Ch. 5 - Rangkaian Bunga

173 29 3
                                    

RABU, 23 MARET 2016 - AUDRIANNE UTAMI

"Anne, aku baru saja mendapatkan request buket bunga untuk pengiriman pada hari Jumat. Aku sudah mengirimkan gambarnya ke dalam chat milikmu. Untuk isi kartu ucapan dan alamat tertuju juga sudah aku cantumkan," ucap salah satu pekerja yang ada di toko bunganya.

"Baik, terima kasih," ucap Anne yang segera membuka handphone nya dan langsung memperhatikan gambar buket bunga yang tertera di dalamnya.

"Untuk lusa ya. . ." bisiknya pelan. Ia melihat jam tangannya dan mendapati bahwa jam kerjanya sebentar lagi akan habis.

"Kalau begitu besok saja aku mengerjakan buketnya agar bunganya dapat bertahan lebih lama segarnya. Hari ini aku cetak dulu saja kartu ucapannya."

Kartu ucapan itu ia buat dalam beberapa menit lamanya lalu terdengarlah suara printer yang sedang mencetak.

Kartu ucapan itu ia buat dalam beberapa menit lamanya lalu terdengarlah suara printer yang sedang mencetak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cantiknya," ucap Anne sambil melihat kartu tersebut dengan seksama. Kalimat yang tertera di dalamnya membuat dirinya termenung sejenak. Senyumnya memudar dan benaknya mulai terganggu dengan sebuah pertanyaan 'Akan kah ada satu kali saja dalam tiga tahun pernikahan Yoga memberikanku buket bunga?'

"Sepertinya tidak," jawabnya lemas sembari menyimpan kartu ucapan itu ke dalam laci miliknya. "Dan jangan berharap apapun Anne."

Pada Jumat pagi, bunga yang Anne rangkai sudah siap untuk dikirim. Ia menuliskan alamat dan nama yang tertera di dalam handphone nya di atas secarik kertas putih kecil.

"Ini alamatnya," ucap wanita itu sambil menyerahkan kertas yang berisikan tulisan tangannya pada salah satu kurir pengantar yang bekerja di tokonya.

"Baik."

"Hati-hati ya. Jangan sampai rusak," pinta Anne.

"Baik," jawab sang kurir sekali lagi sebelum melesat pergi dengan sepeda motornya.

Anne yang masih berdiri di depan pintu memandang sepeda motor itu pergi hingga tak nampak lagi dari pandangannya. Senyum yang sedari tadi terpasang di wajah manisnya saat ia mengirimkan bunga itu pun tergantikan dengan sebuah tarikan nafas panjang lalu ia menghembuskannya dengan lelah sambil bergumam, "Kau pasti bercanda."

. . .

"Anne. Anne. Halo. . ." panggil Tabithia atau sebut saja Thia, sahabat Anne yang telah mengenalnya selama bertahun tahun lamanya. Wanita itu mengenakan sweater hoodie yang kebesaran dengan celana jeans begitu pula dengan polesan wajah yang apa adanya sehingga menunjukkan bahwa dirinya merupakan wanita yang tomboy.

Sejak dari tadi Thia melambaikan tangannya di depan wajah Anne yang sedang melamun menatap ke arah jalanan yang ramai di malam hari, terlebih lagi pada malam Sabtu.

"Ya," ucap Anne setelah tersadar.

"Ada apa denganmu?" tanya sahabatnya dengan sedikit khawatir.

"Tidak apa."

[FIN] Passing ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang