Adnan Wedding Day's

3.5K 162 2
                                    

Mentari menampakkan sinarnya. Sungguh Zahra ingin dia tak terbangun dari mimpinya semalam. Zahra ingin mengulur waktu sebentar saja. Zahra ingin tak ada luka yang mengabarinya. Ia ingin waktu untuk memperkenalkan bahagianya. Sebentar saja.

Zahra melihat Rahma sedang bersiap-siap. Sungguh Zahra membencinya!!!

Zahra pergi ke kamar mandi. Mandi lalu pergi ke danau. Menghindar dari segalanya. Sungguh Zahra benci semuanya!!!!

"Aaaa!!!! Gue benci sama diri gue sendiri!! Kenapa gue dengan mudahnya jatuh cinta sama cowok parasan kek diaa" ucap Zahra sambil menangis

"Pa, Zahra butuh papa sekarang. Alex, lo kenapa nggak pernah datang liat gue kesini. Udah lebih 1 bulan tapi kalian nggak datang. Lex, kamu kemana? Mama,, Zahra rindu. Zahra tau sifat mama nggak benar tapi Zahra sadar sebagai anak Zahra yang harus mengembalikan mama yang dulu lagi. Maafin Zahra ma udah kasar sama mama" ucap Zahra lirih. Zahra lelah. Apa dia harus mengakhiri semuanya? Zahra mengeluarkan pisau cutter dari dalam sakunya.

Zahra melihat ke sekelilingnya. Kosong. Zahra tersenyum miris. Memang tak ada yang peduli dengannya. Zahra menggenggam erat cutter tersebut sampai darah segar mengalir dari tangannya. Perih. Sakit. Semua itu belum sebanding dari yang Zahra rasakan sekarang.

Banyak darah yang keluar dari telapak tangan Zahra membutnya jadi pucat. Zahra mengrahkan pisau tersebut ke arah nadinya. Belum sempat Zahra menorehkan pisau kesana, dirinya sudah ambruk dan semuanya gelap.

Rintik hujan mulai turun hingga akhirnya berubah menjadi deras. Sampai detik itu Zahra belum sadar.

                             ***

Adnan menghela nafas gusar. Sungguh Adnan sangat khawatir sekarang. Tapi kenapa? apa karena Zahra? tidak mungkin,,, tukas Adnan dari fikirannya

"tapi kenapa ya saya kefikiran sama Zahra terus, astaghfirullah" gumam Adnan

"ini salah, ya ini salah. Rahma bukan jawaban dari istikharah saya selama ini. saya harus jujur sama ummi dan abi" ucap Adnan lalu beranjak dari duduknya. ketika Adnan membuka pintu, Fatimah sudah terlebih dahulu ada di depan pintu kamar Adnan

"nak, kamu mau kemana?" tanya Fatimah pada anaknya

"ummi, Adnan mau ngomong"

"ya sudah kita masuk dulu"

"ummi.." 

"Assalaamu'alaikum" ucap Yusuf memasuki kamar anaknya

"lah, kok cerita-cerita gak bawa abi sih" kekeh Kyai Yusuf pada anak dan istrinya

"Adnan belum sempat cerita abi" ucap Fatimah sambil tersenyum

"ummi, abi Adnan tau Adnan mungkin akan sangat mengecewakan abi dan ummi dengan keputusan Adnan sekarang" ucap Adnan menjeda ucapannya membuat kening abi dan uminya berkerut

"Adnan belum pernah ngasih jawaban apapun tentang perjodohan ini. tapi Adnan mohon, ummi sama abi dengerin penjelasan Adnan dulu. semenjak abi bilang abi akan menjodohkan Adnan dan Rahma saat itu juga Adnan selalu shalat istikharah sampai malam tadi. hanya saja nggakada satupun dari shalat istikharah yang Adnan lakuin Rahma jawabannya" ucap Adnan membuat Yusuf dan Fatimah kaget

"Adnan sama sekali nggak mau ngecewain ummi dan abii, tapi Adnan mohon kali ini aja izinin Adnan memiluh masa depan Adnan ummi, izinin Adnan mencari Zahra sekarang karena perasaan Adnan nggak enak karena mikirin Zahra" bucap Adnan. Yusuf menghela nafas pelan sedangkan fatimah sudah menangis. Sebegitu cepatkah ia menentukan takdir anaknya? Ya Allah maafkan hamba- batin Fatimah

"Ya sudah. Tapi di luar hujan sedang hujan apa tidak nunggu hujn reda dulu?" Tanya Yusuf

"Tidak bii, Adnan harus pergi sekarang" ucap Adnan menyalami Yusuf dan Fatimah

"Sekali lagi maafkan Adnan umi abi. Assalaamu'alaikum" ucap Adnan meninggalkan kamarnya kemudian pergi mencri Zahra

Hujan sama sekali belum reda. Tapi Adnan tetus berusaha mencari Zahra. Sampai akhirnya Adnan ingat suatu tempat. Ya, danau. Adnan berlalu menuju danau dan mencari keadaan Zahra. Adnan berhenti dan menundukkan kepalanya ke bawah. Ad air bercampur darah disana. Adnan melihat ke arah pohon yang dibawahnya tergeletak gadis tak berdaya dengan darah yang masih mengalir bercampur air hujan

"Astaghfirullah Zahra!!" Ucap Adnan kemudian menghampiri Zahra

"Ya Allah maafkan hamba, ini keadaannya darurat" ucap Adnan setelah kepanikannya dan mengangkat tubuh Zahra yang sudah memucat menuju rumahnya

Suasan rumah Adnan cukup mencekam saat Adnan membawa Zahra masuk ke rumah. Fatimah menyuusl Adnan yang membawa Zahra ke ruang tamu.

"Astaghfirullahal'azhim Adnan. Zahra kenapa ya ampun"

"Adnan nggak tau mi" balas Adnan khawatir. Entahlah kenap ia begitu khawatir pada Zahra. Fatimah langsung nenghubungi dokter untuk memeriksa keadaan Zahra

"Ya udah kamu keluar dulu, ummi ganti baju Zahra dulu. Baju kamu juga di ganti"

"Tapi mi,,"

"Udah, keluarga Rahma udah ngerti dan mereka juga baru aja pergi"

"Maaf ummi"

"Yaudah keluar sana, Zahra udah pucat banget,"

"Iya ummi," ucap Adnan kemudian keluar dari kamar itu

"Adnan" panggil Yusuf pada anaknya

"Bii, Adnan ganti baju dulu" ucap Adnan berlalu dari hadapan abinya

"Ya sudah"

Ucap Yusuf membiarkan anaknya ganti baju dulu

                             ***

Dokter memasuki kamar yang Zahra tempati dan langsung memeriksa kondisi Zahra

"Ustadzah, sebaiknya Zahra di bawa ke rumah sakit. komdisi Zahra sedang kritis sekarang karena kekurangan banyak darah"

"Ya sudah kita bawa Zahra ke rumah sakit sekarang"

"Tapi maaf ustadzah, saya tidak bisa mengantarkan sampai ke rumah sakit, ada pasien yang harus saya tangani" ucap dokter tersebut

"Nggak papa, biar anak saya yang antar. Terima kasih dokter atas bantuannya" ucap ummi

"Ya sudah saya pamit. Assalaamu'alaikum" ucap dokter tersebut keluar dari kamar

"Adnan" panggil ummi dari dalam kamar

"Iya ummi, Zahra kenapa?"

"Ayo nak cepat kita harus bawa Zahra ke rumah sakit. Keadaan Zahra kritis"

"Ummi, Adnan izin ngangkat tubuh Zahra ya" izin Adnan pada umminya. Fatimah melihat ke arah jendela. Di luar masih hujan. Tidak mungkin ia harus menyuruh orang yang ada di asrama ke rumahnya karena jaraknya juga tidak begitu dekat

"Ya sudah" ucap Fatimah

Adnan mengangkat tubuh Zahra ke mobilnya. Fayimah dan Yusuf juga ikut mengantarkan Zahra ke rumah sakit. Karena tidak mungkin Fatimah membiarkan Adnan dan Zahra hanya berdua di dalam mobil.

                            ***

Sampai disini dulu ya

Jangan bosan nungguin

Selamat membaca!!

Bad Girl in PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang