14 | And

305 34 2
                                    

“What I think about him and her.”

|

|

Cheonsa itu cantik. Bahkan selalu. Itu yang bisa aku utarakan saat melihatnya asyik menata penampilan.

5 menit sebelum jam kantor dimulai, Gadis itu baru kembali dengan presensi Jungkook yang mengantarnya sampai ke depan pintu.

Aku mungkin tidak terkejut lagi, namun yang mengusikku adalah jaket hitam yang ada bertengger rapi di bahu Cheonsa.

Sejak kapan jaket Jungkook berada disana? Bahkan seingatku itu adalah salah satu jaket kesayangannya. Apa mereka secara tidak resmi memberitahu hubungan mereka kepada publik?

Jika iya, aku hanya bisa tersenyum tipis dan memberi selamat.

And it's time for throw away this stupid feelings to the trash.

"Annyeong Hyeri-ya." Cheonsa tersenyum ceria padaku. Jelas sekali mood nya sedang sangat baik.

Aku balas tersenyum namun sepersekon kemudian lebih memilih menghiraukan Cheonsa yang sekarang duduk di sebelahku.

Entahlah, mendadak kepalaku pusing sekali. Apa karena aku terlalu banyak mengonsumsi kafein karena setiap pagi selalu meminumnya?

Aku akhirnya menyenderkan tubuhku ke kursi belakang, berharap pusing ini menghilang.

Samar-samar kudengar Cheonsa bergumam riang, tampak tidak memedulikan keadaanku. Aku berusaha sekuat tenaga menjaga mataku agar tidak tertidur namun rasanya pandanganku semakin menggelap. Aku benar-benar merasa akan pingsan dan ambruk sebentar lagi.

•••

Hal pertama yang aku lihat dari pandanganku adalah langit-langit ruangan berwarna biru dengan bau obat-obatan yang tercium samar.

Semuanya masih berputar di dalam kepalaku, namun kupaksakan diri untuk menyender ke sisi ranjang.

Yang kutahu, aku ada di ruang kesehatan sekarang.

"Kau sudah bangun?" Seseorang membuka pintu dan mengamit tanganku lembut.

Aku mengangguk pelan, "Gomawo."

"Lain kali jangan minum kopi terlalu sering, asam lambungmu naik." Ia mencium tanganku dan mengusapnya.

Aku lagi-lagi mengangguk pelan, lalu mengedarkan pandangan. "Siapa yang membawaku kesini?"

"Jeon Jungkook."

"A-apa?" Mataku membulat begitu mendengar namanya. "Jungkook?"

Jimin mengangguk. "Ia membawamu karena Cheonsa dengan panik mengatakan bahwa kau pingsan. Mereka sedang menemui Taehyung untuk memberitahu kondisimu."

Aku terdiam. Entah kenapa seluruh harapanku menghilang entah kemana. Disaat aku sakit, mereka bahkan masih sempat-sempatnya pergi berdua. Apa mereka sebegitu takutnya dipisahkan?

Three Hassles ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang