Lirih suaramu pilu. Di antara lembayung engkau sendu. Sendu membiru, sembab ku dibuat rindu. Langit pun mendung seolah mendukung rindu yang menyayat hati. Akan pergi yang tak kembali.
Kututup cerita dengan pilu. Meski berat tuk melangkah. Takkan kulupa cerita kita berdua. Berdua merajut asa yang kini tanpa makna. Membiarkannya tertoreh dalam kitabku dan kitabmu. Yang aku yakini kita akan bersama. Namun, perpisahanlah yang menjadi nyata.
Kau sosok yang tak akan pernah mungkin, mampu kugapai. Bahkan hanya dalam mimpi pun tak mungkin. Tapi, optimisme semangat ini mulai muncul tatkala dirimu menghadiahkan ku sebuah senyum.
Menumbuhkan kembali asa yang sempat tenggelam. Menenggelamkan semua keraguan jadi kian bahana. Melangitkan kembali doa yang lama. Meminta petunjuk agar kau yg terbaik untuk sebuah asa yang pernah tersia-sia. Hingga bukan lagi sebagai cerita fana melainkan kisah nyata kita. Yang terukir indah dalam sebuah kisah.
Kisah yang akan kuceritakan pada semesta nantinya. Hingga membuat semesta pun kian cemburu terhadap kehadiran kita. Dan Tuhan yang akhirnya tak merestui kita bersama. Memisahkan kita berdua, layaknya Adam dan Hawa.
Nyatanya, kita tak pernah berpisah ada pertemuan yang akan hadir setelahnya.
Dan kuberharap pertemuan itu dengan dirimu kembali. Pertemuan yang hadirkan kebahagiaan. Jauh dari lubuk hati yang terdalam.Tapi, apalah daya. Hati manusia itu lemah. Ketika menjadi temu, hening yang saksi bisu diantara pengharapan. Pengharapan tak berujung menjadi sebuah kerinduan tak bertepi. Hanya langit yang menjadi saksi—tentang cinta kita yang tak bertepi.
Kontributor ;
Aimer
Railo
Zeanisa
Adib
Rahma
Titin Sintia
Nia
Ran Cleo
Laila
Sapphire Blue
Ullasilvianurmufidha
Ayu Nur Fitriyah
Nadila Wulan R.
Sherina D.
Aan
Suci Maharani
Intan
Annisa A.
Nursanda
Veronica
Vee_
Nopitamelle
Muti
Septi A.
Dewi J.
Intan Kusuma
Asrizki
Azurea
KAMU SEDANG MEMBACA
SEHIMPUN ADIRASA
PoetryBerisikan tentang kumpulan puisi karya SAHABAT SASI yang terpilih