Pria tegap itu memberesi mejanya yang berantakan karena tumpukan berkas berkas pelajaran. Ia mengambil kacamatanya dan dua buku, tebal dan tipis, kemudian berjalan memasuki ruang guru.
"Assalamualaikum" Hyunjin memberi salam.
"Waalaikumsalam, sebentar ya Zidan saya mau ambil fotokopi materi dulu"
Margaretha Arima
Guru kimia, biasa dipanggil Bu Rima. Kata siswa-siswi yang diajarnya, dia orang yang supel dan rajin, namun tidak terlalu serius, masih bisa diajak bercanda. Makannya, tak jarang ada siswa yang terang-terangan bercanda dengannya.
"Baik bu" Hyunjin menunggui di luar pintu ruang guru sambil membaca buku materi kimia yang ia bawa. Jangan lupakan kacamata yang sudah bertengger indah disana. Sesekali tangan Hyunjin terulur untuk membenahi letak kacamata yang terus melorot.
Terdengar langkah kaki dari tangga menuju ruang guru yang letaknya di lantai atas. Langkah kaki itu disertai gerutuan kecil, suaranya tak asing bagi Hyunjin. Namun, pria itu memilih untuk tetap memusatkan atensinya pada buku tebal yang tengah ia baca.
"Astaga kesel banget, capek ini cobaan apa sih?!" Pria bermata rubah itu terjatuh ke lantai setelah sampai di ujung tangga. Dadanya naik turun dan pandangannya mulai kabur.
"Bolos UKS aja dah gue" Jeongin berusaha bangkit.
"Ekhem" deheman seseorang menghentikan aktivitas si mata rubah itu.
"Bapak lagi?!" Hyunjin terkekeh kecil lalu membenahi kacamatanya. Jeongin menelan salivanya berat. Hyunjin dengan kacamata seperti sekarang ini membuatnya jauh lebih tampan.
"Masuk kelas sana! Sebentar lagi saya dan Bu Rima ke kelasmu." suruh Hyunjin.
Jeongin melotot dan membuka mulutnya heran. "Bapak ngajar saya?!" Suaranya berhasil membuat Hyunjin kaget. Pria didepannya itu sekarang memejamkan mata seraya mengatur detak jantungnya yang sedikit lebih cepat.
Hyunjin memajukan wajahnya dekat dengan wajah Jeongin. "Teriak lagi saya laporin Pak Aji"
Jeongin terkejut dengan gerakan tiba tiba Hyunjin itu, ia memundurkan wajahnya. Sialnya Hyunjin sangat tampan saat ini, terkekeh jahil didepan Jeongin yang mematung.
"Sudah sana ke kelas, sebelum Bu Rima datang!" Hyunjin mengusak rambut Jeongin. Sementara empunya menahan rona merah yang mulai terasa panas di pipinya. Jeongin mundur lalu lari menuju kelasnya yang satu lantai dengan ruang guru.
Lagi, Hyunjin terkekeh kesekian kalinya karena Jeongin.
"Zidan!" Hyunjin menoleh ke sumber suara,ternyata itu Minho.
"Ya?"
"Lo tau dia siapa?" Minho menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. Foto seorang lelaki manis yang terlihat seusia dengan Hyunjin.
Hyunjin mengernyit mencoba mengingat siapa pria manis di ponsel Minho ini.
"Oh! Wakil ketua osis angkatan saya ini bang. Kalo ga salah namanya Faris" Minho tersenyum ke arah Hyunjin.
"Kenapa? Gausah senyum gitu ke gue, ngeri sendiri gue" Hyunjin menjauh dari Minho beberapa senti.
Minho malah mendekat. Hyunjin mundur lagi, tapi Minho mendekat lagi. Masih dengan senyum tidak jelasnya itu Minho berbisik di samping telinga Hyunjin. "Instagramnya apa?"
Hyunjin mengembuskan napas lega, ia lalu meraih ponsel Minho dan mengutak-atiknya.
"Saya lupa, saya cuma ingat ig temen saya yang satu kampus sama dia. Nih" Hyunjin menyerahkan ponsel Minho kembali.
"Jangan bilang, Mas naksir cowo?" Hyunjin dengan wajah datarnya.
"Ga lah! Rayan masih suka melon"
Seolah tak percaya, Hyunjin masih menatap Minho yang sibuk mengutak-atik ponselnya. Pikirannya membayangkan tentang Minho yang terkenal suka main wanita, bagaimana jadinya jika Minho belok?
"Zidan, ayo kita sudah terlambat" Jihyo datang membawa satu tumpukan file yang terlihat berat. Hyunjin dengan sigap menghampirinya dan meraih berkas berkas tersebut.
"Biar saya yang bawa, Bu"
"Terimakasih" Jihyo berjalan mendahului Hyunjin. Sementara Hyunjin menatap tajam ke Minho yang terus meneriakkan 'pansos pansos' tanpa suara.
-tbc-
Don't be a dark reader.
Tinggalkan jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me •♡Hyunjeong ✔️
Hayran Kurgu[lokal] Siapa sangka melakukan syarat kelulusan di kampusnya mendatangkan rasa baru dalam hidupnya? Seorang Zidan baru saja jatuh cinta. 🔗hyunjeong