Udah rindu belum sama cerita Diana. Baru bisa Up lagi ni. Part ini mau buat kalian mesem-mesem dulu lah sama malam pertamanya Diana dan Jack.
Check it out..... 😙
Perlahan sentuhan itu menyusuri lekuk tubuh Diana. Menyentuh dengan sangat hati-hati setiap incinya, seakan yang disentuh mudah retak. Seakan tak ingin melewati sedikitpun bagian di wajahnya. Kini ciuman itu berhenti di bibir sexy Diana. Melumat benda kenyal yang sangat memabukkan pria yang kini telah resmi menjadi suaminya. Sungguh miris rasanya, saat Jack mengingat inilah ciuman keduanya untuk Diana. Wanita itu selalu menghindar saat Jack ingin mencium bibirnya. Diana hanya menyiapkan dahinya untuk Jack kecup tiap akan beraktifitas.
Diana mulai merasakan aura panas dari dalam tubuhnya. Namun masih mampu dia sembunyikan. Diana ingin sedikit bermain-main dengan Jack.
Jack sangat menikmati appetizernya, sebelum dia bisa menikmati hidangan utamanya.
Wanitanya terlihat masih biasa saja. Melihat reaksi Diana yang datar, Jack mendekatkan kembali wajahnya tepat di depan wajah Diana.
"Apa kau tak menikmati sentuhan ku?" Tanya Jack dengan tatapannya.
"Aku rasa kau harus sedikit berusaha lagi." Gigi putih Diana berjejer rapi saat memperlihatkan senyumnya pada Jack.
"Diana, kau sungguh senang menyiksaku. Kau sudah menjadi istriku. Tapi kenapa tidak membiarlan ku menjalankan tugas sebagai seorang suami?" Kini wajah Jack terlihat frustasi.
"Kau masih memiliki hutang padaku, Jack." Wajah cantik itu masih terlihat datar, padahal sesungguhnya dia ingin tertawa.
"Apalagi? Seharusnya aku sudah mendapatkannya Diana." Suara Jack terdengar sendu.
"Aku menunggu hasil medical check up, mu. Aku ingin memastikan kau benar-benar bersih."
Mata yang memandang sayu kini berubah membulat mendengar ucapan Diana. Jack tak menyangka Diana akan menanyakan hal itu kembali."Ok, besok akan aku berikan padamu. Setelah itu menyerahlah Diana. Atau kau akan menyesal telah menolakku." Sungguh miris perasaan Jack saat ini, saat alat tempur yang sudah disiapkan, kembali harus memakai sarungnya.
"Aku tak menolakmu, Jack. Aku hanya memberikan kesempatan mu untuk mengontrol apa yang kau inginkan."
"Kau sedang menciptakan bom waktu, Diana." Jack menghempaskan tubuhnya di samping Diana. Dia kembali melihat bola salju kembar milik Diana yang menantang indra penglihatnya. Menyadari tatapan Jack, Diana memiringkan badannya menghadap Jack dan mulai memejamkan mata tanpa menutup dadanya. Sungguh Diana mampu membuat sesuatu di bawah sana berdenyut-denyut. Andai Diana bukan wanita yang dicintai Jack. Maka sudah dia pastikan, Diana akan terkulai lemas dibawahnya tanpa ampun malam ini. Jangankan untuk memaksakan kehendaknya. Membenci Diana saja dia tak sanggup.
***
Diana melangkah dengan anggun memasuki kantor Andrew. Perlahan Diana mengetuk pintu ruangan Andrew. Kemudian mendorong perlahan dan tatapan pertama Diana menuju meja kerja Andrew. Namun Diana tak menemukan Andrew di meja kerjanya. Pandangan Diana mengitari ruang kerja Andrew. Mencari sosok penghuni ruangan tersebut. Pandangannya terhenti di sofa, terlihat Andrew duduk dengan bertumpu dagu dengan kedua tangannya menatap berkas yang terbuka di atas meja. Andrew terlalu larut dalam pikirannya, sehingga tidak menyadari kehadiran putrinya.
"Ada yang ku lewatkan, Pa?" Diana duduk di samping Andrew. Membuat pria empat puluh lima tahun itu menoleh.
"Sudah lama?" Tampak Andrew menutupi keterkejutannya.
"Sepertinya," Diana merebahkan kepalanya di bahu Andrew dengan melingkarkan tangan di lengan Andrew. Jika orang tidak mengetahui bahwa mereka anak dan ayah, mereka berfikir Diana dan Andrew adalah pasangan kekasih. Wajah Andrew yang mampu menyembunyikan umurnya yang sudah kepala empat. Penampilan yang maskulin dengan kharisma pria dewasa yang menawan dan sexy. Terkadang untuk menghilangkan kejenuhannya, Andrew sering melampiaskannya dengan membentuk otot-ototnya di Gim. Karena latihan rutin itu, otot-otot di dada dan perutnya terbentuk sempurna, belum lagi warna kulitnya yang eksotis.
"Kita sudah pernah melewati semua ini. Aku tidak pernah merasa takut. Selama Papa bersama ku." Andrew mengusap lembut punggung tangan putrinya. Memberikan kecupan di kening Diana dengan lembut.
"Belajarlah menjadikan Jack tumpuan dan harapanmu sekarang."
"Aku sedang berusaha, Pa."
"Dia patut kamu perjuangkan Diana, dia mampu mengimbangi sikap kerasmu."
Diana terkekeh, mengingat Jack yang seperti kebakaran jenggot karena belum bisa menikmati hidangan utamanya. Pria itu sungguh kacau akhir-akhir ini. Diana baru menyadari, jika hasrat pria tidak tersalurkan akan berdampak pada psikisnya, Jack juga terlihat lesu dan sering pusing. Bebarapa kali Diana melihat Jack meminum obat pereda nyeri. Jack yang malang.
"Papa tahu apa yang terjadi pada kalian. Sangat terlihat dari keadaan Jack sekarang. Jangan menyiksanya Diana."
"Aku tidak bermasud seperti itu Pa. Memang belum waktunya."
"Papa rindu suara anak kecil. Hidup Papa terlalu sepi."
"Akan aku berikan cucu yang banyak untuk Papa. Bersiaplah untuk menjaga mereka, Pa." Kedua orang itu tertawa. Semenjak kematian Alicia, Andrew sangat terpuruk. Dia merasa tak ada guna hidup tanpa belahan jiwanya. Untunglah Diana tumbuh dengan cepat, sehingga kehilangan itu perlahan teralihkan oleh putrinya. Kehangatan Diana mampu memberikan energi untuk Andrew tetap bertahan. Dengan adanya Diana, Andrew juga tidak takut untuk melewati keadaan apapun. Sehingga Andrew tidak memikirkan lagi sosok istri pengganti dihidupnya.
Diana meraih berkas yang terletak di hadapan Andrew. Mulai membaca dan mempelajari isinya. Beberapa kali terlihat mengerutkan kening.
"Cukup drastis penurunan dana perusahaan untuk minggu ini, Pa. Dilihat dari laporan ini, tepat setelah acara pernikahan mengalamani defisit." Diana meletakkan file itu kembali di atas meja.
"Aku mencium bau persekongkolan. Hanya orang di dalam perusahaan ini yang bisa membantu dia melakukan aksi busuknya. Dean tidak akan bisa melaksanakan aksinya secepat ini, jika tidak ada kaki tangannya. Perlahan dia menancapkan cakarnya di sini."
"Papa juga berfikir seperti itu. Tapi orang yang Papa curigai, rasanya terlalu tidak mungkin. Dia orang kepercayaan Papa. Dia sudah sangat lama ikut Papa. Sangat kecil kemungkinannya."
Diana bangkit mengambil minuman di lemari pendingin. Tanpa sengaja manik mata Diana menangkap seseorang yang sedang menguping di balik pintu yang tidak tertutup rapat. Dengan cepat Diana berfikir, karena Diana sangat yakin. Orang di balik pintu yang tidak dia ketahui identitsanya itu ada hubungannya dengan masalah mereka. Diana kembali mendekati Andrew dengan memberikan sebotol minuman soda. Secepat mungkin Diana memikirkan ide, untuk memancing pria di balik pintu agar tidak mengetahui rencana mereka. Diana harus mengecohnya, untuk menyimpan rencana utama mereka.
"Apa Papa lupa pernah menerima seorang karyawan baru baru-baru ini?"
"Iya, dia diletakkan di bagian admin distributor, membantu Pak Fernando. Papa khawatir dengan kesehatan beliau akhir-akhir ini. Jadi Papa berinisiatif memberikannya karyawan untuk membantunya. Tunggu ... apa kau berfikir dia pelakunya?" Membuat wajah Andrew menegang seketika.
"Dia memanfaatkan keadaan Pak Fernando, untuk memanipulasi. Apa lagi yang kita ragukan? Aku juga akan mengirimkan mata-mata keperusahaan Dean." Ungkap Diana dengan mencuri pandang di ujung pintu dimana si penguntit itu menguping.
"Apa kamu yakin? Itu sangat berbahaya Diana?" Andrew sangat khawatjr dengan keselamatan putrinya.
"Papa percayakan saja padaku. Aku pergi dulu, Pa."
Orang yang sedari tadi sibuk menguping segera meninggalkan tempat yang dia gunakan untuk mencuri informasi.
Dean teramat ceroboh memilih mata-mata yang sama dengannya. Diana selalu hampir mampu membaca gerak geriknya. Walau saat ini dia belum bisa menhetahui siapa orang itu. Diana hanya tersenyum sinis. Mengingat sebentar lagi dia akan membuat Dean menangisi kekalahannya.
Jangan di baca aja, kasi vote dong. Biar ide di kepala cepat mencair.
Vote, Vote, Vote ya!!!!...
Aku maksa loh. 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
DIANA
Romancewarning...!!! ⚠ 🔞+ . . . . 📚 Diana Humprey Bogart, hampir semua pria menggilainya. Wanita yang memiliki bentuk tubuh sempurna, namun dingin tak tersentuh. Keangkuhan yang dimilikinya, menjadi daya tarik tersendiri di mata para lelaki. Hanya ada s...