Milik Daeriel

227 19 0
                                    

~Apa yang aku lakukan padamu adalah tergantung apa yang kamu lakukan padaku, paham?~
(Natrissya Virlin)

♥♥♥

Laureen melihat Trissya dan Daeriel melewati kamarnya. Gadis kecil itu segera menghampiri mereka.

"Ayaaah!"

Daeriel menoleh. Kedua mata pria itu berwarna merah gelap. Laureen terkejut dan mundur. Gadis kecil itu menoleh pada Trissya yang memiliki warna mata serupa. Terdapat segel drucless milik ayahnya di leher Trissya.

"Ayah, kenapa Ayah mengendalikan pikilan dia?" Tanya Laureen dengan ekspresi sedih. Mendengar pertanyaan putrinya, Daeriel segera mengubah warna matanya dengan berkedip beberapa kali. Tubuh Trissya terhuyung. Pria itu segera menangkapnya. Trissya pingsan karena Daeriel terlalu lama mengendalikan pikiran wanita itu.

Laureen mendekati mereka. Dia tampak cemas dan bertanya, "Ayah jahatin ibu?"

Daeriel memundurkan kepalanya mendengar Laureen yang memanggil Trissya dengan sebutan 'ibu'. Gadis kecil itu memegang tangan Trissya dan mengguncangkannya.

"Laureen, dia bukan ibu kamu, Sayang." Daeriel menggendong tubuh Trissya dan membawanya ke kamar. Laureen menyusul sambil tetap melihat wanita itu dari jarak dekat.

Daeriel memperhatikan putrinya yang tampak begitu penasaran. Laureen melihat wajah Trissya yang tampak tenang. Wajah mereka begitu dekat, kelihatannya seperti Laureen mau mencium Trissya.

Daeriel terkekeh pelan, "Laureen sayang, wanita itu berbahaya. Jangan dekati dia."

Gadis kecil itu segera menjauhkan wajahnya dari Trissya. Dia menatap sang ayah.

"Ayah bohong, kan?"

"Dia bukan dari bangsa kita. Dia wanita dari bangsa manusia," ucap Daeriel. Laureen tampak berpikir. Dia menyentuh wajah Trissya dengan tangan mungilnya.

"Wajahnya sepelti ibu," kata Laureen sambil tersenyum senang. Ekspresi itu membuat Daeriel merasa sedih.

"Laueen seling mimpi beltemu dengan ibu. Wajahnya sepelti ini." Laureen menatap ayahnya dengan ekspresi penuh keyakinan.

"Laureen, dia bukan ibu kamu, nak. Kamu gak percaya sama Ayah?" Daeriel meyakinkan putrinya.

"Telus ibu Laueen siapa? Ayah pelnah bilang, ibu Laueen adalah pelempuan yang waktu itu. Tapi, dia jahat mau lukain Laueen." Perempuan yang dimaksud oleh Laureen adalah Qwella, ibu kandungnya.

Daeriel menghela napas berat, "Oke, terserah kamu. Tapi, kamu jangan dekat-dekat sama dia, ya."

Laureen cemberut kesal, "Kenapa?"

Ayah takut... jika Natrissya akan membalas dendam karena Ayah telah membunuh bayinya. Ayah tidak ingin dia melukai kamu, batin Daeriel.

"Ayaaah." Laureen mengguncangkan tangan ayahnya yang sedang melamun. Daeriel mengusap rambut putrinya, "Laureen anak baik, kan? Jadi, Laureen harus nurut sama Ayah."

Laureen mengangguk lemah, "Laueen boleh ngomong sama ibu, kan?" Gadis kecil itu membiasakan dirinya memanggil Trissya dengan sebutan ibu.

Daeriel tampak berpikir. Dia menghela napas berat sembari menggeleng, "Jangan, nanti dia marah. Kalo dia marah, itu berbahaya. Dia seperti singa betina. Tadi saja dia mau memotong lidah para raja yang datang ke pertemuan."

Laureen mendelik tidak percaya pada ayahnya. Daeriel tersenyum kaku.

"Ini sudah malam," ucap Daeriel sembari mengangkat tubuh kecil Laureen dan membawanya ke kamar putrinya. Dia menidurkan Laureen kemudian menyelimutinya.

DRUCLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang