Aku berdiri di depan sebuah kediaman mewah, tertegun melihat kemegahan bangunannya. Hunian tersebut begitu menggugah, menyuguhkan nuansa musim semi dalam pekarangan bunga aneka warna.
Aku mengamati secarik kertas di tanganku, perlahan menghampiri pintu utama.
"Kau datang..."
Suara seorang pria samar terdengar, membuat langkahku terhenti.
Pada waktu menoleh, aku menemukan pemuda berambut gelap yang pernah mengunjungi kafe. Ia tersenyum, memandangku dengan mata hijaunya yang cemerlang.
"Kukira kau tidak berniat mempertimbangkan tawaranku," ujarnya lirih.
"Mengenai pekerjaan sebagai model lukisan..."
Kata-kataku terputus saat pemuda itu berjalan mendahuluiku.
"Kita dapat membahasnya di dalam," tandasnya sambil membuka pintu.
Ia mempersilakan diriku masuk, mengikuti dari belakang.
"Namaku Leondre Kearn, dan kau?"
"Kyra," sahutku. "Kyra Ashford."
"Salam kenal Nona Ashford."
Kami menyusuri koridor temaram, melangkah dalam kesunyian. Pada waktu mencapai ruang tamu, aku terpaku di depan pintu.
Ruangan tersebut sangat megah, dipenuhi berbagai perabot mewah. Sebuah jendela besar terpatri pada salah satu dinding, mengungkap keindahan pekarangan bunga di baliknya.
"Kau baik-baik saja?"
Suara Tuan Kearn memecah keheningan.
Aku mengangguk pelan, dengan kikuk masuk ke dalam.
Pemuda itu mempersilakan diriku duduk di sofa.
"Tunggulah sebentar," ujarnya. "Aku akan segera kembali."
Tuan Kearn tersenyum, memandangku sejenak sebelum meninggalkan ruangan.
Aku menyaksikan kepergiannya dalam diam, merasa tidak nyaman tetap tinggal seorang diri. Bahkan dengan jendela yang besar, suasana ruangan masih tampak suram.
Kediaman Tuan Kearn begitu hampa, dingin dan menggugah sepi.
"Sudah selesai melihat-lihat?"
Aku tersentak mendengar suara seorang pria, bangkit berdiri saat menyadari kedatangan pemuda lain. Ia masuk ke ruangan, berhenti melangkah di hadapanku.
"Hmm..."
"Jadi gadis seperti ini yang sedang marak di pasaran," gumamnya.
Pemuda itu mendekatkan wajahnya, mengamati diriku untuk waktu yang lama. Ketika pandangan kami bertemu, ia terpaku menatapku, kemudian tertawa.
"Pantas saja dia tertarik padamu," komentarnya.
Aku mengernyitkan dahi.
"Apa maksudmu?"
Tanpa menghiraukan pertanyaan dariku, pemuda itu menghempaskan diri ke sofa. Ia berpaling padaku, memperlihatkan seulas senyum yang sedikit dipaksakan.
"Aku adiknya Leo, Timothy," ujarnya lirih.
Mendengar pernyataan tersebut, aku terdiam, tak tahu bagaimana harus menanggapi dirinya.
Dilihat dari manapun, tidak terdapat keserupaan antara pemuda itu dan Tuan Kearn. Selain warna kulit yang jauh lebih pucat, ia memiliki rambut keemasan nyaris putih, sangat berbeda dengan rambut kakaknya yang hitam bergelombang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
RomanceLeondre dapat dengan mudah memperoleh apapun, hingga suatu senja di mana ia menemukan belahan jiwa yang menolak menjadi kepunyaannya. Terjerumus dalam jeratan asmara, pemuda itu terus mengejar Kyra, gadis impiannya. Semakin besar penolakan yang ia...