Setidaknya Tuhan mengirimkanku orang baik sebagai penyeimbang kekacauan dihidupku.
***
Rania melangkahkan kakinya ditrotoar jalanan, menghirup udara sedalam-dalamnya udara pagi membuatnya merasa lebih segar.
Rania meregangkan otot-ototnya sembari melihat lalu-lalang orang bersepeda.Tiba-tiba ponselnya berdering dengan segera Rania mengangkatnya terpampang nama dokter Gita di sana, astaga Rania lupa bahwa dua hari yang lalu adalah jadwal cuci darahnya.
"Halo, dok" kata Rania meremas jemarinya, pasti ia akan kena marah oleh dokter Gita.
'Rania! Kamu ini gimana sih kemarin jadwal kamu cuci darah kenapa kamu skip terus? Gak mau sembuh?!"
Benar dugaan Rania bahwa dokter Gita akan marah kepdanya, Rania menghela nafas berat ternyata hidup dengan satu ginjal bukan sesuatu pilihan yang baik, tapi Rania sama sekali tidak menyesal telah mendonorkan ginjalnya untuk Gathan, laki-laki yang sudah lama ia cintai tetapi sudah lama pula Gathan mencampakkannya.
"Iya dokter, nanti pulang sekolah aku ke rumah sakit."
"Bagus, jangan lakukan hal yang berat-berat, Rania."
Rania mengangguk meski dokter Gita tak melihatnya, Rania memutuskan sambungannya secara sepihak kala melihat Gathan yang tengah menikmati sarapan paginya diseberang sana.
Dengan senyum mengembang gadis itu menghampiri Gathan."Hai, selamat pagi!" sapanya dengan sumringah, Gathan berdecak kesal lagi dan lagi harus dihadapkan dengan makhluk yang seharusnya tak kasat mata ini.
Gathan terus menikmati bubur ayam yang telah ia pesan dengan santai, tanpa mempedulikan Rania yang terus menatapnya dengan senyum yang tak pernah luntur.Gathan, cowok itu sudah bersiap pergi Gathan memang berangkat sekolahnya pagi beda dengan Rania yang berangkat jika sudah waktunya jam masuk. Secara Gathan adalah ketua osis wajar saja berangkat pagi.
"Gathan," panggil Rania, Gathan sama sekali tak mengindahkannya dan tetap pergi meninggalkan Rania.
Tak tinggal diam, Rania berlari kecil mengejar Gathan.
"Sampai kapan lo benci sama gue?" tanya Rania dengan nada menekan, berhasil Gathan berhenti tetapi sama sekali tidak berbalik.
"Sampai kapan lo bakal ngejar gue?" Gathan berbalik, mengangkat satu alisnya seolah menanti jawaban Rania.
"Gue cuma mau minta maaf, gak lebih," kata Rania.
"Gue udah maafin, puas? Kalo iya gak usah lagi ganggu hidup gue. Paham?!" Gathan pergi lagi dan lagi Rania ditinggalkan, terlalu sering Rania ditinggalkan sampai-sampai dirinya hanya bisa menghela nafas dan menatap kepergian Gathan untuk kesekian kalinya.
***
Pukul sembilan pagi, Rania mengetuk pintu rumah milik orang tuanya, kemarin Rania tidak jadi menemui keluarganya karena ia merasakan pusing yang sangat menyiksa. Rania tidak jadi berangkat sekolah karena tadi pagi moodnya sudah rusak akibat Gathan.
Pintu dibuka oleh Melodi, Melodi menatap horor kearah Rania yang tengah tersenyum didepannya.
"Ngapain kesini?" tanyanya ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD KETOS [selesai]
Teen Fiction#5 in fiksi remaja (14 mei 2021) #20 in teenfiction (17 mei 2021) #21 in Acak (17 mei 2021) #21 in fanfiction (18 mei 2021) SQUEL SUDAH SELESAI DI SINI JUGA!! [DISARANKAN UNTUK TIDAK SKIP PART DI PART TERAKHIR] Broken Home, kenyataan pahit yang mau...