Chap. 11: Aku Bersembunyi di Dalam Dirimu

161 14 0
                                    

Hal yang pertama terlintas dalam benakku, adalah rumah tua tempat kami memainkan Hitori Kakurenbo. Ya, seingatku, kami belum membereskan perlengkapan sepulangnya dari sana. Aku memandang Fuka, dan mendapati gadis itu balas menatap dengan alis mengernyit.

"Rumah itu ...."

"Kakak yakin?"

Aku mengangguk. Yakin sekali. Kami bertiga terburu-buru pulang karena ketakutan. Tidak mungkin boneka dan barang-barang lain, hilang. Rumah itu terkenal angker, bahkan kabarnya pemulung sekali pun enggan memasukinya meski sekadar berteduh.

Lalu, aku teringat kedua sahabatku. Setidaknya, aku harus menghubungi mereka, bukan? Mungkin saja mereka mau membantu.

Aku menghubungi nomor Bastian terlebih dahulu sebelum menelepon Redi. Suara operator perempuan membuatku menghela napas. Ke mana anak itu? Tidak biasanya ia mematikan handphone saat tidur sekali pun.

"Mungkin dia lagi tidur, Kak. Sekarang 'kan masih dini hari."

Ucapan Fuka benar. Tidak bisa tidak, pencarian dan pemusnahan boneka itu terpaksa dilakukan besok.

"Habis kuliah, yaa?"

Aku memandang Fuka yang tengah menguap. Mata sipitnya mengerjap lucu.

"Hah? Apa?"

Dia terlihat sangat mengantuk. Aku lupa, adikku ini bisa dibilang tak pernah begadang sebelumnya.

"Nyari bonekanya. Sekarang kamu rehat, gih. Kalo Oka-san sampai tahu, kakak bisa dimarahin."

Fuka tampak termenung sejenak sebelum mengangguk. Sekali lagi, ia menguap.

"Met malem, eh, met dini hari, Kak."

Aku tersenyum, bangkit dari kursi lalu menepuk kepalanya pelan. Fuka menggosok matanya, membalas senyumku, kemudian beranjak menuju kamarnya.

Kamar menjadi tempat paling cocok untuk mengistirahatkan diri, tetapi aku memilih tiduran di sofa ruang tamu.

Entahlah, aku belum bisa mengenyahkan ingatan tentang makhluk yang meneror tadi. Rasa-rasanya, bulu kudukku berdiri saat mengingat hal tersebut.

****

"Bastian nggak kuliah?"

Redi hanya menggeleng sambil mengangkat bahu. Ia terlihat sama bingungnya denganku. Aneh memang. Baru kali ini Bastian bolos kuliah, padahal di antara kami, ia yang paling rajin. Datang lebih awal, dan prestasinya juga lumayan.

"Lo serius mau cari boneka itu?"

Redi menyejajarkan langkahnya di sampingku. Ruang kelas tinggal beberapa meter lagi. Aku mengangguk, mengiyakan ucapannya.

"Kenapa?"

Pertanyaannya membuat langkahku berhenti. Aku menatap heran padanya.

"Lo masih tanya kenapa? Udah jelas. Gue pengen ngilangin kutukan sialan itu."

Redi mengangguk-angguk. "Sebelumnya, sorry ...."

Aku mengangkat alis.

"Gue nggak bisa ikut. Malam ini ada acara di rumah gue."

Redi menggaruk-garuk kepalanya. Gelisah, itu kesan pertama yang tertangkap dalam benakku. Mungkin dia merasa dilema. Antara tidak enak menolakku dan pentingnya acara tersebut.

"Oke." Aku mengangguk.

Redi mendongak, menatapku. "Lo nggak papa?"

Aku menggeleng. "Santai aja. Gue bisa ajak Bastian. Lagian gue bareng adek gue juga."

Petak Umpet Setan (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang