Perasaannya sedikit lega seusai menumpahkan tangisnya dalam pelukan Leo. Baju Leo sampai basah karena air matanya. Tiara memegangi tangan Leo agar tidak melepas pelukannya. Berada dalam pelukan Leo, membuatnya merasa aman dan nyaman. Beruntungnya dia memiliki kakak lelaki yang benar-benar menyayanginya.
“Gue boleh minta satu hal dari Lo nggak?” tanya Leo hati-hati.
Tiara mengangguk.
“Balik kayak dulu lagi, ya. Gue kangen liat Lo ketawa,” pinta Leo sungguh-sungguh.
Tiara kembali mengangguk.
“Pelan-pelan ya, Bang.”
“Ya iyalah. Kalau buru-buru namanya balapan,” ledek Leo.
“Ah rese Lo.” Tiara memukul dada Leo.
Leo tertawa sambil memeluk erat tubuh Tiara.
“Jangan kencang-kencang Bang meluknya. Engap. Gue nggak bisa napas,” teriak Tiara.
Leo meregangkan pelukannya.
“Percuma Lo ngabisin waktu dengan menangis. Ngurung diri di kamar. Semuanya nggak akan balik lagi kayak semula. Justru bagus tuh cewek nggak datang saat Lo udah nikah sama lelaki bejat itu. Sekarang Lo harus bangkit. Lo harus kuat. Gue mau liat Tiara yang dulu. Tiara yang semangat dan bawel.”
Leo tersenyum lalu melepaskan pelukannya. Dia mengambil mangkuk bakso di atas meja rias Tiara.
“Gue mau balikin mangkuk Mang Jajang dulu. Nanti dikiranya lu juga ngelahap mangkoknya.”
“Enak aja Lo! Emangnya gue kuda lumping!”
***
Tiara membuka jendela kamarnya. Membiarkan angin sepoi-sepoi menyapa kulitnya. Suara dahan pohon yang saling beradu karena tertiup angin memberinya ketenangan. Sebentar lagi matahari terbenam. Tiba-tiba saja dia teringat sebuah kalimat yang pernah dibacanya, “Padamkan amarahmu sebelum matahari terbenam.”
Ya, mungkin sekarang saatnya untuk bangkit. Sudah saatnya untuk melupakan kejadian buruk itu, meskipun sulit. Sudah terlalu lama dia mengurung diri di kamar. Sudah saatnya Tiara kembali menyatukan puing-puing hidupnya yang berantakan. Tiara tidak bisa begini terus. Toh, pada kenyataannya Bastian memang sudah meninggalkannya. Dan mungkin tidak akan pernah kembali lagi.
Hidup harus terus berjalan. Tiara akan tetap menjaga bayi dalam kandungannya sampai dia lahir ke dunia. Dia akan menerima kehadiran anak itu dan membesarkannya. Masih ada Pak Bimo dan juga Leo yang bisa memberikan sosok ayah bagi anaknya nanti. Satu lagi, Tiara sudah mengambil keputusan untuk mengunci hatinya rapat-rapat dari pria lain. Hanya ada dua laki-laki dalam hidupnya saat ini, Papanya dan Leo. Ya, cukup mereka berdua. Perihal kehamilannya, Tiara akan jujur pada keluarganya. Dia hanya butuh sedikit waktu lagi untuk mengumpulkan keberanian.
“Tuhan, tolong bantu aku melewati semuanya,” bisik Tiara lalu mengelus perutnya. “Kita berjuang sama-sama, ya,” lanjutnya.
Tiara merapikan tempat tidurnya. Menatap wajahnya di meja rias dan menemukan betapa bengkak matanya. Pasti karna terlalu banyak menangis, pikir Tiara. Hatinya masih perih, tapi dia tidak boleh seperti ini terus-menerus.
Tiara merapikan piring berisi makanan yang belum di makannya dari kemarin. Baunya tidak enak. Tiara meletakkannya di dapur. Lalu ia bergegas mandi. Seluruh keluarganya senang melihat perubahan Tiara.
Tiara mulai berkumpul lagi bersama keluarganya. Makan bersama dan menonton program tivi bersama. Meskipun Tiara belum banyak bicara, Tiara tahu keluarganya senang dengan kehadirannya bersama mereka.
Tiara menelepon atasannya dan memberitahukan kalau dia akan mulai bekerja hari Senin. Berhubung sekarang hari Sabtu, berarti masih ada waktu satu hari lagi untuk mempersiapkan diri keluar dari rumah. Tiara harus kuat menahan semua omongan orang yang didengarnya. Pasti bisa. Harus kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKINNY LOVE
Чиклит[TAMAT] [Telah TERBIT di Penerbit Cerita Kata] Tiara akan menikah dengan Bastian, tapi acara pernikahan mereka batal dilaksanakan karena seorang perempuan mengaku telah dihamili oleh Bastian. Lelaki itu kabur meninggal Tiara yang juga sedang hamil...