Takut

239 26 8
                                    

~Sakit sekali ketika cinta tak bisa memiliki. Namun, akan lebih menyakitkan jika memiliki tanpa dicintai.~
♥♥♥

Hari berlalu dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari berlalu dengan cepat. Trissya memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Dia memilih untuk kembali ke kampung halamannya di Bandung. Gadis itu mengurus peternakan kambing milik bibinya, Lisna. Gadis itu merasa lebih tenang tinggal di perbukitan. Rumahnya berjarak sekitar 400 meter dari rumah dan peternakan milik Lisna.

Rumah tersebut adalah peninggalan orang tuanya. Dulu, gadis itu memutuskan pergi ke Jakarta untuk menjadi pegawai kantoran. Namun, pada akhirnya dia bekerja sebagai karyawan mini market karena status pendidikannya yang tamatan SMA. Jika saja masalah perekonomian keluarganya baik, Trissya pasti kuliah karena dia termasuk siswi yang cerdas di sekolahnya.

Gadis itu kini sedang memegang tongkat kayu. Dia tengah menjaga kambing-kambing milik Lisna di padang rumput yang cukup dekat dengan rumah.

"Kapan kamu gemuk?"

Mbeeeek

Trissya mengangguk seolah merespon ucapan si kambing, "Aku juga gak bisa gemuk, gak bisa tinggi, gak bisa ngapa-ngapain."

Mbeeek

Trissya melihat ada sepasang muda-mudi yang berboncengan sepeda melewati perbukitan. Gadis itu teringat pada Raefal. Dia menggeleng cepat.

"Ngapain juga aku mikirin siluman itu."

Trissya melihat Lisna yang melambaikan tangan dikejauhan. Gadis itu mengangguk sambil melambaikan tongkatnya. Setelah memasukkan semua kambing ke dalam kandang, Trissya kembali ke rumahnya. Dia memilih untuk mandi dan bersantai di sore hari itu. Sambil mengeratkan selimut, Trissya meminum coklat panas.

Mie instan yang mengeluarkan uap lembut di meja diabaikan olehnya. Gadis itu menikmati pemandangan sore yang indah dari jendela kamarnya. Sedikit ke sebelah barat ada perkebunan teh yang asri. Kampung halamannya, tempat kelahirannya, dimana dia dibesarkan.

Trissya melihat bayangan dari jendela tesebut. Seorang pria dengan senyuman sinis di belakangnya. Trissya segera menoleh ke belakang. Tidak ada siapa pun disana. Seketika bulu kuduknya merinding. Gadis itu tidak mungkin melupakan wajah tersebut.

Wajah Daeriel.

Pria menakutkan itu yang baru saja dilihatnya.

Gadis itu mulai merasa takut dan panik. Dia kembali melihat keluar jendela. Seekor kambing berlari menuruni bukit. Trissya melongo kebingungan.

"Kayaknya aku udah masukin semua kambing ke dalam kandang, deh."

Gadis itu memilih keluar untuk mengeceknya. Di menuruni bukit dan melihat kambing itu memakan rumput disana. Trissya menggeleng pelan sambil mengeratkan selimutnya karena cuaca yang dingin ditambah langit hampir gelap.

DRUCLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang