Hari ini cerah, tapi tidak dengan Jeongin. Semalaman ia suntuk memandangi buku mencari jawaban latihan soalnya, lantaran ponselnya yang hilang. Ia tidak berani melapor ke bundanya takut dimarahi mengingat bundanya yang berkepribadian tegas.
Kantung matanya membesar, Jeongin membersihkan diri lalu memakai perlengkapan sekolahnya. Ia memandangi pantulan dirinya di cermin dan memaksakan senyum untuk terbit di wajahnya.
"Jangan takut lagi, ada saya yang siap jaga kamu"
"Mas Zidan nggak jijik sama saya? Saya sampah masyarakat loh"
"Siapa bilang begitu? Kamu sampah saya apa? Saya jatuh cinta sama sampah"
Astaga.
Tiba-tiba saja pria mungil itu teringat ucapan Hyunjin tempo hari. Ia segera menggelengkan kepalanya dan kembali memandangi pantulan dirinya.
Sebentar, ada yang aneh di dirinya. Kemana senyum lebar yang setiap pagi dirindukan teman sekelasnya? Kemana wajah ceria yang membangkitkan suasana hati siapapun yang melihatnya? Kenapa malah tergantikan oleh bulir airmata yang menumpuk dan siap jatuh kapan saja?
"Lemah banget sih lo! Sama cewek aja kalah"
Ia menguatkan dan memantapkan diri. Setelah mantap barulah dia keluar dengan motornya menuju rumah Chaeryeong.
-∆-
Gerbang sekolah terlihat ramai, siswa siswi berebutan masuk ke gerbang sebelum bel dibunyikan.
Jeongin berjalan dengan tatapan kosong menuju kelasnya. Sungguh ia tak bersemangat hari ini. Ingin sekali ia membolos, namun mengingat ayahnya yang seorang workholic, selalu mempunyai mood untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhannya dan bundanya. Cukup kemarin ia membolos bersama Guanlin.
Hyunjin melihatnya, ia melihat pemuda kecil itu berjalan lesu di halaman sekolah. Ia mengangkat tangannya hendak memanggil bocah itu namunㅡ
"Danu!"
"Kak Rusel?"
Sialan.
Senyum kecil mengembang di wajah Jeongin. Hati Hyunjin sesak melihat pujaan hatinya tersenyum karena orang lain, apalagi orang lain itu Guanlin.
Tangannya mengepal meremas bolpoin yang ia bawa, sungguh ia dikuasai emosi. Bolpoin di genggamannya pecah, astaga apa Hyunjin sekuat itu?
"Zidan?" Panggil Seungmin halus, ia menyaksikan semua. Bagaimana Hyunjin dengan emosinya yang memuncak menahan diri untuk tidak menerkam Guanlin. Pria itu menepuk pelan bahu Hyunjin, namun sama saja, Hyunjin tetap menoleh dengan kasar.
"Ada apa?"
"Daff, cara minta maaf gimana?"
"Lah memang kamu salah ke siapa?"
"Danu"
"Salah kenapa?"
"Saya dekati Resa dan abaikan dia dua minggu ini. Ternyata dia tidak ada usaha mendekat ke saya lagi, sepertinya tidak perduli"
"Hahaha, bodoh juga ya Zidan. Setiap malam Danu nelpon aku, selalu tanya kamu sudah tidur apa belum dan alasan kamu jauhin dia, kamu bilang dia nggak perduli?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me •♡Hyunjeong ✔️
Fanfiction[lokal] Siapa sangka melakukan syarat kelulusan di kampusnya mendatangkan rasa baru dalam hidupnya? Seorang Zidan baru saja jatuh cinta. 🔗hyunjeong