Keinginan yang Tertukar

235 21 0
                                    

Tiga bulan kemudian,

Trissya dan Raefal tinggal di rumah Raefal. Mereka tidak melakukan kegiatan apa pun. Raefal tidak mungkin meninggalkan Trissya sendirian di rumah. Pria itu selalu membawa Trissya kemana pun. Trissya juga tidak ingin berada jauh dari Raefal. Dia selalu ikut bersama suaminya.

Pagi ini, pasangan itu tampak masih terlelap dalam keadaan tubuh polos berselimut.

Trissya merasakan pegerakan dari sampingnya. Dia menoleh melihat suaminya yang sudah bangun dan menatapnya. Trissya mengecup bibir Raefal sekilas, "Selamat pagi."

"Gak kerasa," kata Raefal menatap nakal istrinya. Wanita itu memutar bola matanya sambil membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh polosnya. Raefal memeluk wanita itu. Dia mengecup pipi istrinya cukup lama.

"Sayang, apa kamu sudah merasakan tanda-tandanya?" Tanya Raefal. Trissya menoleh pada Raefal dengan ekspresi penuh tanya, "Tanda-tanda apa?"

Raefal menyusupkan tangannya ke perut Trissya, "Bayi kita?"

Trissya terlihat sedih. Dia menggelengkan kepalanya. Raefal meletakkan dagunya di ceruk leher Trissya.

"Kita kurang kerja keras," ucap Raefal dengan polosnya. Trissya tampak berpikir, "Kurang kerja keras gimana? Kita, kan..."

"Gimana kalo kita bikin sekarang?" Raefal memotong ucapan istrinya. Trissya menepuk pelan pipi Raefal, "Mesum."

Raefal tertawa, "Gapapa, yang penting aku cuma mesum sama istriku."

Trissya tersenyum.

Ponsel Trissya berdering, membuat keduanya menoleh kearah meja. Trissya mengambil benda persegi itu dan melihat nama Alma di layar.

"Sayang, Alma nelpon aku," ucap Trissya. Raefal menggerakkan kepalanya, "Angkat aja, Sayang."

Trissya mengangkat panggilan dari sahabatnya itu, "Halo?"

"Hai, Trissya. Kemarin aku ngirim surat lewat pos. Apa kamu belum melihatnya?" Tanya Alma dari seberang sana.

Trissya tampak berpikir sambil melirik suaminya. Raefal sedang mendengarkan percakapan mereka.

"Kemaren aku banyak nerima paket dan surat, tapi aku belum lihat. Aku jadi penasaran." Trissya bangkit dan melangkah mengambil jubah tidur yang menggantung. Raefal memperhatikannya.

"Ah, kamu. Buruan bukaaa." Suara Alma terdengar begitu tidak sabaran. Trissya tersenyum. Dia menoleh pada Raefal sembari memberikan kode ingin keluar. Raefal bangkit dari tempat tidur. Dia mengambil handuk putih dan melilitkannya ke pinggang.

Trissya berlalu menuruni tangga disusul Raefal.

"Aku lagi otw mau nyari suratnya, nih."

"Hehe, kamu pasti terkejut!"

Trissya semakin penasaran. Wanita itu melihat surat-surat yang beberapa hari lalu diterimanya. Ada yang mengalihkan perhatiannya, yaitu surat yang terbungkus kertas berwarna magenta. Tertera nama Salma Noer Annisa Rahmayadi sebagai pengirim.

Raefal dan Trissya saling pandang. Wanita itu membukanya dan mendapati surat tebal berwarna yang senada dengan bungkusnya.

"Surat undangan pernikahan?!" Seru Trissya setelah membaca isinya. Sepasang suami istri itu saling pandang.

"Hehe, kamu terkejut, kaaaan? Alhamdulillah aku bisa nyusul kamu sama Raefal di tahun yang sama."

"Wah, selamat, yaaa." Trissya ikut bahagia untuk sahabatnya itu.

DRUCLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang