya. Kalau punya ide kedepannya cerita ini mau kayak gimana, dipersilahkan sumbangsih idenya.
Reader : Ini author banyak banget maunya. 😧
Autor : Ya udah, aku mintanya cuma satu aja. Vote dan komen aja ya di tiap ceritaku.😍
Siapa yang rela jika istri yang dicintai harus kencan dengan pria lain secara romantis. Sebagai suami, Jack belum melakukan kencan romantis dengan Diana. Memang Diana melakukannya semata-mata untuk bisnis. Itulah Jack, pria egois tak ingin miliknya di sentuh apalagi dilihat pria lain dengan nafsu.
"Dasar laki-laki, tidak bisa melihat wanita sexy. Kenapa aku jadi mengatai spesies ku sendiri!" Umpat Jack kala sendiri menunggu kedatangan Diana.
Jack kembali teringat percakapan terakhir mereka sebelum Diana dijemput oleh Virendi sialan itu.
"Mengingat namanya saja tangan ini sudah gatal ingin menghajar wajah mesumnya itu. Bagaimana matanya menjelejahi tubuh indah istriku. Rasa ingin ku kuliti saja kulit pucatnya itu dan menggantungnya di ujung menara Effiel." Gerutu Jack dalam hati.
"Biarkan aku ikut sayang. Aku akan menjaga jarak. Aku harus memastikan kamu baik-baik saja."
Jack tak ingin tangan kotor Virendi menyentuh wanitanya. Apalagi melihat pakaian Diana cukup mengekspos bagian atas tubuh Diana. Jack saja rasanya ingin mengoyak baju itu sekarang jika tak mengingat Diana akan pergi dinner dengan Virendi itu.
"Jangan merusak yang sudah terencana Jack." Diana masih mematut diri di depan cermin.
"Jangan biarkan dia menyentuh yang bukan haknya." Tangan Jack melingkar dipinggang ramping Diana, mendekatkan ketubuhnya. Mengecup pelan pundaknya yang terekspos sempurna. Wanita nya itu selalu membuat gairah Jack membara.
"Kita bisa melanjutkan setelah aku pulang."
Kecupan singkat di kening Diana menghantarkan wanita itu bertemu Virendi. Rasanya Jack tak sudi menyebut nama pria yang sering dipanggilnya 'si sialan' itu.
Jack sungguh tidak tenang setelah kepergian Diana. Berkali-kali melihat jam yang melingkar ditangan. Untuk menunggu satu jam saja, rasanya sudah se-abad. Akhirnya Jack memutuskan untuk pergi ke longue yang berada di hotel ini. Sesampainya di sana dia memesan segelas vodka. Musik mengalun lembut memenuhi ruangan yang cukup ramai pengunjung. Minuman masih belum bisa mengalihkan pikiran pada wanitanya itu. Seharusnya ini merupakan honey moon yang indah baginya.
Terlihat seorang wanita yang sedari tadi memperhatikan Jack berjalan mendekat. Mengambil posisi duduk tepat di sebelah kanan Jack. Jack yang masih kalut dengan pikirannya, tidak memperdulikan siapa yang duduk disampingnya. Wanita itu mengeluarkan sebatang sigaret dari dompet kecil yang disebut minaudiere.
"Maaf, apa anda memiliki api?" Ucapnya dengan menunjukkan sigaret yang diapit dengan dikedua jarinya.
Jack langsung mengeluarkan korek api dari saku celananya, menyalakannya tepat diujung sigaret yang sudah menempel indah di bibir sexy wanita itu. Dengan sekali hisapan, mengumpulkan asap di rongga mulutnya dan menghembuskan perlahan tepat di wajah, Jack. Seketika mata Jack terpejam merasakan asap sigaret menyapu lembut wajahnya. Seulas senyum terbit dari bibir wanita itu.
Jack mengulurkan tangannya, "Jack."
Wanita itu membalas, "Roselna."
"Nama yang cantik." Roslena, menyunggingkan senyum tanpa mengalihkan tatapannya yang dalam pada Jack.
"Tidak baik memikirkan hal lain di tempat seindah ini. Apalagi hingga tidak menyadari bahwa pemilik hotel ini sedang memberikan view indah dan pelayanan terbaiknya dengan mengunjungi langsung tamunya."
"Apakah aku sedang berbicara dengan pemilik hotel indah ini?"
"Haruskah aku katakan sekali lagi?"
Seorang waitress menghidangkan segelas vodka pada Roselna. Bibir indah itu menyesap perlahan minumanya. Mata Jack perlahan mengikuti gerak Roselna. Sebagai pria normal, dia tidak bisa memungkiri indahnya ciptaan Tuhan yang satu ini. Namun penampilannya malam ini sungguh jauh dari kata glamor. Rambut yang dibiarkannya terurai, mini dress biru dongker menempel indah mengikuti lekuk tubuhnya dan stoking hitam berjaring yang menampakkan kulit putih yang sedikit pucat namun terlihat sexy.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa saat mereka terlibat dalam percakapan, mereka terlihat seperti sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Sehingga mampu membuat Jack melupakan sesaat resahnya.
"Aku tak menyangka, pemilik hotel ini merupakan orang yang rendah hati."
"Aku tidak menerima pujian, Jack."
"Baiklah, akan aku tarik kembali kata-kata ku."
"Tak semudah itu, kau harus mentraktirku minum malam ini."
"Dengan senang hati."
Entah sudah berapa gelas Vodka yang mereka habiskan. Hingga membuat Jack mabuk berat. Seorang pelayan, memapah Jack masuk kesebuah kamar hotel. Membaringkan Jack di tempat tidur yang cukup luas itu. Roselna memberikan selembar uang dolar pada pelayan itu dan menutup pintu, tak lupa ia menguncinya.
Lembut tangan Roselna menyapu wajah tegas, Jack. Merasa ada yang menyentuhnya, Jack berusaha membuka mata yang terasa berat.
"Diana." Jack langsung menarik tubuh Roselna kepelukannya. Wanita itu menbiarkan Jack mengira dirinya adalah wanita yang dipanggilnya Diana. Karena dari awal dia melihat Jack. Dia sudah menginginkannya.
Tanpa Jack sadari, dia telah menghabiskan malam terlarang dengan Roselna, wanita yang dia kira adalah Diana. Pengaruh alkohol itu membuat kesadaran Jack kacau dan mungkin akan mengacaukan hidupnya.