Drucless Pengendali Pikiran

289 17 0
                                    

~Tak masalah mereka bilang apa pun tentang dirimu. Hidupmu dengan dia berbeda. Biarkan mereka menjelekkan sesuka hatinya. Hinaannya tidak akan membuat hidupmu berbeda.~
♥♥♥

~♥♥♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah sudah berapa lama Raefal tinggal di dunia manusia. Yang pasti, terhitung tahun jika menghitung di dunia drucless. Tampaknya dia tidak berniat untuk pulang. Selama bersama Trissya, dia memang tidak melakukan hal-hal aneh. Mereka terlihat seperti... sepasang kekasih yang wajar dan normal. Ya, walaupun mereka sama-sama tidak menyatakan perasaan. Mereka tidak menjalin hubungan juga.

Ada pepatah menyatakan, "Ungkapan itu tidak terlalu diperlukan, jika tindakan terlihat lebih nyata."

Pepatah dari mana itu?

Penulis juga gak tahu.

Ehmm, balik lagi ke cerita.

Jika Raefal kehilangan energi, dia akan pergi ke perbatasan dunia manusia dan dunia drucless untuk menemui Geross. Dia meminta bantuan pada tabib itu untuk mengambilkan air suci dari sungai.

Lalu, bagaimana dengan kabar Daeriel dan Qwella? Tidak ada yang berubah.

Sementara itu,

Raefal sedang membereskan sisa pekerjaannya di mini market. Mendengar suara langkah high heels yang mendekat, Raefal menoleh. Kedua alis pria itu terangkat melihat keberadaan wanita cantik itu.

Wanita itu tersenyum sendu, "Raefal."

"Qwella."

Keduanya memutuskan untuk berbicara di tempat lain. Raefal dan Qwella memilih restoran sebagai tempat untuk berbincang.

"Kamu gak kangen sama aku?" Tanya Qwella. Raefal menghela napas panjang, "Aku kangen sama kamu. Tapi, aku gak mungkin balik lagi ke istana. Kamu tahu seperti apa Daeriel."

Qwella mendesah pelan, "Kamu bisa tinggal dimana aja di dunia drucless. Kenapa kamu tetap tinggal di dunia manusia yang sama sekali tidak cocok untuk bangsa kita?"

Tidak ada jawaban.

"Kamu tinggal di dunia manusia karena perempuan itu, kan?" Tanya Qwella. Raefal akan menjawab, tapi wanita itu mengangkat tangannya menandakan dia belum selesai bicara.

"Raefal, aku gak tahu secantik apa perempuan dari bangsa manusia itu. Tapi, kamu harus sadar... kamu gak mungkin selamanya tinggal di tempat ini."

"Aku berhak tinggal dimana pun," ucap Raefal. Qwella tidak mengira dengan jawaban Raefal. Tidak biasanya Raefal menyanggah ucapan Qwella. Wanita itu merasa berhadapan dengan orang asing. Tidak ada cinta di mata Raefal untuknya seperti dulu.

"Kamu berubah." Qwella menggeleng pelan.

Raefal membuang napas berat, "Aku gak berubah. Aku cuma pengen bebas aja."

DRUCLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang