7.

3.3K 197 2
                                    

Jangan terpojok apalagi sampai terperosok.
Karena luka akan tetap menjadi luka.

Happy reading❤️

***

Seperti yang dikatakan Melodi, Rania bergegas untuk menuju rumahsakit, Rania heran mengapa harus dirinya? Kalau Ayahnya juga memiliki darah yang sama dengan dirinya yang artinya memiliki golongan darah yang sama juga dengan Refdian. Kakaknya.
Rania memakai jaket tebalnya karena hawa diluar cukup dingin.

Tak lama kemudian Rania telah sampai dikoridor rumahsakit, ia mencari mamahnya, mengedarkan pandangannya sampai ia tertuju pada ruang UGD Rania mendekati seseorang yang ia ketahui itu adalah Melodi, Sanjaya dan Rena. Dan memang benar.

"Mah, keadaan kak Refdian gimana?" Tanya Rania, Melodi yang mendengar Rania menatapnya dengan sinis.

"Telat!" Ucap Melodi sinis menatap bengis kearah Rania.

"Loh, terlambat kenapa?" Tanya Rania, padahal dirinya tadi setelah diberi kabar langsung bergegas datang kerumah sakit.

"Gak penting buat kamu tau!" Ucap Melodi lalu masuk kedalam ruangan UGD dimana Refdian masih didalam dan belum dipindahkan keruang rawat inap biasa, Rania mendesah pelan masih bingung dengan apa yang dikatakan oleh Mamahnya, apakah Refdian kakaknya ini sudah mendapat donor darah? Ah kalo iya maka Rania bisa bernafas lega sekarang.

R

ania masuk kedalam UGD hanya ingin memastikan keadaan kakaknya, disana ada Sanjaya, Melodi dan juga Rena adik yang beda satu tahun dengannya.

"Ngapain kesini? Pergi sana," usir Sanjaya ketika melihat keberadaan Rania, kata-kata itu tentu saja menyakitkan bagi Rania tapi sebisa mungkin ia melindungo hatinya dengan banteng yang ia ciptakan, lebih tepatnya banteng dari luka yang ia dapatkan setiap harinya.

"Mah, Pah, bener kak Refdian udah ada pendonor darah. Katanya aku?" Ucap Rania.

Melodi yang mendengarnya tertawa sinis, "Kami gak sudi minta bantuan kamu, Refdian sudah ada stok darah dirumah sakit. Jadi kamu bisa pergi dari sini," ucap Melodi sarkas.

"Baiklah." Rania pergi dari ruangan tersebut, hatinya tak kuasa dengan sikap kedua orangtuanya pada dirinya, Rania memutuskan untuk pulang kerumah dan beristirahat hari ini cukup melelahkan baginya. Sagat.

Kadang Rania berfikir bahwa hidup dengan luka akan membuatnya menjadi pribadi yang lebih kuat. namun salah, Luka tetaplah luka yang membuat seseorang dapat rapuh kapan saja.
Setelah sampai di apartemennya Rania segera merebahkan dirinya diatas kasru empuk yang sudah meronta untuk segera ditiduri, Rania menghela nafas gusar begitu berat tinggal sendirian.

***

Pukul 06.35 wib Rania masih saja bergelung pada selimut tebalnya, diluar mendung matahari malu-malu untuk memancarkan sinarnya.
Rania merapatkan tubuhnya pada boneka panda kesayangannya, alarm sekalipun tidak dihiraukan oleh gadis itu.
Telat sudah menantinya, dihukum sudah menjadi kebiasaan Rania.

"Rania bangun! Ya Allah anak gadis jam segini belum bangun!!" Pekikan keras itu mampu membuat Rania membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

"Bangun cepet! Mandi terus siap-siap kesekolah!" ucap tante Fera gemas melihat keponakan yang sudah ia anggap sebagai anaknya ini.

"Tan, ini masih subuh," kata Rania memelas.

"No no, kamu lihat jam gih, ini udah mau jam tujuh dan kamu belum mandi?" gemas tante Fera.

"Yang bener tan?! Ini jamnya ngelindur kali dari semalem!" Pekik Rania heboh.

 COLD KETOS [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang