The Sensational Heartbreaker

7.8K 57 2
                                    

Playboy mancanegara. Heartbreaker kelas kakap. Player paling handal. Apa lagi yang menjadi alias bagi pria blesteran Brazil-Indonesia itu?

Julukan-julukan serupa agaknya semakin subur ia tuai belakangan ini. Terutama setelah kabar kedekatannya dan Rebecca—model majalah dewasa tanah air—tanpa sengaja tersebar ke media sosial. Lucas dan wanita bertubuh aduhai tersebut kepergok sedang berduaan di salah satu tempat karaoke elit kota. Mereka mabuk dan tanpa sengaja bercumbu. Sesi tukar air liur itu ambyar begitu mereka menyadari salah satu staf yang ada telah merekam perbuatan senonoh mereka.

Rebecca yang tak terima langsung mencaci maki staf tersebut, yang sejatinya malah memperkeruh keadaan. Ada seseorang lain yang kembali mengabadikan perdebatan itu. Dengan kuasa sosial yang dimiliki sosial media, dua hari setelahnya, wajah Lucas dan Rebecca sudah menjadi berita utama di acara-acara gosip televisi. Akan tetapi, skandal ini tampaknya malah membantu album terbaru Lucas menaiki puncak tangga industri musik tanah air. Rebecca—yang notabene adalah pemain baru di dunia model—juga mendapat imbas kepopuleran yang positif, sekalipun ia menaiki tangga sosial dengan cara yang tak terhormat.

Ketenaran Lucas sebagai raja sensualitas memang bukan rahasia lagi. Lagu-lagunya pun kurang lebih membicarakan hal-hal yang provokatif yang senada. Namun, dia mengaku kalau dia tidak menyukai fakta bahwa masyarakat kini menjulukinya sebagai penyanyi yang mencari sensasi. Pria 25 tahun itu betul-betul ingin dikenal karena karyanya, bukan karena skandal murahan yang belakangan ini kerap kali menyeret namanya.

Lucas ingin populer karena dia percaya dia punya talenta. Bukan maksud hatinya jadi viral karena urusan kama sutra.

Aku merasa buruk untuk segala hal yang menimpanya. Namun, di sisi lain, tidak terlalu. Lagipula, bukannnya sudah wajar jika seorang penyanyi kontroversial sepertinya mendapat perhatian berlebih? Jangankan perbuatan senonoh, publik bahkan akan mengikuti sepatu apa yang dia pakai dari hari ke hari. Mabuk dan tanpa sengaja mencium seorang model jelas memberikan media alasan lebih banyak lagi untuk menguntit keseharian Lucas. Akan tetapi, jika aku boleh jujur, seharusnya ia merasa bersyukur karena itu semua menimpanya.

Kalau segala sensasi tersebut tidak terjadi, aku dan Lucas tidak akan pernah bertemu.

Begitu aku bertatap mata dengan Lucas, seketika aku langsung mengetahui apa yang membawanya ke kelab tempatku bekerja. Orang-orang menyebut ini bakat yang secara naluriah kukembangkan mengingat jenis mata pencaharian yang kulakoni. Namun, aku menyebutnya intuisi.

Tak lebih dari dua detik tatapanku dan Lucas terkunci, tetapi segalanya mendadak saja menjadi gamblang bagiku. Pria itu jelas penuh dengan rasa frustasi, kekecewaan, dan amarah. Berbotol-botol alkohol di depannya sudah menjelaskan asumsi yang kupunya tentangnya: dia berusaha mengenyahkan sesak di dada dengan whiskey yang kurasa akan segera menjadi candu baru baginya.

Jujur saja, untuk beberapa alasan pada saat itu aku merasa kalau aku butuh menghampiri Lucas. Sebagian diriku memberontak—aku bukanlah tipe wanita yang akan membuat gerakan pertama. Namun, aku membicarakan Lucas Silveira, bintang sensasional yang belakangan ini menjadi pembicaraan khalayak luas. Mau tak mau, aku jadi penasaran setengah mati.

Apa yang penyanyi top sepertinya lakukan di kelab ini? Tempat ini memang cukup populer bagi kalangan menengah ke atas, tetapi tidak cukup necis bagi orang-orang sepertinya.

Aku pun tahu bahwa aku bukan satu-satunya yang tercengang dengan kehadiran Lucas yang tiba-tiba. Nyatanya, seluruh orang yang ada di kelab sibuk memandangi Lucas dengan tatapan menelanjangi. Kendati demikian, Lucas tampak tak peduli dan terus meneguk alkohol miliknya.

Tentu saja. Menjadi pusat perhatian pasti sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Namun, ada hal lain yang mencuri perhatianku: tidak ada satu pun dari pekerja atau mengunjung kelab yang berani mendekati pria itu.

Satu-satunya orang yang menyambut Lucas adalah Ethan, bartender kami. Ethan bertanya apa yang Lucas inginkan; Lucas menjawab singkat; Ethan menyiapkan minuman dan mengantarkannya kembali kepada Lucas; dan Lucas segera duduk menyendiri di sudut kelab yang jarang disinggahi pelanggan. Sekalipun kelab sedang berada dalam jam-jam sibuk—dengan musik erotis dan pengunjung yang mulai bertingkah senonoh pula—Lucas sama sekali tak tampak terpengaruh dengan atmosfer yang ada. Malahan, sedari tadi dia hanya duduk dan sesekali menelungkupkan wajahnya ke atas meja.

Dari tempat dudukku, aku diam-diam tersenyum kecil. Ini menarik.

Memangnya apa yang membuat orang-orang enggan bercengkerama dengan seorang penyanyi terkenal? Mungkin, mereka semua sudah mendengar tentang kabar tidak sedap yang belakangan menghantui Lucas. Mungkin, kepercayaan kalau 'skandal itu menular' masih dianut oleh sebagian banyak orang.

Akan tetapi, tidak denganku.

*

[18+] DIRTIEST SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang