KAMIS, 04 JANUARI 2018 - YOGA PUTRA WICAKSANA
"Selamat datang. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu di sini." Sebuah sapaan hangat terdengar saat Yoga duduk di salah satu kursi kosong yang berdempetan dengan meja bar panjang. Ia melihat sekilas sang bartender lalu menyunggingkan senyum pilunya.
"Seperti biasa." Ia memberikan pesan.
"Bagaimana dengan temanmu?" Ditatapnya kembali sang bartender lalu diikutinyalah arah pandangnya yang melayang kepada seorang pria yang baru saja masuk ke dalam. Teman baik, teman kerja dan juga teman minumnya. Ara.
Yoga memalingkan wajahnya, diikuti dengan satu hembusan nafas berat. Hatinya mulai mengeluh. Padahal ingin sekali kuhabiskan malam ini sendirian saja. Dan jika aku memang memerlukan teman malam ini, dia adalah teman terakhir yang aku harapkan untuk hadir.
Tanpa perlu memanggilnya, kedua langkah kaki yang berat itu terdengar melangkah mendekati Yoga.
"Hai Yoga," sapa temannya sambil merebahkan pantatnya pada kursi kosong yang bersebelahan dengannya.
"Ara," balasnya tak acuh.
"Tambah satu lagi," ucap Ara pada sang bartender saat melihat segelas wiski yang baru saja tersuguh di hadapan Yoga.
"Sudah lama kita tidak minum bersama." Ia memulai percakapan.
"Iya."
"Kapan terakhir kalinya?"
"Tiga tahun lalu. Setelah ulang tahun ayahku."
"Soal orang tuamu, apakah mereka baik-baik saja?"
"Iya."
"Senang mendengarnya. Jika sempat aku akan mengunjungi mereka."
Yoga diam tak bergeming. Dalam keheningan, ia menenggak wiskinya hingga habis dalam satu tegukan. Karena sudah hafal dengan pelanggannya, maka sang bartender dengan sigap mengisi kembali gelas kosong itu.
"Melihat caramu minum malam ini, sepertinya ada yang sedang mengganggu pikiranmu." Dari samping diam-diam Ara memperhatikan. "Apakah berhubungan dengan Audri?"
"Aku tidak ingin membahasnya," sanggah Yoga mentah-mentah, membuat Ara terdiam tapi tak lama kemudian pria itu kembali membuka suaranya.
"Apa benar wanita yang pernah kauceritakan padaku itu Audri?" Tiba-tiba saja ia melontarkan pertanyaan yang masih membuatnya penasaran, ingin memastikan kebenarannya sekali lagi.
"Iya."
"Lalu, apa benar kau adalah pria yang menemani Audri di malam ulang tahunnya? Di tempat ini?"
"Kau benar."
"Pantas saja kau ingin kembali bekerja di Indonesia." Nadanya terdengar sinis. "Padahal sebelumnya kau sendiri yang memohon kepadaku untuk mengirimmu keluar."
Dan pantas saja malam itu ia menggerutu kesal saat memintanya untuk menggantikanku mengikuti meeting beberapa hari di Singapore. Ternyata di sini dia sedang berkencan dengan Audri.
"Apa kau marah?"
Sangat!
"Sebaiknya aku pulang saja." Setelah Yoga menaruh dua lembar uang kertas berwarna merah di atas meja bar, pria itupun bangkit berdiri, beranjak dari kursinya.
"Tunggu." Ara mencoba menggapai pundak Yoga yang telah memunggunginya. Suatu tindakan yang salah karena bagai minyak yang tersulut api, dengan kepalan tangan yang sudah keras Yoga membalikkan tubuhnya, mencengkeram kerah kemeja Ara dengan satu tangan sedang tangan lain mengayun kencang memukul wajahnya yang tidak siap tertahan oleh apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FIN] Passing By
Romance[FIN] Menikah? Hidup bersama dengannya? Kenal dirinya saja tidak. . . Tapi untung saja ada 'Perjanjian Pernikahan' yang mengikat kami berdua selama tiga tahun. Cukup bertahan untuk menjaga perasaan selama tiga tahun, pasti mudah kan? ...