Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan orang lain.
***
"Pernah bersalah? Namun, bahkan ketika sudah mengucapkan seribu kata maaf, perasaanmu masih tetap di sana. Masih tetap merasa bersalah."
***
"Kenapa lama sekali? Kita hanya hendak berbelanja! Lagi pula, kau tidak akan pergi kencan!" Sehun yang sudah sekitar satu jam menunggu Rachel di atas kasur perempuan tersebut kembali lagi mengeluarkan protesannya.
Ayolah, kenapa semua perempuan di dunia ini membutuhkan waktu yang lama untuk berbenah diri? Untuk mempercantik diri? Mempercantik dengan tujuan dipuji? Atau dengan tujuan menarik perhatian lawan jenis?
Menurut Sehun, Rachel tidak perlu melakukan hal tersebut. Kurang dipuji apa lagi dirinya? Bahkan ketika sikapnya berubah menjadi monster, orang-orang tetap memujinya. Mempercantik diri? Well, jika tidak cantik, maka orang-orang tidak akan memuji Rachel. Untuk menarik perhatian lawan jenis? Oh C' mon! Rachel bukanlah seorang perempuan lajang lagi! Dia sudah punya suami! Bukan pacar ataupun sekadar teman jalan! Namun, tolong garis bawahi!
Bahwa Rachel sudah bermarga Oh!
"Ini juga supaya kau tidak malu jalan denganku! Jika tampangku mirip Annabelle, kau sendiri yang akan malu!"
Sehun mendengus panjang. Memangnya dia peduli? Lagi pula, untuk apa malu? Jika orang-orang berpikir demikian tentang Rachel, alih-alih malu, mungkin Sehun malah akan marah.
Iya. Mungkin.
"Selesai! Ayo cepat!" ucap Rachel dengan cengiran lebarnya sembari menarik tangan Sehun untuk segera keluar.
Hari ini, karena Rachel telah bekerja keras dalam menjalani ujian selama beberapa hari terakhir, Sehun berinisiatif untuk sekadar mengajak Rachel berbelanja. Mumpung ada waktu. Dan juga mumpung kondisinya masih memungkinkan.
Di perjalanan, masih seperti biasa. Rutinitas mereka saat di perjalanan hanyalah kebanyakan diam. Sesekali mengobrol. Tapi, tidak lama. Nanti pada akhirnya, mereka juga akan diam.
"Kau ingin kuliah di mana?" tanya Sehun tiba-tiba.
Rachel yang sedang asyik memperhatikan pemandangan luar, langsung menoleh, menatap Sehun dengan tatapan teduhnya.
"Aku tidak ingin kuliah. Hanya ingin di rumah," jawabnya asal.
Sehun tersenyum tipis. "Perempuan bodoh!"
Rachel memanyunkan bibirnya. "Jika aku kuliah, memangnya apa yang beda? Hidupku juga tetap akan diatur oleh Tuan Kim yang terhormat."
"Dia ayahmu, Rachel!"
"Lalu, apakah seorang ayah mesti memperlakukan anaknya layaknya robot? Ayolah, aku hidup untuk mencapai impianku sendiri. Bukan untuk melakukan perintahnya yang mengekang itu. Lihat saja, nanti dia pasti akan mengirimku ke Oxford atau Harvard, belajar bisnis di sana dengan beberapa guru private. Lalu, setelah lulus dengan predikat tinggi, dia akan memaksaku untuk duduk di kursi bekas tempat duduknya di perusahaan. Dia akan kembali mengaturku!"
"Dia sudah tidak berhak mengaturmu! Yang berhak mengaturmu hanya aku seorang. Suamimu!"
Rachel langsung menoleh, menatap Sehun dalam. Ada apa dengan lelaki ini? Kenapa Sehun jadi seperti ini? Kenapa?
"Jadi, jika kau tidak ingin diatur olehnya, maka kau harus dengar perkataanku. Jika bukan aku yang mengatakan tidak akan bisa hidup tanpa istri kecilku, maka ayahmu kemarin betulan sudah membawamu ke Oxford."
Apa ini? Rachel bingung. Apakah Sehun baru saja mengatakan jika ayahnya betulan hendak mengirimnya jauh ke luar negeri? Namun, diselamatkan oleh Sehun. Benar begitu?
Sehun menoleh, menatap Rachel dengan senyum manisnya. "Jadi, kau di sini saja. Tetap jadi istri nakalku. Selalu menyusahkanku dengan tingkahmu. Dan,"
"--selalu bersamaku."
Rachel tersenyum. Kali ini, senyumnya sangat lebar, tidak ada paksaan di sana.
"Kau jatuh cinta padaku, yah?" tanyanya pada Sehun sembari menyenggol lengannya. Sengaja. Hanya ingin mencairkan suasana. Sebab, jika tidak, maka suasana akan jadi sangat canggung.
"Aku bilang iya pun, kau tidak akan percaya."
Rachel tetap mempertahankan senyumnya, hingga pada akhirnya. Mulut mungilnya tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya tersenyum manis saja.
***
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Rachel sembari menatap Sehun dengan tatapan datarnya. Lelaki itu sedang duduk di sofa khusus tamu VIP yang ada di salah satu stand mall mewah di daerah Gangnam. Lalu, saat Rachel keluar dari bilik ganti, bukannya mendapatkan sebuah pujian atau apa pun itu, Rachel malah hanya mendapati Sehun yang duduk sambil menatapnya datar.
"Kau tidak cocok dengan baju itu. Ganti."
Rachel memutar bola matanya malas. Nafasnya terdengar kasar. "Ini sudah tujuh kali."
"Mau tujuh kali, delapan kali, bahkan sampai seratus kali pun, i don't care. Memangnya kenapa kau selalu memilih baju kurang bahan, hah?"
"Hey, Oh Sehun. Ini itu baju yang cocok untuk anak muda sepertiku. Jika bukan model baju yang seperti ini, lalu aku harus pakai apa?"
Sehun berjalan menghampiri Rachel, menarik pergelangan tangan perempuan mungil itu, hingga keduanya berhenti di depan sebuah cermin besar, di mana Rachel berdiri di depan, dan Sehun berdiri di belakang Rachel.
Sehun memegang pundak Rachel dan mengarahkan perempuan itu agar berdiri dengan posisi benar di depan cermin.
Sehun dan Rachel.
Hanya itu yang ada di dalam pantulan cermin saat ini. Sehun yang sangat tampan dengan setelan mewahnya. Dan Rachel yang sangat manis dengan wajah cantiknya.
"Kau lihat?"
Rachel sedikit mendongak menatap Sehun, tidak mengerti akan apa lagi arti dari kelakuan lelaki itu. Hingga tangan Sehun bergerak meraih dagu Rachel dan kembali mengarahkan wajah Rachel di depan cermin.
"Kau memang masih muda. Belum tua. Sama sekali tidak."
"Namun, kau sudah tidak sendiri lagi, Oh Rachel. Kau sudah punya suami. Dan itu adalah ak--"
"Suami?"
Keduanya menoleh ketika telinga mereka mendengar sebuah suara yang tak asing. Baik Sehun maupun Rachel, sekarang ini fokus pada dua orang insan yang ada di hadapan mereka. Dua orang insan yang juga sama-sama fokus pada mereka.
"Baek ...."
***
B e r s a m b u n g
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl X Good Boy 2 (RSB 5) Complete✔
FanfictionCEO tampan yang berhasil sukses di usia muda, terkenal di mana-mana, tapi harus berakhir mengurusi gadis bar-bar yang dijodohkan dengannya. #Update setiap Selasa. Start 7 Juli 2019. End 9 Juni 2020