Part 6: HARI "H"

4.3K 228 9
                                    

Tiara dan Bastian turun dari mobil. Mereka berjalan ke arah taman yang terletak di samping gedung gereja. Taman dengan bunga beraneka warna itu memang sering dipakai oleh pasangan pengantin yang ingin melangsungkan pernikahan dengan tema outdoor. Bila sedang tidak dipakai untuk acara pernikahan, taman itu biasanya digunakan oleh para jemaat untuk sekedar duduk-duduk atau menenangkan diri. Namun, ada juga yang berdoa di sana. Dinding-dindingnya terbuat dari semen yang sengaja tidak dipoles halus, meninggalkan tekstur kasar yang justru menjadikannya tampak berseni. Di dinding itu pun dipasang lampu-lampu taman dan ditanami tanaman menjalar. Beberapa patung berdiri kokoh mempercantik penampilan taman tersebut. Alunan musik instrumen yang terdengar dari speaker yang tergantung di dinding turut menjadikan suasana begitu tenang.

Bastian berjalan lebih dulu ke altar. Sambil terus melangkah, dia memeriksa kembali ponselnya, ada satu pesan masuk dari Nania. Dia tidak berniat membacanya dan memutuskan menekan tombol off  lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku jas. Setidaknya dirinya aman dari gangguan Nania untuk beberapa jam ke depan.

Seluruh tamu undangan berdiri begitu Tiara yang digandeng oleh Pak Bimo melewati kursi-kursi kayu berwarna coklat tanpa sandaran yang dihiasi bunga lili putih.  Daun-daun hijaunya memberikan kesegaran bagi setiap yang memandangnya. Untung tadi Leo menghubungi pihak gereja untuk meminta para undangan supaya jangan pulang dulu. Pernikahan adiknya akan tetap berlangsung meskipun dimulai sedikit terlambat.

Pak Bimo mengelus lembut tangan Tiara yang terbungkus sarung tangan putih. Lelaki itu seperti menangkap ketegangan yang dirasakan oleh putrinya. Tiara menoleh ke arah ayahnya. Dia mendapatkan senyuman tulus dari Pak Bimo yang sangat menenangkan hati.

Di depan altar, Bastian pun tak kalah tegang. Pikirannya tak karuan. Bukan hanya karena dirinya akan mengucapkan janji pernikahan tapi juga teringat perkataan Nania yang memberitahukan kehamilannya. Seandainya perempuan itu tak hamil, Bastian sudah berencana mengakhiri hubungannya dengan Nania dan membangun keluarga yang harmonis dengan Tiara.   Apalagi sekarang Tiara juga mengandung anaknya.

Para tamu undangan kembali duduk begitu Tiara sampai di altar dan berdiri bersisian dengan Bastian. Kidung pujian dilantunkan, acara pemberkatan nikah pun dimulai. Semua yang hadir di acara pernikahan Tiara dan Bastian turut bernyanyi dengan semangat. Para fotografer dan sebagian teman turut mengambil foto pasangan yang sedang berbahagia itu. Cuaca yang cerah  pun seakan mendukung pernikahan mereka.

Pendeta yang akan memimpin acara pemberkatan nikah maju ke depan. Bastian dan Tiara semakin tegang. Sebentar lagi mereka akan resmi menjadi suami istri. Pendeta meminta Tiara dan Bastian untuk berdiri berhadapan. Sebelum mereka saling menyematkan cincin, pendeta meminta keduanya untuk mengucapkan janji nikah.

Bastian memegang kedua tangan Tiara dan memandangnya lembut. Bastian diam sebentar lalu menarik napas sebelum mengucapkan kalimat yang telah di hafalnya selama seminggu belakangan ini.

"Saya, Bastian Wiguna, menerima Tiara Larasati seba...."

"TUNGGU!" Teriak seorang perempuan dari pintu masuk menuju taman. Semua yang ada di sana menoleh ke sumber suara, tak terkecuali Bastian. Betapa terkejutnya lelaki itu pada apa yang dilihatnya. Perempuan yang barusan berteriak adalah perempuan yang semalam tidur bersamanya. Nania.

SKINNY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang