Bukankah manusia memang suka berharap?
***
Rania sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit, tapi dengan catatan tidak boleh terlalu lelah karena bisa berdampak buruk untuk kesehatannya.
Rania berjalan dikoridor rumah sakit sendirian, lagi-lagi ia ingin menjenguk Gathan tetapi ia mengurungkan niatnya takut-takut akan diusir seperti kemarin.
Dua hari Rania menginap dirumah sakit dan selama itu pula keluarganya tidak mencari Rania, Rania menghela nafas berat ia berfikir pasti setelah ini ia akan kena marah oleh Ibu dan ayahnya.Rania memberhentikan sebuah taksi, setelah didalam taksi Rania hanya diam sampai tak terasa taksi yang ditumpanginya sudah berhenti di depan rumahnya.
"Makasih pak." ucapnya sembari memberikan ongkos untuk supir taksi tersebut.
Rania masuk kedalam rumahnya, tepat saat satu langkah kakinya masuk kedalam rumah Melodi sudah menghadang dengan mata tajamnya.
"Darimana saja kamu?!" Ucap Melodi dengan nada sinis.
"Keluyuran itu mah" ucap Refdian ikut memanasi Ibunya untuk memarahi Rania.
"Enggak" jawab Rania datar.
"Jadi selama kamu pergi juga ini kelakuan kamu?! Gak pulang dua hari mau jadi apa kamu hah!" Bentak Melodi.
"Bikin malu tau gak! Terus diluar sana kamu ngapain?! Ngejual diri, Iya!" Lanjut Melodi.
"MAMAH!" Bentak Rania.
Plakk
Satu tamparan mendarat tepat di pipi Rania, Rania tak peduli seberapa sakit fisiknya, hatinya lebih sakit atas perkataan Mamahnya sendiri.
"Berani banget kamu ya bentak saya! Kamu ini siapa? Apa perlu saya usir kamu sekarang juga, Saya muak lihat muka kamu! Muak!" Bentak Melodi.
Rania juga muak berada disituasi seperti ini dimana keadilan sama sekali tidak ada, Rania hanya selalu dipandang sebelah mata.
"Dasar anak tidak tahu diuntung!" Ucap Melodi kasar.
Rania sudah lelah ia memilih untuk pergi meninggalkan Melodi yang menatap kepergian Rania dengan kesal.
Rania menghempaskan tubuhnya di kasur miliknya, berdiam cukup lama memandangi atap kamarnya.
"Apa gue pergi aja kali ya," gumamnya merasa lelah jika terus berada didalam sebuah dimensi bernamakan Rumah.
Rania mengacak rambutnya frustasi, mungkin pergi adalah pilihan yang tepat.
Rania membenarkan tubuhnya, menarik bantal disebelahnya lalu setelahnya terlelap kedalam alam mimpi.
Paginya Rania terbangun akibat suara riuh dari bawah, Mengucek matanya lalu segera bangkit menuju sumber suara, disana sudah ada Sanjaya,Melodi dan juga Refdian tidak ada Rani.
"Ada apa?" Tanya Rania saat menurnui anak tangga terakhir.
"Masih bisa juga kamu tidur dengan nyenyak!" Ujar Sanjaya ketus.
"Apa kamu tau apa kesalahan kamu?" Lanjut Sanjaya tersenyum sinis, Rania menunduk.
"Jawab!" Bentak Sanjaya.
"Enggak" jawab Rania.
"Kamu udah besar, seharusnya tau mana yang harus kamu lakukan! Dua hari gak pulang apa pantas itu dilakukan seorang gadis?! Dan dengan tidak punya muka kamu pulang?! Benar-benar tidak punya malu" ujar Sanjaya.
"Kalian peduli?", Tanya Rania
"Kamu hanya membuat saya malu" ujar Melodi.
"Saya tidak peduli, Saya hanya tidak ingin menanggung malu" ujar Sanjaya ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD KETOS [selesai]
Teen Fiction#5 in fiksi remaja (14 mei 2021) #20 in teenfiction (17 mei 2021) #21 in Acak (17 mei 2021) #21 in fanfiction (18 mei 2021) SQUEL SUDAH SELESAI DI SINI JUGA!! [DISARANKAN UNTUK TIDAK SKIP PART DI PART TERAKHIR] Broken Home, kenyataan pahit yang mau...