Aku berjalan tanpa tujuan, menyusuri jalanan lengang dalam hawa dingin yang begitu menusuk. Fajar telah merekah, namun kabut menjadi semakin pekat.
"Kyra?"
Seruan seseorang samar terdengar.
Aku berhenti melangkah, tertegun menemukan diri di depan kafe.
Eugene menghampiri dari ujung jalan; seulas senyum merekah di wajahnya.
"Kau datang terlalu awal," komentar pemuda tersebut.
Aku tidak berkata-kata.
Ingatan akan perselisihanku dengan Keenan masih menghuni pikiran, senantiasa menggugah lara.
Saat pandangan kami bertemu, mataku mulai berair.
Aku tertawa getir, menyeka air mata yang membasahi wajahku.
"Hei..."
Eugene mengernyitkan dahi, perlahan merengkuh diriku.
"Apa yang harus kulakukan denganmu," ujarnya lirih.
Aku memejamkan mata, mendekap erat tubuhnya.
Mengapa kakiku melangkah kemari? Aku tidak tahu...
Aku hanya tak ingin sendiri.
Aku membutuhkan seseorang...
Siapapun...
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
RomanceLeondre dapat dengan mudah memperoleh apapun, hingga suatu senja di mana ia menemukan belahan jiwa yang menolak menjadi kepunyaannya. Terjerumus dalam jeratan asmara, pemuda itu terus mengejar Kyra, gadis impiannya. Semakin besar penolakan yang ia...