RANTING PUISI BAG. 6 (SASI 5)

63 6 0
                                    

Kotak usang itu kubuka pelan. Potretmu masih jelas dalam ingatan. Tiap ingatan, kurangkai perlahan. Mengingat akan sebuah kenangan. Kenangan yang perlahan memenuhi ruang ingat. Mengingat memang selalu indah, namun, tak selamanya seperti itu.

Ruang ingatku hampir mati karenamu. Karena hadirmu yang penuh ambigu. Kupetik gitar sambil mengenangmu.
Mengenang kita yang telah berlalu. Akankah kau kan kembali padaku?
Membayar setiap waktu yang berlalu tanpamu. Percayakan bahwa mengharapmu aku tak perlu untuk lagi meragu.

Seperti senja yang berlalu dan malam yang menyelimutiku. Semuanya butuh waktu.
Hanya waktu yang berkuasa atas semuanya, dan hanya takdir yang menikmatinya dalam diam. Diam bukan berarti aku lemah namun, aku hanya menyerahkan semua ini pada Semesta biarlah yang menentukan semua yang terbaik untukku. Sekalipun Aku harus menanggung luka jika tidak dapat bersamamu.

Aku lelah. Sekeras apapun kumencoba lupakanmu, ingatan tentangmu tak kunjung tersapu. Hingga menyisakan rasaku padamu yang semakin abu-abu. Ketika ketidak pastian menyeru dengan lantangnya, entah apa yang harus kuperbuat kini. Diam membisu pilihanku saat ini.

Di tengah malam sunyi, tanganku menengadah berharap penuh air mata.
Semoga takdir mempertemukanku dengamu yang kudamba. Merajut kisah penuh cinta. Mengarungi semesta dengan tema bahagia. Jalani hari penuh canda tawa dengan senyummu nan seindah mutiara.
Melupakan fakta bahwa kau dan aku pernah terluka. Bersama kembali merajut kisah dalam lembar baru penuh warna. Cukup aku dan kamu tanpa dia.

Menyatukan rasa dalam balutan asmara.
Meski semua itu hanyalah angan, tapi, kutetap yakin bahwa suatu saat kau dan aku akan kembali dipersatukan. Entah itu dalam balutan bahagia atau sedihnya perpisahan. Semesta kan jadi saksi bisu disaat waktu mempertemukan kau dan aku.

Pertemuan yang indah nan mendambakan.
Pertemuan yang lukiskan tiap jengkal keping kerinduan. Kerinduan yang tak mampu aku elakan begitu saja. Langsung hanya melalui kata dan aksara saja.
Karena deru hasrat ini tak ingin meredam.

Walau hasrat ini tak bisa diredam dan sangat menggebu akan inginku padamu, ternyata logikaku pun cukup kuat untuk bertahan dalam diam. Mengingat bayangmu dalam sketsa memori yang memilukan hati. Karena, goresan luka yang masih membekas hingga kini. Walau begitu hatiku tetap mengharapkanmu, karena, kaulah separuh napasku.

Mungkinkah nanti sebelum senja kau datang memeluk hatiku? Mungkinkah menunggu fajar untuk hanya melihatku? Semua yang masih tak pasti rela aku lakukan karna aku masih mengharapkanmu.

Entah sampai kapan hatiku mampu untuk terus bekerja seperti ini, mengharapmu. Sementara aku pun tak tahu, bagaimana aku di matamu. Apakah engkau pun lelah mengharapku, seperti halnya kini aku mengharapmu?

Aku masih di sini, Sayang. Di tempat yang sama. Tempat di mana kita masih menatap mesra Sang senja. Yang katamu dia indah sepertiku. disini, sndiri menatap sepi yang kian mati.

Karena, tidak ada nya kehadiranmu. Aku di disini selalu menunggumu, Sayang. Beratus kali kau menghilang, cahaya itu tetap pancarkan bayanganmu. Beribu langkah kau pergi, air takkan mampu membilas pancaran jiwamu. Berjuta kesunyian takkan mampu menyamarkan suara hatiku tentangmu.

Tataplah aku, hanyalah angin. Biarkan saja berembus tanpa henti, tanpa mampu tuk ditangkap. Tapi, mengapa kini kau kembali? Meski aku senang melihat wajahmu lagi, bukan berarti aku senang dengan alasan kamu kembali. Karena, aku sudah terlanjur kecewa dengan sikapmu yang hanya menjadikan aku tempat singgahmu yang mana kau akan kembali jika kau sudah bosan dengannya.

Kali ini soda sangat pas untuk yang merasa kecewa. Sudah tahu ini menyakitkan masih tetap kuteguk nikmat, apa adanya. Maaf, kau pikir aku kan luluh? Sekali aku berjalan akan terus berjalan maju, tak mungkin berhenti. Mundur juga tak mungkin. Sampai raga terpisah, sampai jiwa terbang ke kehidupan berikutnya.

Kontributor :
Aimer
Mulgae
Mella
Dean
Nadia
Sheila
Reski
Irham
Iffy
Dzikri
Ambar
Syaifa
Faiza
AZ
Rain
Annisa
Raven
Yuli
Isma
Rhana
IA
MeRoHam
April
Lady Sion
Hanna
Dewi

SEHIMPUN ADIRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang