Part 12

34.7K 952 13
                                    

Ini author gak pernah sama sekali punya pengalaman kerestoran mehong. Jadi tolong korscek kesalahan di part ini.
Jari dan mata udah bolak balik ke mbah Google buat cari info mengenai makanan Prancis.

Jangan lupa goyang jempolnya ke arah bintang ya!!!
😇😇😉

🍴🍷🍴🍷🍴🍷🍴🍷🍴🍷🍴🍷🍴

Seperti permintaan Virendi, dinner mereka lakukan hanya berdua di bawah temaram lampu restoran ternama di kota Prancis. Pandangan langsung di manjakan dengan ruangan bernuansa white gold dengan lampu-lampu kristal yang menghiasi langit-langit restoran, mempercantik dan menampakkan kesan mewah ruangan tersebut. Sepi, Virendi sengaja memesan lantai dua untuk mereka saja. Musik romantis mendayu merdu dari biola yang dimainkan oleh seseorang di ujung ruangan.

"Silahkan nona." Virendi menarik kursi untuk Diana. Setelah bokong indah itu mendarat dengan sempurna di kursi empuk itu, Virendi pun membawa tubuhnya duduk dihadapan Diana. Senyumnya kini menghiasi wajah bule itu.

Di atas meja sudah terletak beberapa jenis buah, croissant, champagne, dan wine.

Di atas meja sudah terletak beberapa jenis buah, croissant, champagne, dan wine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau sunggu sempurna Diana." Mata itu menelajangi setiap lekuk tubuh Diana, tak melesat sedikitpun. Aperitif wine terletak disamping mereka. Tangan Virendi meraih minuman beralkohol itu kemudian menuangnya kedalam gelas champagne. Dia menyodorkan segelas kepada Diana.

"Chin chin!" Mengangkat gelas keudara dan saling menyentuhkan keduanya hingga menimbulkan suara berdecik.

Virendi langsung meneguk minumannya. Namun tidak dengan Diana. Seketika Virendi mengernyitkan keningnya.

"Kenapa?"

"Maaf, saya tidak minum alkohol."

"Orang Prancis suka dan menghormati wine mereka.
Jika kau tak meminumnya. Sama saja sedang merendahkan tuan rumah." Senyum itu berubah menjadi datar.

"Apakah tuan rumah yang baik akan meracuni tamunya?"

"Aku tak memberikan apapun pada minunan itu Diana."

"Aku tak berkata seperti itu Mr. Aku memang sudah berhenti minum, saat terakhir alkohol hampir merenggut nyawaku."
Diana tak asal menolak. Diana pernah terpuruk dan depresi saat usianya masih menginjak lima belas tahun. Diusianya yang terbilang muda, sudah terjerumus pada alkohol hingga dia harus dilarikan kerumah sakit dan sempat kritis. Beruntung dia masih tertolong. Saat itulah Diana tidak pernah lagi menyentuh alkohol jika tak ingin kejadian nahas itu terulang kembali.

"Berhenti memanggilku Mr. Aku lebih suka kau memanggilku Virendi." Diana menyunggingkan senyum manisnya membuat Virendi berdecak di dalam hati.

Tak berselang lama terlihat waiters laki-laki dengan mengenakan celana kain hitam dan kemeja putih yang dilapisi dengan rompi hitam ditambah hiasan bowtie dikerah baju, datang membawa nampan berisikan dua piring dengan hidangan mungil berwarna orange di atasnya.

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang