11. Sang bad boy menangis

109 18 0
                                    

[Budayakan vote dan comment sebelum dan sesudah membaca]

*************

Andreas memasukkan beberapa barang nya yang berserakan di meja kedalam tasnya, setelah melihat kelas semakin sepi lelaki itu menyandang tas nya dan meninggalkan kelas tersebut.

Andreas terdiam saat ia tidak sengaja hampir bertabrakan dengan Clara saat baru saja melewati pintu. "Eh maaf."

Clara mendongak, raut wajah nya berubah. Gadis itu melewati Andreas namun dengan cepat Andreas menahan nya. "Gue mau ngomong sama lo." Ujar Andreas.

Clara melepaskan cekalan tangan Andreas, melepaskan nya hingga terlepas. "Gue harus pergi." Saat ingin melangkah lagi, Andreas kembali menahan Clara.

"Kasih gue kesempatan untuk ngomong, Ra." Andreas terlihat benar-bebar memohon.

"Satu menit, dimulai dari sekarang." Ucap Clara, gadis itu melipatkan kedua tangan nya didepan dada. Clara mendelik saat Andreas tidak kunjung berbicara. "Cepetan, waktu lo gak lama." Ucap nya lagi.

"Ra gue bisa membuktikan kalau Dennis beneran ngga baik untuk lo." Ujar Andreas.

"Trus?"

"Clara please dengerin gue."

"Ini gue udah dengerin lo, gimana. Udah?"

"Sampai kapan sih lo bisa percaya sama gue kalau apa yang gue omongin ini benar?"

Clara menyeringai, "ngga akan pernah, jangan mimpi." Sinis nya.

Andreas bernafas berat, "udah ya gue masih ada urusan, waktu lo juga udah habis." Clara meninggalkan Andreas yang hanya menatap punggung nya semakin menghilang dari pandangan lelaki itu.

"Lo harus percaya Ra, gue beneran gak mau lo kenapa-napa. Dennis gak baik buat lo, Dennis cuma mau jahatin lo doang." Ujar Andreas lirih.

************

Andreas menepikan motor nya, memarkirkan nya secara rapi dan beraturan dengan kendaraan lainnya. Setelah melepaskan helm nya, Andreas meraih plastik hitam dan membawa nya.

Tatapan nya terkesan teduh namun tajam, Andreas merasakan hatinya kembali sesak saat ia sampai pada tempat tujuan nya. Matanya memanas menatap batu tinggi yang bertuliskan Anandita Salfina binti Aryo Handoko. Andreas menunduk, berusaha menyeka air mata nya yang terus saja berniat untuk keluar.

"Yas sini, ngapain sih jauh-jauhan. Kayak anak ilang tau gak sih kamu nya." Ujar gadis dengan rambut panjang. Ia tertawa melihat Andreas yang masih saja tidak merubah tempat duduk nya.

"Gak."

"Jangan ngambek dong, kamu mah cowok tapi suka ngambek. Heran aku." Ujar nya lagi.

"Biarin, gak ada yang larang kan?"

"Ih Andreas sini dong."

"Gak mau."

Anandita, atau yang biasa dipanggil Dita. Gadis itu menatap kesal pada Andreas, namun satu ide berhasil melintas di kepala nya. "Sayang?" Panggil Dita.

Saat itu Andreas langsung menoleh dan menatap dalam pada nya, "sayang, sini dong." Ucap Dita kembali dengan menyebutkan kata 'sayang'. Andreas terkekeh, senyum nya terbut hanya dengan hal sederhana yang dilakukan oleh gadis itu.

"Dipanggil sayang aja baru mau,"

"Kenapa, gak sayang beneran sama aku?" Tanya Andreas.

Dita menggeleng, "sayang dong," Dita memeluk erat Andreas. Dibalas pula oleh Andreas dengan lembut. Lelaki itu mengusap puncak kepala Dita dan mengecup nya pelan.

Andreas tersenyum dalam, lelaki itu mengusap air matanya yang berhasil keluar dari matanya. Andreas mengusap nisan tersebut, "apa kabar Sal? Aku kangen kamu." Andreas selalu memanggil gadis itu dengan nama tengah nya, bahkan dulu Dita selalu mengatakan jika ia tidak suka dipanggil Sal oleh Andreas. Namun Andreas bersikeras, ia mengatakan jika dirinya tidak mau disamakan oleh orang banyak yang sudah memanggilnya dengan nama Dita.

"Kamu udah gak pernah lagi ya datang ke mimpi aku, kenapa? Kamu marah sama aku? Jangan sampai benci ya Sal, aku gak sanggup kalau kamu benci sama aku."

Andreas kemudian tertawa sinis, ia sadar apa yang dilakukan nya sama sekali tidak akan mendapatkan respon dari Dita. "Iya aku gila, aku sudah gila saat dimana kamu ninggalin aku untuk selama nya Sal. Aku gak sanggup menjadi orang normal lagi, aku gak sanggup. Aku gak bisa nantinya melihat orang yang aku sayangi diambil lagi sama tuhan." Andreas kembali menangis. Kali ini tangis nya jauh lebih deras dari sebelum nya.

"Apa kamu sudah melihat kehidupan aku saat ini? Maafin aku, aku sudah menemukan sosok baru di hati aku Sal. Tapi percayalah kalau kamu masih punya tempat special disini." Andreas menunjuk dadanya, "kamu bahkan tidak akan pernah tergantikan Sal," Andreas mengusap air mata nya.

Andreas sampai lupa, ia membuka plastik hitam yang dibawa nya tadi. Lelaki itu menaburi bunga yang ada disana hingga menutupi seluruh permukaan makam Dita. "Maaf juga ya aku baru kesini lagi, aku cuma gak mau nangis didepan kamu Sal. Aku masih belum bisa terlihat tabah dihadapan kamu." Andreas tersenyum. Andreas terus menaburi bunga pada permukaan makam Dita hingga tidak tersisa lagi sedikit pun.

"Andreas..?"

**************

Jangan lupa vote dan comment ya semua, aku mau tau dong pendapat kalian tentang cerita Andreas sejauh ini...

Boleh dong? Terimakasih semuanya, lanjut ke part selanjutnya ya :)



(It's Bad Boy) ANDREAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang