RANTING PUISI BAG. 1 (SASI 2)

154 15 0
                                    

Kotak usang itu kubuka pelan. Potretmu masih jelas dalam ingatan. Tak jarang sosokmu terbayang. Membawaku seolah terbang melayang.

Cerita tentang aku dan kamu seakan memutar ingatan seperti kaset lawas yang terputar ulang. Tentang tawamu yang dulu menjadi candu, buatku jadikan semangat baru. Ah l, kenangan itu. Rasanya ingin kubuang jauh, agar hati ini tak lagi menyimpan rasa rindu tentangmu—yang begitu menyakitkan untukku.

Kau tidak akan pernah tahu. Sudah sejauh apa aku terombang-ambing bersama sejuta rindu yang hanya sekedar pilu.

Kau tahu, cinta itu sarat bukat syarat?
Namun ketika kau kuberi diksi, yang kau balas malah friksi. Tidakkah kau sadar rasa ini lekat?

Tirai Magrib tidak bisa menjadi pelepas gundah akan coretan masa lalu
Yang harapku ingin kembali bersamamu. Namun, apa pedulimu, Sayang? Dengan angkuh kau tinggalkan segalanya. Tak berkeping, tak bersisa.

Ingin kuputar kembali waktu ke arah kiri. Agar aku dapat mengenangmu walau sendiri. Cinta ini masih terus saja bersemi, dan rinduku ini masih saja tak bertepi. Dan aku tahu bahwa semua usahaku 'kan sia-sia untuk membuatmu kembali.

Kini, kuberharap hati ini untuk mampu bersemi. Melupakanmu itu, harus lah  terjadi agar hari-hariku menjadi berarti. Menyingsing fajar di masa depan, kutitah langkah untuk bahagia. Cukup Tuhan yang menemaniku menepikan hati, pada pilihan terbaik yang Tuhan beri.

Namun, lagi, lagi dan lagi. Semuanya tak bisa berkompromi. Sejauh apa aku ingin melupa, sejauh itu pula kau teringat. Bolehkah kusebut kau penjahat? Yang selalu membiarkanku memikirkanmu tanpa kau peduli. Aku rindu kau yang dulu. Aku rindu warna-warna di masa lalu. Saat kau dekap hangat pribadiku. Dan kutatap lekat, legamnya korneamu.

Aku masih takut, sebab, dulu pernah mencintai dengan sangat dalam namun sia-sia. Sekarang aku tak ingin kau juga menjadi masa laluku seperti mereka, aku akan menjaga namamu semampuku.vDan semesta akan meng-aamiin-kan segala dekap yang mengikat kita untuk bersatu. Hingga seruan angin menjadi candu kala rindu bertamu.

Dengan rikuh kau kurengkuh. Meski ripuh, segala jalan kan kutempuh. Hingga kau luluh, sebelum rasa ini luruh.

Ketika hatimu telah luluh, akan segala usahaku untuk membangun sebuah rasa yang bernamakan cinta di hatimu, kumohon kau harus bisa mencintaiku dengan tulus dan jangan pernah kau jadikan aku sebagai tempat singgah sementaramu atau menjadikanku sebagai aksaramu yang bisu.

Hebat sekali jika kau berusaha menjadikanku bayangan palsu. Kukira diri ini sempat bisu karenamu. Atau memang tak kuasa menahan pilu. Sebab, aksaraku telah menemukan telinga baru.

Kontributor ;
Aimer
Si Kumbang Kecil
Sabrina Nazma Dilara Karli Ayshil
Tasya
Riki Bagas
Indra
Zyah
Tristrisna
Septina Nurcahyani
Kim
Menggy Alqibah
Sybil

SEHIMPUN ADIRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang