Ch. 22 - Permainan Singkat

151 8 0
                                    

SABTU, 04 NOVEMBER 2017 – YOGA PUTRA WICAKSANA

Dua minggu yang lalu sepasang suami istri ini mendapatkan undangan dari teman sekolah dasarnya untuk menghadiri reuni bersama sebelum tahun lama berganti. Karena mereka sedang tidak padat aktivitas pada hari itu maka mereka memutuskan untuk ikut serta.

"Apa kau masih ingat anak laki-laki sepantaranmu yang bernama Ade?" tanya Yoga di malam reuni saat mereka sedang dalam perjalanan menuju lokasi acara.

"Ade siapa?" Anne bertanya balik sambil sesekali mengecek peta yang terbuka pada layar handphone nya sebagai panduan.

"Ade. Anak yang kausukai itu." Setelah suaminya memberikan sedikit informasi tambahan maka kedua mata Anne langsung membulat, begitu pula dengan bibirnya.

"Itu sudah lama sekali. Bagaimana kau tau?"

"Karena teman-temanmu yang tidak bisa untuk tidak menyebarkan cerita." Anne pun tertawa geli saat mendengar jawaban sindiran dari Yoga.

"Dulu, karena sering bermain denganmu, banyak juga temanku yang mengatakan bahwa kau dan aku berpacaran."

"Lalu?" Yoga menunggu kalimat selanjutnya.

"Lalu aku membantah semuanya. Aku bilang aku tidak suka padamu dan juga tidak berpacaran denganmu."

Wajah Yoga yang awalnya terlihat senang seketika itu juga berubah menjadi lebih muram. Padahal kejadian itu sudah lewat bertahun-tahun lamanya tetapi masih saja terdapat perasaan yang menggelitik di dalam hati pria itu.

"Aku masih kecil dan masih belum memikirkan untuk berpacaran apalagi berpacaran dengan dirimu yang masih bocah," lanjut Anne lagi yang memberikan penjelasan sambil mencubit pipi Yoga dengan gemas.

"Jangan mencubitku," ucap Yoga dengan nada yang terdengar kesal.

"Mumpung aku masih memiliki kesempatan untuk mencubitmu maka aku akan melakukannya dengan sepuasnya," balas Anne yang tak mau kalah dengan senyum jahilnya.

Kesal. Itulah yang segera aku rasakan dari dalam hatiku.

Bukan di saat Audri mencubitku tetapi di saat wanita itu mengingatkanku kembali akan pernikahan yang bersifat sementara. Tahun kedua akan segera berakhir. Tahun ketiga telah menunggu tepat di depan mata. Akankah tahun terakhir terasa manis?

"Itu gedungnya," ucap Anne yang tiba-tiba saja menunjuk sebuah gedung tinggi yang terletak pada sisi sebelah kiri jalan raya, mengikuti informasi yang tertera pada peta. Setelah memasuki area gedung, Yoga segera mencari posisi parkir yang berada paling dekat dengan pintu masuk.

"Bagaimana penampilanku malam ini? Apakah sudah terlihat rapi?" tanya Anne yang sedang merapikan rambutnya di dalam mobil sembari memperhatikan bayangannya pada cermin kecil yang terletak di dalam sun visor mobil.

Mendengar itu, Yoga segera menolehkan wajahnya menatap Anne yang telah terlebih dahulu menatapnya. Malam itu Anne menyanggul rambutnya sehingga membuatnya dirinya terlihat lebih dewasa. Riasan sederhana pada wajahnya tetap membuat wanita itu terlihat cantik.

Beberapa helai rambut panjang yang teruntai di dekat telinga Anne begitu menarik perhatian Yoga sehingga dengan sendirinya tangan pria itu bergerak untuk menyelipkan sisa rambut pada bagian belakang telinga Anne.

"Seperti ini terlihat lebih cantik," ucap Yoga dengan nada yang terdengar lembut disusul dengan senyum manis pada wajahnya.

"Te-terimakasih," ucap Anne dengan sedikit terbata. Wanita itu segera memalingkan wajahnya dari tatapan Yoga. Dengan cepat tangan kirinya membuka pintu mobil, beranjak keluar dan meninggalkan suaminya sendirian di dalam mobil yang masih mengedip-ngedipkan kedua matanya dengan bingung.

[FIN] Passing ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang