◯ O.1

9.7K 1.4K 261
                                    

ps. use black background

"anak bajingan!" sebuah tamparan keras mendarat di pipi yang sudah lebam keunguan milik mingi.

pemuda itu diam, membiarkan tamparan yang membuat pipinya sobek. darahpun mengalir dari luka sobekan tersebut, akan tetapi mingi tetap membeku, tidak mengucapkan satu patah kata sama sekali.

"kau memang perusak! dengar itu?! perusak!"

brukkk

kali ini, ayahnya memberikan bogem mentah ke mingi. pemuda itu terhuyung dan akhirnya ambruk di lantai.

"pergilah! pergi kau dari sini!" pria tua itu bahkan tak segan-segan menendang perut mingi. anaknya itu terbatuk, mengeluarkan cairan merah dalam kuantitas yang tak banyak.

"aku akan pergi!" ucap mingi dengan intonasi meninggi. ia menampilkan sisi kuatnya dengan kemampuan untuk berdiri tegap setelah dihukum ayahnya.

"jangan cari aku lagi, jangan butuh-kan." ia berjalan dengan bantuan tembok sebagai tumpuan.

kepalanya pusing, badannya remuk, serasa akan hancur. kakinya tidak kuat lagi untuk berjalan. tetapi semuanya dapat mingi paksakan.

"tunggu apalagi?! cepat bodoh!" ayahnya menarik tali pinggang dan memecutnya tepat di bagian kakinya.

brukkk

mingi kembali terjatuh ke depan, arah jatuhnya tepat di depan pintu kamarnya. "cepat pergi bajingan," suara ayahnya kembali mengintrupsi.

mingi berdiri perlahan kemudian berjalan memasuki kamarnya. ia menarik kopernya yang sudah berisi pakaian, obat dan beberapa makanan lainnya.

pemuda itu kembali keluar kamarnya dengan wajah menunduk. bukan karena takut dengan ayahnya atau salah mengambil keputusan. mingi hanya tak ingin orang lain menatap wajahnya yang penuh luka menyedihkan ini.

"bagus, pergilah." mingi tak meresponnya, ia langsung melangkahkan kaki keluar.

mingi melirik pemandangan sekitarnya, ia melihat beberapa tetangga yang menatapnya ngeri. sudah biasa bagi mingi jika tetangga akan merasa prihatin kepadanya.

dikarenakan setiap malam ia akan mendapat hukuman pecut atau tamparan dari ayahnya. ditambah suara ayahnya yang keras, membuat tetangga lain yang mendengarnya takut untuk bertegur sapa.

mingi duduk di kursi depan mini market, ia baru saja membeli plester luka, kapas, juga obat merah. beberapa kali mingi meringis kesakitan saat tengah mengaplikasikan obat merah di wajahnya.

selesai, pemuda itu memutuskan untuk memakan beberapa camilan di kopernya sebagai pengganjal perut.

mingi membatin, baru kali ini ia makan dengan tenang. sebelumnya, ia tidak akan makan malam karena ayahnya pulang sebelum jam makan malam.

sehingga dengan sangat prihatin, pemuda itu menelusup diam-diam ke dapur hanya untuk mengambil sisa makan malam. kalaupun makanan sudah habis, mingi memutuskan untuk tidak makan sampai esok hari.

ting!

sebuah notifikasi pesan masuk di ponsel mingi, awalnya pemuda bermarga song itu mengacuhkannya karena sibuk meminum kopi kalengan. kemudian masuk notifikasi pesan kedua, membuat aktifitas mingi terhenti.

jemari yang masih ditempeli plester luka itu menyentuh pelan layar ponsel. terdapat dua buah pesan yang mingi pun tidak mengenal siapa pengirimnya.

alis mingi terangkat ketika melihat isi pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

alis mingi terangkat ketika melihat isi pesan tersebut. 'gang xx? rumah tanpa penghuni yang katanya angker itu?'

batin mingi bergejolak, memilih antara mengiyakan pesan itu atau tidak. perasaan negatif yang bergelut di pikiran mingi adalah, bagaimana kalau seseorang yang mengirim pesan kepadanya adalah seorang psikopat?

mingi bergidik ngeri. tapi didalam benaknya, ia penasaran dengan rumah itu juga dengan si pengirim pesan.

malam semakin larut, mingi memutuskan untuk pergi ke rumah tersebut. walaupun ia harus berjalan hampir dua puluh menit untuk menuju rumah tersebut.

setelah melewati beberapa blok perumahan, mingi sampai pada sebuah rumah tak terawat berpagar hitam. sesuai dengan isi pesan yang ia dapatkan.

ia mengamati rumah itu lamat-lamat, tidak buruk juga. tak seperti bayangannya yang amat horor.

"kau juga kesini?" sebuah suara bass laki-laki menyapa mingi.

mingi menoleh, mendapati pemuda yang mungkin sebayanya itu memberi tatapan introgasi. tangannya membawa sebuah kantong belanjaan, walaupun tak terlihat penuh.

"a-aku kesini, karena dapat pesan." mingi menunjukkan layar ponselnya.

pemuda itu mengalihkan tatapannya ke layar ponsel mingi. ia mengulurkan tangan kanannya kepada mingi.

"kalau begitu, selamat datang."

cause nobody cares, ateez [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang