23. Satu rahasia terpecahkan

26 3 0
                                    

[Jangan lupa vote dan comment sebelum dan sesudah membaca]

*************

Suara tepukan tangan terdengar dari kamar Clara, gadis itu kini hanya diam memegangi guling kesayangan nya. Tatapan nya bahkan hanya lurus.

"Sangat mengesankan," Fahira kembali menepukkan tangan nya, ia masih tidak bisa membayangkan betapa manis nya perlakukan Andreas kepada Clara saat di kantin sekolah tadi.

"Gue bener-bener gak nyangka Ra, terlalu sulit untuk dicerna bukan?" Ucap Marsya duduk dikursi yang ada di kamar Clara, ia meneguk minuman yang baru saja diambilnya dari dapur.

"Gimana gak nyangka coba, seorang Andreas yang terkenal dingin. Dan banyak ditakuti, tapi memiliki hati yang sangat manis. Dan itu hanya untuk lo Ra," ucap Fahira. Gadis itu benar-benar memperagakan setiap perkataan nya.

"Kalian bisa diam gak, sumpah ya gue gak bisa berpikir dengan normal kalau kalian masih aja berisik." Celetuk Clara, gadis itu menyenderkan punggung nya pada sandaran kasur.

"Lagian Clara, gue kan udah bilang kalau Andreas itu emang beneran sayang sama lo. Lo sih gak pekaan banget, lo jangan terlalu cuek sama perjuangan seseorang Ra. Nanti karma awas lo." Ujar Fahira.

"Bukan gak peka, tapi gue emang gak suka sama dia. Gimana dong,"

Fahira menghela nafas nya, "gini nih, Clara yang manis. Jaman sekarang itu gak harus tentang suka atau enggak, disaat lo udah menghargai seseorang aja nih ya, lo bakalan bisa kok suka sama dia." Ujar Fahira nenjelaskan.

"Cinta ada karena terbiasa," tambah Marsya kembali meneguk minuman nya.

"Nah," Fahira memberikan jempol pada Marsya, gadis itu hanya terkekeh. Fahira benar-benar sangat antusias membahas tentang Andreas. "Marsya aja paham, masa lo kagak sih Ra. Coba deh lo buka dikit aja hati lo, rasain gimana pengorbanan Andreas sama lo. Gimana hangat nya perlakuan dia sama lo. Aduh Clara, gue aja nih ya yang gak ngalamin aja bisa baper kali. Gimana lo, tapi kenapa lo kagak baper elah."

"Iya Ra, coba lo buka hati deh. Kalau kelamaan ditutup nanti kekunci sampai mati lho." Ucap Marsya.

"Apaan sih Sya, gak nyambung." Cecar Fahira.

"Aduh makin pusing gue, kalian sekali lagi ngomong. Gue usir dari sini." Ancam Clara, yang berhasil membuat keduanya terdiam membisu.


"Gue pernah bilang sama lo kalau jangan pernah sentuh apa pun yang gue punya!" Andreas melirik Clara yang kini sedang menatap nya, "termasuk Clara!" Kecam nya.

"gue bakalan selalu melindungin lo, kapan pun itu." Bisik Andreas.

Clara menghela nafas nya, ia selama ini Andreas selalu bantuin gue. Selalu mencoba ada disaat gue perlu bantuan, ah apaan sih Ra. Gak, jangan pernah!

*****************

Anita menatap Andreas yang sedang lahap memakan makanan nya, wanita itu mengurungkan langkah nya. Anita hanya tidak ingin Andreas pergi saat melihat dirinya, mengorbankan rasa lapar nya hanya agar tidak melihat dirinya.

"Bunda bakalan selalu sayang Yas sama kamu, bakalan selalu menunggu saat dimana kamu bakalan berubah lagi kayak dulu." Gumam Anita.

Andreas menoleh saat langkah kaki seseoranv masuk ke dalam rumah nya, Satya. Lelaki itu duduk di kursi yang berhadapan dengan Andreas. "Makan sendiri aja lo, bagi dong." Satya merebut makanan Andreas. Lelaki itu berdecak sebal karena makan nya terganggu oleh nya.

"Ambil sendiri bisa kali bang, ganggu aja lo. Datang kagak diundang, pulang kagak diantar."

Satya mendelik, "eh lo kira gue jailangkung, orang gue ganteng gini. Lo kagak tau aja di kampus berapa banyak orang yang naksir sama gue." Ucap Satya membanggakan dirinya.

"Palingan juga yang tak terlihat yang suka sama lo, secara kan lo biasa disukai sama yang kagak nampak. Kalau gitu gue percaya dah banyak yang suka sama lo," ujar Andreaa tertawa.

"Ah sial lo," Satya melemparman kerupuk kewajah Andreas.

Dari dalam sana, Anita tersenyum senang melihat Andreas tertawa. Rasanya sangat hangat walaupun bukan dirinya yang menyebabkan putranya itu tertawa.

"Gimana lo sama Clara, ada kemajuan gak? Percuma aja punya muka ganteng tapi kagak direspon." Ledek Satya mengunyah makanan nya.

"Berisik lo!" Sinis Andreas.

"Lah bener? Kasian amat sih lo, Yas. Makanya jangan durhaka. Kena karma kan lo,"

Andreas terdiam, ia mendongak. Menatap Satya datar, menyudahi makan nya sembari meneguk air hingga habis. Andreas bangkit, dan langsung menuju kamar nya.

Satya memegangi mulutnya seketika, merasa ada yang salah dengan ucapan nya. "Bodoh banget sih Sat," Satya menepuk nya pelan.

***************

Satya sibuk memainkan ponsel nya, sambil sesekali memakan cemilan yang tersedia di meja ruang tengan rumah Andreas. Satya menoleh saat merasakan kehadiran Anita yang tiba-tiba duduk dikursi sebelah nya.

"Eh Tante," Satya membenarkan posisi duduk nya. Mematikan ponsel nya.

"Sat, tadi Tante denger Andreas lagi deket sama cewek. Siapa, Clara?"

Satya hanya mengangguk, "Tante denger aku ngomong sama Andreas tadi?"

Anita tersenyum, "Tante seneng Sat Andreas udah sedikit membuka hatinya, mungkin langkah kali ini benar-benar bisa bikin dia lupa sama Dita. Jujur Sat, Tante selalu sedih saat bayangin gimana rasa sayang nya Andreas sama Dita waktu itu."

"Tan, udah ya. Aku rasa itu gak harus dibahas lagi, aku lihat Andreas juga jauh lebih bahagia sekarang. Walaupun memang dia belum melupakan Dita sepenuhnya."

Anita mengangguk, "memang sulit Sat, tapi bagaimana pun itu gak boleh terjadi. Kamu paham kan?" Satya mengangguk, ia sangat paham dengan semuanya.

"Iya Tan, tapi Andreas sudah terlanjur mencintai Dita. Bahkan sangat amat mencintai,"

"Semoga tidak akan pernah terjadi Sat, karena cinta Andreas terlaku terlarang. Andreas mencintai Dita, yang status nya,"

"Adik kandung nya sendiri," lanjut Anita, menunduk sedih.

****************

Disini udah ada yang nebak gak nih kalau akhirnya bakal kayak gini?

Kalau ada comment ya, kasih alasan dari mana kalian udah bisa nebak nya.

Ketemu di part selanjutnya nya guys :)


Salam sayang- Davinaa.

(It's Bad Boy) ANDREAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang