Jangan lupa tegur kalau ceritaku mirip dengan orang lain.
***
"Tuhan tidak pernah salah dalam menentukan takdir manusia. Yang salah itu adalah pemahaman manusia saja tentang bagaimana mereka menyikapi takdirnya."
***
Rachel duduk termenung di balkon kamarnya seorang diri. Ah, tidak. Ada angin malam, salju yang dingin, dan juga hati yang hancur bersamanya, menemani malamnya yang begitu kelabu.
Perempuan itu duduk di sana. Dengan perasaannya yang betulan terasa hancur sekali.
"Apa seharusnya tadi aku menunggu lebih lama agar dapat melihat salju pertama denganmu?" bisiknya pelan.
Ia tidak peduli salju yang kian turun semakin lebat menerpa dirinya sekarang ini. Ia tiba-tiba mati rasa malam ini. Sebenarnya tidak sepenuhnya mati rasa. Sebab, ia tidak bisa merasakan sesuatu yang lain terkecuali rasa sakit.
Ia betulan tidak baik-baik saja malam ini.
Salju pertama turun.
Namun, ia tidak bisa melihat salju pertama dengan seseorang.
"Apa kau menikmati saljunya? Sendirian atau bersama dengan Stefy?" tanyanya pelan.
Tangannya ia letakkan di depan dadanya. Ia merasa bingung. Sebenarnya yang sakit di dalam sana jantungnya atau hatinya?
Mengapa dadanya begitu sesak sekali? Sampai-sampai ia tidak bisa membedakan yang terasa sakit jantung atau hatinya.
Intinya malam ini ia kesakitan.
"Mengapa kau berdiri di sini saat salju sedang turun?"
Ia tidak perlu menoleh, ia tahu siapa pemilik suara tersebut.
"Apa aku tidak mengunci pintu kamarku?" tanyanya dengan tatapan kosongnya.
"Hm. Ibumu khawatir. Itu sebabnya Ayah kemari."
Rachel menghela nafas panjangnya. "Untuk apa khawatir? Kalian terlambat jika harus sok peduli sekarang ini."
"Kim Rachel ...."
Menoleh.
Itu yang Rachel lakukan. Dengan tatapan datar miliknya, ia menoleh menatap ayahnya.
"Aku sekarang benci namaku sendiri. Mengapa aku harus lahir sebagai seorang Kim Rachel? Mengapa aku tidak lahir sebagai orang lain saja? Ayah tidak akan pernah tahu bagaimana menyakitkannya hidup sebagai seorang Kim Rachel."
"Ayah tahu."
"Ya, tentu Ayah harus tahu. Sebab, Ayah sendiri yang selalu menimbulkan rasa sakit itu tanpa mau peduli bagaimana rasanya jadi aku."
"Tidak begitu, Rachel."
"Lantas bagaimana?" tanya Rachel mulai berapi-api. Emosinya mulai terasa sulit ia kontrol. "Di kehidupan selanjutnya, tolong jangan bersikap seperti ini lagi agar tidak ada orang sepertiku di kehidupan selanjutnya. Mereka tidak akan kuat menanggung beban seperti yang aku rasakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl X Good Boy 2 (RSB 5) Complete✔
FanfictionCEO tampan yang berhasil sukses di usia muda, terkenal di mana-mana, tapi harus berakhir mengurusi gadis bar-bar yang dijodohkan dengannya. #Update setiap Selasa. Start 7 Juli 2019. End 9 Juni 2020