Bismillahirrahmanirrahim
~Tak Terucap~
***Aku melangkahkan kaki dengan begitu cepat karena sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sahabatku yang bernama Alya Farida, sahabat yang aku kenal sejak hari pertama masuk SMA, karena berbeda universitas juga berbeda provinsi karena dia memutuskan untuk kuliah di luar provinsi dan aku harus pergi ke luar negeri sehingga membuat kami tidak bertemu sekitar enam tahun. Rasanya sangat rindu, aku ingin segera memeluknya, mendengar celotehan khas dirinya. Apakah dia masih suka banyak bicara seperti dulu? Atau sudah berubah menjadi perempuan yang kalem? Membayangkan itu semua semakin membuatku tidak sabar ingin segera menemuinya.
Dan besok aku akan menemui seseorang yang sudah sejak lama mengisi hatiku, yang namanya selalu aku sebut dalam setiap lantunan Do’a, seseorang yang diam-diam aku cintai. Maafkan aku yang sudah pergi tanpa pamit karena aku tidak ingin membuatmu bersedih jika mengetahui sebuah fakta yang sengaja aku tutup rapat. Semoga kamu masih memegang ucapanmu waktu itu. Dua tahun aku pergi tanpa memberi tahu siapa pun termasuk sahabatku, hanya Kedua Orang Tuaku dan kakakku yang mengetahui tentang alasan kepergianku.
Saat tiba di taman aku mengedarkan pandangan mencari sosok itu, Alya tadi memberi tahu bahwa dia menggunakan gamis berwarna maroon.
Hingga pandanganku menangkap sosok lain yang tidak asing, sosok yang selalu aku semogakan di dalam setiap lantunan Do’aku sejak lama sedang duduk di salah satu kursi taman. Dia tidak banyak berubah tapi sekarang dia sudah terlihat lebih dewasa apalagi dengan balutan kemeja tangan panjang yang digulung sesiku berwarna biru langit dengan celana berbahan katun berwarna hitam semakin membuatnya terlihat tampan dan dewasa. Tiba-tiba langkah kaki ini membawa ku untuk menghampirinya, terasa ada magnet pada laki-laki itu yang membuat aku semakin tertarik untuk menghampirinya. Saat langkah kaki ini akan sampai, seorang wanita terlebih dulu telah menghampirinya sambil menyerahkan bayi laki-laki yang ada digendongnya. Aku mengerutkan kening masih berusaha memahami semua ini. Detik selanjutnya aku merasa terhempas dengan kenyataan saat ini.
Deg
Aku menghentikan langkahku, aku merasa waktu berhenti saat ini. Siapa perempuan dan bayi itu? Apakah itu istri dan anaknya? Jika benar maka aku sudah terlambat, niatku besok ingin memberinya kejutan dengan kehadiranku. Tapi hari ini dia telah lebih dulu memberiku kejutan. Dadaku terasa begitu sesak, air mata pun mulai menetes, dan saat ini lututku terasa lemas. Bahkan saat rasa ini belum tersampaikan padanya, aku sudah harus menguburnya dalam-dalam.
Ketika rasa ini belum terucap
Aku harus sudah membuat rasa ini lenyapTidakkah dia tahu bahwa aku juga mencintainya?
Bahkan dia mengingkari ucapannyaSeharusnya aku tak membiarkan rasa ini terus tumbuh dalam hati
Jika pada akhirnya aku tersakiti karena perasaan ini***
Gimana menurut kalian? Next?
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat membaca, ajak teman kalian juga untuk membaca cerita ini ya :)Jangan lupa vote dan komen teman-teman. Syukron.
Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan yang utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Terucap [TAMAT] | TERBIT
Spiritual[Spiritual - Romance] Seorang lelaki yang menaruh rasa pada seorang perempuan, tetapi mereka telah terikat dalam sebuah persahabatan. Lelaki dan perempuan ini adalah orang-orang yang taat sehingga lelaki ini memilih mencintai dalam diam. Namun, keha...