Part 7

54.2K 1.2K 8
                                    

Jack kembali ke vila dan langsung masuk ke kamar pengantin mereka. Dia melihat kamar tanpa pencahayaan, hanya cahaya dari luar yang merembes masuk. Jack menekan saklar lampu membuat ruang itu kembali terang. Dia melihat Diana sudah terlelap dengan memeluk guling. Diana menggunakan lingeri satin warna merah maron. Membuat kulit kuning langsatnya semakin terlihat erotis. Diana tidak menutupi tubuhnya dengan selimut. Sehingga kaki jenjang nan menantang, membuat Jack untuk segera menyentuhnya.

Jack mendekati Diana, sebelumnya, dia melucuti seluruh bajunya dan hanya meninggalkan boxer. Jack naik ke ranjang dangan perlahan, setengah berbaring dia menyentuh lengan mulus Diana. Mengelusnya dengan lembut pipi mulus Diana. Perlahan Diana membuka matanya. Satu kecupan lembut mendarat di kening Diana, turun ke hidung mancungnya, dan berakhir ke pucuk bibir ranum Diana. Ciuman itu awalnya terjadi dengan lembut kemudian menjadi kasar.

Jack bermain dengan bibir ranum Diana. Perlahan Diana membalasnya. Membuat jantung Jack semakin berdetak lebih kencang. Kini tangan Jack sudah menyusup di dalam baju Diana, dan ciumannya sudah beralih ke leher jenjang milik Diana. Terdengar lenguhan pelan dari bibir Diana.

'Aku akan memuaskan mu Diana dan kau tak akan melupakan malam ini.' Ucap batin Jack.

Saat tangan Jack siap melakukan tugasnya, Diana menahan tangan Jack. Membuat Jack mengernyitkan kening, penuh tanya.

"Only make out" ucap Diana lirih.

"Why?" Kini kening Jack berkerut. Di saat keinginannya sudah membuncah mengapa Diana mematahkannya.

"Aku sedang datang bulan."

'Oh God, malam pengantin ku harus tertunda. Dan sepertinya aku yang tidak bisa melupakan malam ini.' Keluh Jack dalam batinnya.

"Kamu sedang tidak membohongiku?" Jack merasa Diana berbohong. Bagaimana tidak, terakhir dia harus pergi dengan kecewa meninggalkan Diana di dalam bathup.

"Aku baru dapat setelah mandi."
Terlihat raut kekecewaan dari wajah Jack.

"Bersabarlah, hanha 1 minggu." Hasrat Jack menguap begitu saja bersamaan dengan gagalnya malam pertama mereka. Dengan wanita lain dia bisa hanya make out, tapi dengan Diana. Sungguh dia sakit menahannya. Kini dia harus menunggu lagi hingga 1 minggu. Jack langsung membaringkan tubuhnya di samping Diana dan menyapu dengan kasar wajahnya. Melihat kegusaran hati Jack, Diana memeluknya dan menyandarkan kepalanya di dada Jack yang di tumbuhi bulu-bulu halus itu.

"Selama ini kau sabar menunggu ku, apakah kau tak bisa menunggu lagi."
Jack menyadari bahwa Diana berusaha menghiburnya. Jack menghargai itu. Dia memeluk tubuh Diana dan mengecup lembut pucuk kepalanya.

"Iya sayang." Walaupun berat dia katakan, namun dia berhasil juga mengucapkannya.

Nafas Diana sudah bergerak teratur, menandakan dia sudah tertidur. Namun Jack semakin sulit memejamkan matanya, dia tersiksa saat Diana memeluknya seperti ini. Karena sesuatu yang kenyal itu menempel dengan lembut ditubuhnya. Membuat sesuatu di dirinya bereaksi. Saat Diana bergerak untuk membuat posisi tidurnya menjadi lebih enak, paha mulus itu semakin erat memeluk paha Jack dan sesekali menyenggol junior Jack.

'Sepertinya aku baru saja mendapatkan karma ku dari gadis-gadis yang aku kencani'

***

Mereka hanya menginap semalam di puncak. Keesokannya mereka kembali ke kota. Diana meminta untuk kembali kerumahnya saja. Karena ada yang harus dia selesaikan. Diana ingin segera bertemu dengan Lillo. Namun sesampainya di rumah, Diana tidak menemukan Lillo.

"Jangan terlalu keras. Perlu waktu untuk Lillo menerima ku." Jack memeluk Diana dari belakang. Meletakkan dagunya di bahu Diana. Terdengar Diana menarik nafas panjang dan menghembuskannya begitu saja.

"Mau mandi?"
Jack mengangguk dengan semangat. Dan segera mengiring tubuh Diana ke kamar. Mereka langsung masuk ke dalam kamar mandi.

"Mau air hangat atau dingin?"

"Hangat aja sayang." Jack tak bisa berhenti menyentuh Diana.
Diana sibuk membuka kran, dan membiarkan airnya tertampung. Kemudian dia memasukkan sabun dengan aroma mint. Membuat bathup itu di penuhi dengan busa.

Jack menatap Diana, menunggu Diana melepaskan pakaiannya.

"Apa yang kau pikirkan?" Diana tampak bingung dengan tatapan Jack. Jack tersenyum sambil mengisyaratkan matanya untuk Diana masuk bersama ke dalam bathup.

"Aku baru datang bulan Jack. Akan sangat mengganggu kalau aku juga ikut masuk."

Jack kembali kesal mengapa dia melupakan hal itu.

Saat Diana keluar dari kamar. Dia melihat Lillo masuk ke dalam kamarnya. Diana menyusul Lillo yang masih menggunakan seragam sekolah.

"Kenapa tidak menghadiri acara pernikahan ku?" Diana berdiri di ambang pintu menatap punggung Lillo. Lillo meletakkan tas ranselnya di tempat tidur. Namun dia tidak menatap Diana.

"Aku tak menyukainya. Aku lebih suka Dean menjadi kakak ipar ku."

Diana sedikit mendekat pada Lillo kemudian duduk di tempat tidur.
Lillo masih mematung enggan melihat wajah Diana.

"Kenapa aku harus mendengar mu. Kau masih kecil, tidak tahu apa-apa."

"Aku selalu menjadi anak kecil di matamu. Tidak ada yang membelaku seperti Dean. Kalian selalu meremehkan ku."

"Aku tidak suka berdebat dengan mu, Lillo. Kau akan jadi pemimpin perusahaan papa, bukan aku. Jika kau merasa bukan anak kecil lagi. Seharusnya kau paham apa yang sudah kau lakukan."

Diana berdiri berjalan menuju pintu.

"Kau adikku, seharusnya kau lebih mengenalku. Lebih baik kau sedikit peka siapa bisa dijadikan kawan dan siapa yang akan menjadi lawan."

Saat Diana keluar dan menutup pintu. Lillo menjatuhkan tinju ke dinding. Membuat buku jarinya memar dan nyaris mengeluarkan darah.


Aku gemes sama Lillo. Pengen aku tampok pakai duit. Biar dia sadar duit lebih menarik daripada wanita. 😆

Jangan lupa votenya!
👇
🌟

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang