Jeongin baru saja menghela napas di koridor menuju kelasnya, tapi tubuhnya berhasil dihempas ke tembok dan ia dikunci oleh Beomgyu.
"Danu lu nangis?" Bisik Beomgyu.
"Apa sih ga jelas" Jeongin mendorong tangan Beomgyu yang mengurungnya namun Beomgyu berhasil menarik lengan Jeongin lagi.
"Dan..." lirih Beomgyu menatap dalam manik Jeongin yang terus menghindari tatapan Beomgyu. Baiklah, Jeongin menyerah akhirnya. Ia menunjukan mata merahnya yang terlihat menyedihkan.
Beomgyu lalu merengkuh tubuh kecil Jeongin. Untung saja koridor lumayan sepi,aman bagi mereka untuk berpelukan.
"Jangan gini, mau gue kelihatan lemah?" Suara Jeongin tak selantang biasanya., Juga auranya yang lebih redup.
"Kalau mau nangis, nangis aja mumpung sepi." Tubuh Jeongin dengan mudahnya menegang lalu bergetar hebat. Beberapa saat kemudian bahu Beomgyu terasa basah. Jeongin menangis, air matanya menembus membasahi bahu Beomgyu.
"Ayo ke kamar mandi" sebelum tangis Jeongin semakin parah, Beomgyu membawa pria itu ke kamar mandi terdekat.
-○●-
Lelaki berambut hitam pekat itu masih setia dengan bukunya dan kacamata yang bertengger di wajahnya.
Ia membaca kalimat di bukunya berkali kali lalu mencoret coret kertas di dekatnya.
"Ini terlalu mudah untuk anak SMA" Hyunjin bermonolog dan tak sengaja di dengar Changbin.
"O2 ditambah H2O? Air ditambah udara?" Changbin membaca soal dibuku Hyunjin.
"Udara ditambah air, lebih tepatnya oksigen" Hyunjin membenarkan.
"Cuma kebalik, terus jadinya apa? Oksiair?" Hyunjin terkekeh.
"Mana ada oksiair. Ini reaksi pembakaran karena ada gas oksigen, hasilnya akan menjadi pembakaran tidak sempurna kar-"
"Sssst" Changbin menaruh jari telunjuknya didepan bibir tebal Hyunjin.
"Homo sapiens ga belajar ginian" Ucap Changbin malas. Ya memang dia anak sejarah, darah IPS seperti mengalir dalam dirinya.
"Iya sih Mas, tapi tadi Mas Ferdi yang nanya duluan" Hyunjin menatap malas Changbin.
"Zidaaaan!" Suara Minho memenuhi ruang multimedia. Pria itu berteriak dari pintu seraya berjalan menghampiri Hyunjin.
Changbin yang terkejut lalu menatap Minho sarkas.
"Berisik!" umpat Changbin.
"Bacot!" balas Minho.
"Kenapa?" Hyunjin menengahi, Minho tersenyum misterius.
"Kenapa ga bilang kalau muridmu manis banget?" Hyunjin mengernyit.
"Perasaan murid saya demit semua, Mas"
"Demit tapi gemesin, tuh nunggu lo di luar," Minho tersenyum miring.
"Minta nomer whatsappnya boleh kayaknya." Lanjut Minho diikuti tawanya yang khas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me •♡Hyunjeong ✔️
Fanfiction[lokal] Siapa sangka melakukan syarat kelulusan di kampusnya mendatangkan rasa baru dalam hidupnya? Seorang Zidan baru saja jatuh cinta. 🔗hyunjeong