“Sudah... sudah.... Tidak perlu diperpanjang lagi masalah itu. Tiara pasti sudah mengerti akibat dari perbuatannya. Sekarang kita tidak perlu membahas kejadian itu lagi. Anggap saja itu sebagai pelajaran. Yang terpenting sekarang adalah Tiara harus berubah. Bukan hanya berubah tapi juga berusaha supaya kejadian seperti itu jangan terulang lagi. Kami memang kecewa, tapi kami sudah memaafkan perbuatanmu, Tiara.”
Pak Bimo berusaha tetap tenang saat menyampaikan isi hatinya. Istrinya dan Leo sedari tadi sudah tidak bisa menahan emosi. Kalau Pak Bimo ikut-ikutan emosi, bisa kacau semuanya.
“Kamu dengar itu, Tiara?” tanya Bu Fina ketus.
“Tiara pasti ngertilah, Ma. Lagian juga dia udah ngerasain akibat perbuatannya,” kilah Leo.
“Leo, dari tadi kamu terus yang jawab. Mama nanya sama Tiara, bukan sama kamu! Apa kamu udah ganti nama? Atau udah ganti kelamin sekalian?”
“Sudah... sudah.... Kalian berdua ini dari tadi bikin kepala saya pusing.” Pak Bimo mengusap bagian atas kepalanya yang tidak ditumbuhi rambut. Bu Fina dan Leo seketika diam dan saling memalingkan wajah.
“Iya, Ma. Tiara ngerti. Tiara minta maaf karena sudah membuat Papa, Mama, dan Bang Leo kecewa.”
“Bagus kalau kamu ngerti. Jangan coba-coba mengulang kesalahan yang sama. Kalau sampai terulang lagi, Mama seret kamu keliling komplek. Biar tambah malu sekalian.”
“Mama kok ngomongnya begitu, sih. Leo yakin Tiara nggak akan begitu lagi.”
“Kamu juga.... Kalau sampai kamu hamilin anak orang, bakalan mama potong itu yang ada di balik celana dalam kamu.”
Leo spontan menengok celananya kemudian berganti memandang Bu Fina. Matanya membesar.
“Loh kok Leo jadi ikut-ikutan kena sih, Ma?”
“Kan kamu juga dari tadi nyahut-nyahut Mama terus!”
Pak Bimo memelototi istrinya. Omongannya sudah terlalu jauh. Bila Pak Bimo sudah melotot, itu tandanya Bu Fina harus segera diam.
“Kalian berdua nggak dengar omongan saya dari tadi, ya? Kan saya sudah bilang, jangan diperpanjang lagi. Masih aja ribut. Peristiwa itu sudah berlalu. Tidak perlu kita ungkit-ungkit lagi.” kata Pak Bimo. “Tiara, sekarang apa rencanamu ke depan?” Pak Bimo memandang Tiara lembut.
“Nggak ada, Pa. Tiara nggak tahu sekarang harus ngapain.”
“Kalau begitu, kamu jalani saja hari-harimu seperti biasa. Sebaiknya besok kamu sudah masuk kerja lagi. Supaya kamu ada kegiatan.”
“Tiara nggak mau kerja di sana lagi, Pa. Terlalu banyak kenangan. Tiara mau di rumah aja dulu.”
“Oke. Tapi jangan kelamaan jadi pengangguran, ya. Nggak baik buat kesehatan dompet.” Semua tertawa mendengar kelakar Pak Bimo.
“Tiara, kamu jangan sakit hati karena kami bersikap begini sama kamu. Ini semua kami lakukan karena kami sayang sama kamu. Kami nggak mau kamu disakitin orang,” tutur Bu Fina. Dia melangkah mendekati Tiara lalu memeluk anaknya itu.
“Iya, Ma. Tiara ngerti.”
"Mama sayang kamu, Tiara." Bu Fina mengelus rambut Tiara lembut. Lalu mencium pipinya.
***
Tiara duduk di tepi ranjang. Pandangannya mengarah ke luar jendela. Seekor burung terbang menghampiri sarangnya. Tiga ekor anak burung telah menanti kedatangan induknya. Mereka mencicit bahagia, tahu bahwa induknya pulang membawa makanan untuk mereka.
Tiara menghela napas. Keluarga memang tempat terbaik untuk bersandar ketika kita sedang menghadapi beban berat. Tiara bersyukur, keluarganya tetap bisa menerimanya meskipun dia telah membuat kesalahan besar.
===============================
Hai... hai....
Terima kasih sudah kembali membaca Skinny Love.
Hari ini aku mau kasih bocoran tentang cast yang aku pakai untuk tokoh Leo, kakaknya Tiara.
Itu dia orangnya.
Sudah kebayang kan gimana dia nyahutin Tante Meriam Belina?
Semoga semakin semangat nunggu kelanjutannya, ya.
💖
KAMU SEDANG MEMBACA
SKINNY LOVE
ChickLit[TAMAT] [Telah TERBIT di Penerbit Cerita Kata] Tiara akan menikah dengan Bastian, tapi acara pernikahan mereka batal dilaksanakan karena seorang perempuan mengaku telah dihamili oleh Bastian. Lelaki itu kabur meninggal Tiara yang juga sedang hamil...