[04.01]

575 16 0
                                    

Chapter FOUR: Frantic Ardour

'The yearning within him was like poison coursing through my veins; no matter how much this pain tortured me, I would still not let go the warmth of his love'


"Kyra."

Aku tersentak mendengar suara seorang pria, menepis lengan yang mencoba menyentuhku. Saat menengadah aku tertegun, menyadari pemuda di hadapanku tak lain adalah Eugene.

"Hei, aku..."

Sambil menghela napas, aku mengusap wajah dengan kedua tangan.

Aku menemukan diriku dalam balutan selimut, meringkuk di sudut ruang pegawai. Eugene memandangku untuk waktu yang lama, memperlihatkan seulas senyum yang penuh kesedihan.

Dari pintu belakang terdengar seruan seseorang, disusul ketukan keras pada pintu. Eugene mendesah, menepuk bahuku dan bangkit berdiri.

Aku menarik lengan kemeja pemuda itu, tanpa sadar mencegah kepergiannya.

Eugene berbalik menatapku.

"Kyra?"

Dengan kikuk aku melepaskan genggamanku pada lengan kemeja Eugene.

"Maaf," ujarku lirih.

Pemuda itu hanya tersenyum, bergegas membuka pintu ketika seruan kembali terdengar.

Seorang pria pengantar melangkah masuk beberapa waktu kemudian, memanggul sekarung biji kopi dengan sebelah tangan. Ia menempatkan karung tersebut di dekat pintu, meminta Eugene menyangga pintu sebelum menyeret setumpuk keranjang plastik berisi roti dan produk susu.

Pada waktu pria itu meninggalkan kafe, kesunyian melingkupi kami.

Eugene menghela napas, memaksakan senyum saat pandangan kami bertemu. Ia memindahkan karung biji kopi ke sudut ruangan, di mana beberapa karung serupa diletakkan bersisian.

"Biar kubantu," sahutku.

Aku terhuyung ketika mencoba bangkit berdiri, bersandar pada dinding untuk menopang tubuhku.

"Kau istirahat saja," ujar Eugene.

"Tapi..."

Keraguanku disambut kilas senyuman getir.

"Dengar," tandas pemuda tersebut.

"Wajahmu masih sangat pucat."

Ia menekan bahuku, membuat aku kembali terduduk.

"Tidurlah sebentar," timpalnya. "Akan kubangunkan nanti."

Eugene mengacak rambutku, kemudian menghilang ke ruang depan, meninggalkan diriku dalam kesunyian.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang