Semuanya seperti... Selesai.
Sebenarnya belum, hanya saja Hyunjin dan Jeongin menyerah pada satu sama lain. Tak ada interaksi diantara keduanya selama hampir dua minggu. Mereka disibukkan oleh kegiatan masing-masing dan dibatasi oleh tembok gengsi diri mereka sendiri.
Pria mungil itu mengembalikan piring bekas makannya ke penjual kantin. Ia lalu memesan satu susu matcha kesukaannya di kantin.
"Halo!"
Matanya membulat, ia terkejut oleh kehadiran Chaeryeong yang sangat tiba-tiba. Hampir saja Jeongin menyemprotkan isi mulutnya ke wajah gadis itu.
"Maaf maaf, u-um Danu nanti kita pulang bareng ya! Ada sesuatu yang mau gue omongin"
Jeongin mengangguk kecil lalu berpamitan pada Chaeryeong hendak ke perpustakaan. Padahal, pria itu hanya menjaga jarak dengan Chaeryeong mengingat sikapnya yang belakangan ini berbeda.
Kakinya melangkah cepat ke taman belakang sekolah guna mencari ketenangan.
"Danu!"
Langkahnya berhenti mendengar suara yang ia kenali.
"Kak Faris?"
"Apa kabar?"
"Baik."
Sudah lama Jeongin tidak melihat Jisung di sekitaran sekolah. Terakhir mungkin empat hari yang lalu.
"Zidan mana?" Ucap pria berpipi gembil itu antusias. Namun, Jeongin hanya bisa mengendikkan bahunya.
"Loh? Kalian lagi ada masalah?"
Jeongin menghela napas kasar bersamaan dengan bahunya yang merosot. Ia menggigit bibir bawahnya tidak tahu harus menjawab apa. Akhirnya ia hanya menggeleng pelan.
"Mau bicara dulu?" Tawar Jisung, ia khawatir akan hubungan pria mungil ini dengan hyunjin temannya.
"Maaf Kak, saya sibuk"
Jisung mengalah, ia tak bisa mengganggu privasi Jeongin.
"Okay tidak apa-apa, lihat Pak Rayan tidak?"
"Faris?" Baru saja Jeongin hendak menggeleng, suara besar Hyunjin menghentikan aktivitasnya.
Sungguh, ia rindu Hyunjin. Ingin sekali ia berinteraksi dengan pria di belakangnya ini.
"Ini siapa?" Namun, suara wanita yang cukup familiar di telinga Jeongin membuat ia mengurungkan niatnya dan memilih pergi dari sana tanpa mengucap sepatah katapun.
Mata elang Hyunjin menatap kepergian Jeongin, pria itu ingin sekali mendekap si kecilnya. Namun semuanya telah berubah, dan mereka sendiri yang sebenarnya mengubahnya.
"Oh, Hai aku Faris temannya Zidan"
"Resa"
Mereka berjabatan tangan dan menyimpul senyum kecil satu sama lain.
Air matanya berlinang, Jeongin merasakan berat di pelupuk matanya. Disana air sudah menumpuk dan siap jatuh kapan saja. Menyesal ia memandangi Hyunjin dan Ryujin dari balik tembok, melihat tangan mereka yang bergandengan dan senyum lebar Ryujin yang membuat Jeongin berpikir Hyunjin sangat membuatnya bahagia.
Sesak sekali rasanya.
"Lemah banget" lirihnya menertawakan dirinya sendiri.
Tiba tiba saja pandangannya tertutup oleh sesuatu, ahh ternyata ini buku komik. Pria mungil itu menoleh ke belakang hendak mencari tahu siapa yang menutupi pandangannya. Namun, ia malah merasakan tubuhnya yang didekap erat oleh pelakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me •♡Hyunjeong ✔️
أدب الهواة[lokal] Siapa sangka melakukan syarat kelulusan di kampusnya mendatangkan rasa baru dalam hidupnya? Seorang Zidan baru saja jatuh cinta. 🔗hyunjeong