terserah.

7 1 0
                                    

"Jika aku sudah mengatakan terserah itu artinya aku sudah lelah, dan tidak ingin peduli lagi"


Happy reading and enjoy! (:

"Gimana, Lo jadi minta maaf sama Natasya?" Celetuk Andi. "Ngga."  "Lah kok ngga jadi sih Van Lo gimana sih?"  "Gue kemarin cuma mau ngibur dia aja, dan gue mau putus sama dia."  "APA?!"  Andi yang tadi hampir saja tersedak.  "Ngga usah ngegas kali lu di! Eh, beneran Van?" Lanjut Bara. "Iya." "Tanpa persetujuan kita?"  Seru Bara namun tidak hanya menoleh ke Revan namun iya juga menoleh kearah Nathan yang sejak tadi diam saja dan fokus pada bukunya.

"Percuma." Lalu Revan pergi meninggalkan kantin. "Iish Tan Lo daritadi diem Mulu, coba Lo yang ngomong pasti didengerin"  "kenapa lo nyalahin gue? Temen Lo aja tuh yang egois."  "Temen gue juga temen Lo juga kan..."  Namun Nathan hanya diam.

Revan berjalan menyusuri koridor sekolah dengan wajah yang frustasi. Bagaimana ia bisa menjauhi orang yang sangat ia sayangi, yang sangat berarti dalam hidupnya? Mungkin dimata Natasya dan teman-temannya ia terlihat egois. Tapi memang ini jalan satu-satunya agar tidak kehilangan orang-orang yang ia sayangi hanya itu. Dijalan ia berpapasan dengan Bima. "Revan!" Revan berbalik badan. "Gue minta maaf karna gue Lo jadi ribut sama Natasya, sebenernya-  "iya gue udah tau sorry gue salah paham"  "huh terimakasih" Bima menunduk menghadap kesamping seperti ada seseorang disampingnya.  "Lo ngomong sama siapa?" O ow Bima ketahuan. "Oh sama Lo lah sama siapa lagi coba?!"  "Trus Lo ngapa marep samping gue kan depan Lo begok!"  "Oh gitu ya sorry mata gue sewer" Revan memutar bola matanya lalu pergi.
Huh aman Bima dalam hati.

"Huhhhhuhuh Revan!!!!!!!" Revan terkejut dan segera memasukkan benda itu (rokok).
"Kenapa sih Sya?!" Tanya Revan dengan nada agak sinis. "Hih ngegas, ni liat deh gue bawa apa, taraaaa ini adalah puding coklat buatan Natasya cantik sedunia!"  Natasya dengan bangga memberikan puding buatannya.  "Cih, kepedean!"  "Iihh kamu kok gitu sih... Ayolah coba..!"  "Ngga suka coklat." Revan menolak dan memalingkan wajahnya.

"Eee sejak kapan hmm? Udah deh ngga usah boong ujung-ujungnya juga ketahuan!"  "Ya emang gue ngga suka maksa banget sih Lo!" Natasya berdecak kesal sambil mengedarkan pandangannya. "LOH ITU KENAPA ADA PUNTUNG ROKOK?!!"   "Jangan ngegas mba!" "Astaga Revan... Kamu ngerokok sejak kapan ya ampun!"  "Bukan urusan Lo!"  "Trus gunanya gue jadi pacar Lo apa coba?"  "Bacot!" Revan hendak mengambil dan mengonsumsinya langsung dirampas oleh Natasya. "Kamu ngga boleh ngerokok! Gue tau Lo lagi ada masalah Van, tapi jangan gini caranya!"  Udah! Lo ngga usah ikut campur urusan orang lain emang Lo udah bisa ngurusin idup Lo sendiri hah?"  "Ok kalau gitu terserah! Terserah kamu mau ngapain!" Lalu Natasya pergi. Tapi ia kembali lagi, "jangan lupa dimakan pudingnya setidaknya Lo harus menghargai orang lain kalo Lo sendiri ingin dihargai Van. Kata-kata itu cukup menampar Revan, tapi inilah jalan satu-satunya agar Natasya menjauh darinya.

"Ngapain Lo dimobil gue?" Tanya Revan kepada Nathan yang bersandar dimobil hitamnya itu. "Mau ngomong."  "Astaga... Ini yang dingin ketemu sama dingin ntar kalian membeku gimana??" Andi tiba-tiba datang menyela percakapan mereka. "Kita ngomg didalam mobil aja" Nathan mengangguk. "Lah Van gue ngga diajak?"   "Ngga ah udah lo pulang aja sana!"  "Hmm siap kapten." 

***

"Kenapa Tan?"  "Bau rokok!"  "Hmm iya belakangan ini gue ngerokok cuma buat ngeringanin beban pikiran gue.  "Kenapa ngga cerita? Trus fungsinya kita sahabatan?" "Hmm gue takut Tan Lo ngga percaya dengan semuanya."  "Emang pernah?" Nathan mengangkat sebelah alisnya. "Ngga sih."  "Yaudah cerita!"  "Tapi panjang & lama,"  "sampai subuh pun gue bakal dengerin,"  "hmm jadi gini,,".

***

"Lo gimana sih Sya pacaran kok kek ombak."  "Emang ombak gimana Ra?"  "Pasang surut!"  "Emang gitu ya?" "Keknya."  "Udah deh Sya mending Lo putusin aja tuh human pengen ditelan bumi tuh anak!"
"Lah Lo gimana sih kan Lo yang nyuruh gue perjuangin, sekarang malah nyuruh putus, gimana sih Lo!"  "Tapi sikap Revan itu loh Sya kek pengen ngejauhin Lo!" Lanjut Fera. "Mungkin dia bosan."  "Trus gue harus gimana? Gue udah capek."  "Terserah Lo aja!" Intan asal ngomong. "Lah katanya mau bantu gue,,, kok malah terserah sih?!"   "Maksud kita itu, apapun keputusan Lo kita bakal dukung, kalau itu emang bener, nah sekarang keputusannya ada di elo bego!"
"Oh gitu!" "Aelah Sya Sya waktu pembagian otak Lo kemana sih?" "Lagi berak kali."  Intan terkekeh. "Bodo ah mending gue ngedrakor, ngefangirl, ya ampun... Suami suamiku apakabar,,,,?" Natasya membuka laptopnya dengan lookscreen idolanya yang ia aku akui sebagai suaminya.  "Kumat tuh bocah." Fera memasang muka datar.

"ASTAGA FERA!!! LIAT DEH SUAMI GUE GANTENG BANGET!!" "Lah emang siapa?"  "Itu lo si Sehun ASTAGA!!"  "Ew Lo ganti-ganti Mulu kek gue dong!!! "  "Udah deh selera Lo mah gitu-gitu doang siapa si dragon ball itu?!"  "G.Dragon Intan!!"  "Eh udah-udah nih ya mau G-Dragon,mau Sehun tetep gantengan punya gue heh" siapa coba?" "TAEHYUNG!! ASTAGA!! ALIENKU"  dan akhirnya mereka saling lempar bantal. Ya... Begitulah.

Yuhuu kalian apa kabar?
Sayang kalian deh
Tapi bakal lebih sayang kalau kalian voment😘
Annyeong!!!




CONFUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang