MINGGU, 31 DESEMBER 2017 - YOGA PUTRA WICAKSANA
Tahun penghujung tiba dengan sangat cepat. Suara terompet yang berbunyi saling bersahutan satu sama lain telah terdengar sejak sore hari. Jalan raya pun juga terlihat padat terpenuhi oleh berbagai jenis kendaraan begitu pula dengan restoran-restoran yang hiruk pikuk oleh para pelanggannya.
Raut wajah yang sedang tersenyum dapat terlihat dimana saja. Banyak yang saling bergandeng tangan, banyak juga yang sedang berkumpul bersama keluarga. Mereka semua terlihat sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Lalu bagaimana dengan pasangan suami istri yang masih berjuang untuk melewati tahun kedua mereka?
Yoga dan Anne baru saja menyelesaikan makan malam bersamanya di dalam apartemen dengan beberapa jenis lauk kesukaan Yoga yang spesial Anne masakkan pada malam itu.
Awalnya Anne ingin membeli makanan secara online saja supaya tidak repot tetapi tidak ada satu pengantar pun yang mau mengambil pesanannya. Alhasil ia pun memasak dengan bahan yang masih tersisa di dalam lemari pendingin.
"Kau lihat saja dari balkon samping betapa padatnya jalanan di bawah sana. Aku juga yakin hampir semua tempat makan sudah kewalahan melayani para tamu yang datang," terang Anne saat Yoga bertanya mengapa ia bersusah payah memasak malam ini.
Angin malam yang bertiup menyentuh lembut kulit tangan Yoga saat ia sedang duduk di balkon apartemennya sambil menatap ramainya jalanan di bawah sana yang terang oleh cahaya kendaraan.
Kala itu bulan yang begitu cantik pun nampak menghiasi malam yang hitam pekat tanpa adanya bintang yang menjadi tandingannya. Lingkarnyapun juga terlihat begitu sempurna.
Dengan kaleng bir pada tangan kanannya, sesekali Yoga menyesapnya. Sensasi dingin yang tercipta setiap kali ia meminum bir itu semakin menambah kenikmatan dalam merayakan hari terakhir pada tahun itu.
Pintu balkon yang tergeser di atas relnya membuat Yoga sontak menolehkan wajahnya. Tentu saja ia tau siapa wanita yang menyusulnya di balkon untuk duduk bersama.
"Apakah aku mengganggumu?" tanya Anne yang masih berdiri di dalam dengan kepala yang mengintip keluar.
"Tidak."
"Kalau begitu izinkan aku untuk menemanimu malam ini."
"Terimakasih banyak, Tuan Putri," timpalnya dengan canda.
"Aku tadi mengambil satu kaleng," ucap Anne yang sudah duduk di samping Yoga sambil memamerkan kaleng bir yang baru saja ia ambil.
"Ambil saja sepuasnya."
"Terimakasih."
"Terimakasih juga untuk makan malamnya. Aku suka," ungkap Yoga. Selanjutnya mereka berdua saling bergeming satu sama lain. Yang terdengar hanyalah suara klakson mobil yang ramai dan juga bunyi tutup kaleng bir yang baru saja Anne tarik.
"Cheers," ucap Anne yang terlebih dahulu mengangkat kaleng birnya, mengajak Yoga untuk menempelkan kaleng birnya pada milik Anne.
"Cheers untuk tahun yang akan datang," timpal Yoga lalu ia menyesap kembali birnya.
"Cheers untuk tahun terakhir," susul Anne. Sambil menatap suaminya, senyumnya terkembang lebar setelah ia meneguk birnya dalam satu tegukan panjang tetapi Yoga hanya dapat memaksakan senyumnya saja.
"Jadi apa kau sudah menyiapkan wish mu untuk malam ini?" tanya Anne.
"Iya aku sudah," balasnya. "Bagaimana denganmu?"
"Aku juga sudah."
"Apa wish milikmu?"
"Kau dulu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
[FIN] Passing By
Romantik[FIN] Menikah? Hidup bersama dengannya? Kenal dirinya saja tidak. . . Tapi untung saja ada 'Perjanjian Pernikahan' yang mengikat kami berdua selama tiga tahun. Cukup bertahan untuk menjaga perasaan selama tiga tahun, pasti mudah kan? ...