EOS 00 : PROLOG

4.2K 195 10
                                    

Dia adalah Kakak yang aku nantikan kehadirannya. Tuhan sangat baik sampai memberikan aku seorang Kakak seperti dia.

-Devi Cahya Kusuma

0. PROLOG

London..

"BANGUN WOY!" teriak seorang laki-laki yang membuka gorden dikamar tersebut, tidak hanya gorden, jendela pun dia buka. Membuat sinar matahari masuk kedalam kamar tersebut.

"Huaammm..." gadis yang berada ditempat tidur itu hanya mampu menguap. Karena, Kakaknya membangunkan dirinya seenak jidat. Dia masih mengantuk. Dasar pengganggu!

"Bangun jangan jadi pemalas." laki-laki itu duduk di atas kasur. Dan menarik tangan Adiknya untuk merubah posisinya menjadi duduk.

Dengan terpaksa dan mata yang masih terpejam, gadis itu duduk dengan tarikan dari Kakaknya. "Ganggu lo!" omelnya sembari mengucek-ngucek matanya.

"Lo udah besar sekarang. Belajarlah bangun pagi, mandiri." jawabnya dan menepuk-nepuk pipi adiknya.

"SAKIT WOY!" gadis itu langsung menghempaskan tangan Kakaknya kasar.

"Udah cepetan siap-siap. Dua jam lagi kita berangkat."

"Berangkat?" beo gadis itu, dan masih setengah sadar.

Laki-laki itu mengangguk. "Iya. Masa lo lupa. Dua jam lagi kita ke bandara, dan otw Indonesia."

Sontak setelah mendengar ucapan Kakaknya. Gadis itu langsung membuka matanya lebar. "DUA JAM LAGI?! GILA LO! BELUM SIAP-SIAP GUE!"

Kakaknya hanya mampu menutup kedua telinganya. Mendengar teriakan nyaring dari sang Adik. Dia hanya bisa tertawa melihat kelalaian Adiknya yang langsung mencari handuk, dan pergi ke kamar mandi.

"Eh, Kak!" panggil gadis itu dari arah kamar mandi. Dia belum mandi, masuk saja belum ke kamar mandi. Dia malah kembali menghampiri Kakaknya. Dan duduk disamping Kakaknya dengan handuk ditangannya.

Laki-laki itu memutar bola matanya malas. "Apa lagi? Mandi cepat. Kita nggak punya waktu banyak."

"Gue belum siap," ucap gadis itu dengan tatapan sendu.

Laki-laki itu menghembuskan nafasnya kasar. "Udah gue bilang kan ke-lo? Kalau lo belum siap, ya udah nggak usah ikut. Tapi, lo sendiri disini."

"Ish!" gadis itu mengumpat kesal. "Tapi, gue kangen kakek,"

"Ya udah. Kita balik. Ini bukan negara kita,"

"Gue tahu,"

"Bagus kalau lo tahu,"

"Ka?" gadis itu menatap Kakaknya.

"Hm?"

"Apa nanti gue siap buat ketemu mereka semua?" tanyanya dengan ketakutan dan keraguan yang terpancar dari matanya.

Kakaknya tersenyum. "Kalau lo belum siap. Nggak ada cara lain, lo harus nyamar."

Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "OGAH!"

"Nah, kan, ogah. Udah deh gini aja. Lo nggak usah takut, cuma Kakek yang jemput kita." jelas laki-laki tersebut.

Gadis itu mengangguk. "Oke deh." gadis itu bangkit dari duduknya, dan menuju kamar mandi. Baru dua langkah, dia kembali menghadap Kakaknya. "Kak!"

Kakaknya menoleh malas. "Apa lagi?"

"Cincinya udah ada, kan?!"

Kakaknya mengangguk. "Perasaan gue yang mau ngelamar orang, kenapa lo yang dari Minggu kemaren nanyain cincin terus ke gue? Ngebet dilamar ya lo?! Hayo ngaku?!"

Dengan cepat gadis itu menggeleng. "NGGAK ISH! GUA CUMA MASTIIN KALAU TUH CINCIN AMAN!" gadis itu menghentak-hentakan kakinya kesal. "Lagian gue juga nggak sabar pengin ketemu calon Kakak ipar," lanjutnya.

"Menghitung hari kita ketemu calon, menghitung jam kita sampai di negaranya." ujar laki-laki tersebut.

"Lagian lo kenapa sih? Nikah harus nunggu gue kerja dulu?" tanya gadis itu. Dia bingung dengan Kakaknya ini, Kakaknya sudah menjalin hubungan dengan kekasihnya semenjak dia kuliah, dan Kakaknya baru hendak menikah ketika dirinya sudah kerja.

"Gue pernah janji ke diri gue sendiri. Kalau gue bakal nikah disaat lo udah kerja." jawab kakaknya santai.

Gadis itu menatap heran kepada sang Kakak. "Kenapa harus gitu?"

"Harus lah! Gue pengin kalau gue benar-benar membiayai kehidupan lo dengan hasil kerja gue sendiri. Sampai akhirnya lo kerja, baru gue mau lepas. Disaat lo udah kerja, lo bisa menghidupi diri lo sendiri." jawab Kakaknya kembali santai.

Lagi-lagi Adiknya ini tersentak mendengar ucapan Kakaknya. Baru kali ini dia mendengar alasan dari Kakaknya. Pasalnya, sudah sering dia bertanya masalah seperti ini, tapi Kakaknya tidak pernah menjawab.

Dengan sigap gadis itu memeluk Kakaknya erat. "Makasih. The best!" ucap gadis itu terdengar bahagia.

Kakaknya tersenyum tipis dan mengusap lembut rambut Adiknya itu yang tergerai berantakan.

Gadis itu melepaskan pelukannya. "Gue janji deh. Nanti kalau lo udah punya anak, dan gue lagi ada uang, gue nggak segan-segan buat kasih apapun yang mereka minta."

Kakaknya mengangguk seraya tersenyum. "Terserah lo. Tapi, gue pengin anak gue nanti, nggak hidup mewah. Mereka cukup hidup dengan sederhana."

Gadis itu mengangguk mengerti. "Tenang aja. Nggak tiap hari kok gue manjainnya."

"Udah Sono mandi. Cepat! Barang-barang udah siap di ruang tamu. Nanti kita tinggal bawa aja." ucap sang Kakak memberi tau.

Gadis itu malah hormat seperti seorang pelajar yang sedang hormat disaat upacara bendera di sekolah. "SIAP BOS!"

***

Hai semuanya, mungkin ada yang ngerti ya Kakak Adik ini siapa hehe...

Yuk ikutin dan baca terus cerita End Of Story ini-!!

Jangan lupa vote, comen and share ya readers..

Ditunggu kritik dan sarannya..

END OF STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang