24. Mewakili hukuman 'Dia'

38 4 1
                                    

[Jangan lupa vote dan comment sebelum dan sesudah membaca]

****************

Clara masih mengatur nafas nya, berlari dari parkiran hingga tempat nya saat ini tidak main jauh nya. Clara memegangi lutut nya yang seakan ingin lepas dati tempat nya.

Tap. Clara membulatkan matanya saat seseorang tiba-tiba saja memegangi pundak nya, Clara melirik nya perlahan. Berharap jika bukan Pak Warsito yang memegangi nya, "ngapain lo disini?" Tanya nya heran, Clara membuang nafas lega saat mengetahui siapa yang baru saja mengejutkan nya.

"Ditanyain malah diem aja, ngapain woi?" Tanya nya lagi, Andreas.

Lelaki itu membenarkan letak tas nya, "telat, ya?" Tebak Andreas. "Makanya lain kali berangkat bareng gue aja kali Ra, dijamin kagak telat deh."

"Kebanyakan gaya lo, orang lo juga telat." Ucap Clara.

"Setidak nya telat gue masih berkelas, gak kayak lo."

Clara mendelik, "apaan coba, kagak ada sejarah nya kalau telat itu ada yang berkelas Andreas. Gak ngerti lagi gue sama lo, terlalu berhalu."

"Kalian berdua!" Clara membeku, sedangkan Andreas hanya biasa saja mendengarnya. Bahkan lelaki itu sudah mengetahui siapa pemilik suara berat itu.

"Mati gue," gumam Clara namun masih dapat didengar oleh Andreas.

"Ngapa takut sih, dia gak makan orang." Ujar Andreas, yang langsung mendapat injakan kaki keras dari Clara. "Aduh, sakit Ra." Andreas memegangi kaki nya.

"Sudah tau telat, masih aja disini. Pacaran lagi, saya semakin tidak ngerti sama jalan pikiran anak jaman sekarang." Jelas Pak Warsito menggelengkan kepala nya.

"Eh Bapak salah, kita gak pacaran. Tidak pa-ca-ran!" Tekan Clara kepada guru tua itu.

"Malah jawab kamu, saya gak mau tau. Sekarang kalian berdua ikut saya." Pak Warsito berjalan lebih dulu, membawa kedua orang itu untuk melakukan hukuman nya.

***************

"Kalian bersihkan semua ini, gak pakai lama." Lelaki tua itu meninggalkan Clara dan Andreas didepan toilet belakang sekolah. Dimana toilet itu sangat dikenal kotor dan bau sekali, Andreas menatap malas pada toilet itu. Bahkan selama ini hukuman nya selalu saja tidak berubah dari waktu ke waktu. Namun berbeda dengan Clara, ia malah bergidik ngeri melihat pemandangan didepan nya itu.

"Kenapa?" Tanya Andreas melihat Clara yang sudah terdiam.

"Beneran, harus bersihin itu?" Tanya nya lirih, Clara menelan saliva nya kasar.

"Oh lo gak pernah ya bersihin toilet," Andreas menggeleng heran, "tenang Ra, sekarang lo tinggal duduk aja disana. Biar gue aja," jelas Andreas pada Clara.

Andreas melepaskan kemeja seragam nya, meletakkan pada kursi yang ada di sana. Membuka sepatunya dan meraih alat-alat untuk melakukan bersih-bersih di toilet itu. Lelaki itu mulai membersihkan nya, dengan telaten nya Andreas menggosor lantai hingga benar-benar bersih. Menyiramkan pengharum toilet pada setiap sela lantai, agar menciptakan bau yang menyegarkan bagi siapa saja yang mencium nya.

Clara hanya memperhatikan Andreas, lelaki itu mengusap kening nya yang terus mengeluarkan keringat. Andreas mengatur nafas nya, rasa penat nya benar-benar terasa. Ia memilih duduk di kurai sebelah Clara, menjulurkan kaki nya dan memijatnya.

"Yas," panggil Clara.

Andreas menoleh, menatap Clara seolah bertanya. "Makasih," ucap nya pelan.

Andreas mengangguk, lalu kembali bangkit. Melanjutan kegiatan nya agar selesai lebih cepat.

Semoga apa yang gue lakukan bisa lo anggap sebagai perjuangan gue sama lo Ra, -Batin Andreas.

**************

"Nih minum dulu, makanya Yas lain kali itu jangan suka datang telat. Udah tau bakalan di hukum masih aja telat. Kagak ada jera nya sih lo," omel Fathur pada Andreas.

"Jangan salahin gue dong, salahin alarm gue!" Kesal Andreas, ia meneguk minuman yang diberikan oleh Fathur.

"Emang alarm lo jam berapa?" Tanya nya.

"Setengah 8," ucap Andreas santai. "Aw," Andreas meringis, memegangi kepalanya yang terasa sakit akibat jitakan dari Fathur dan juga Ridho.

"Bukan temen gue lo," ucap Fathur dan Ridho bersamaan.

"Cie barengan, jodoh itu." Ucap Andreas terkikik.

Fathur melirik Ridho, "jijik," ucap mereka kembali bersama.

Andreas tertawa, "udahlah, cocok kok. Gue tunggu tanggal official nya ya, gue selalu dukung kok."

"Apaan sih!" Kesal Ridho, "gue masih normal kali Yas,"

"Gue juga, lo tuh yang harus hati-hati. Kelamaan jomblo gegara nunggu Clara peka lama amat, trus frustasi deh." Ujar Fathur, Ridho terkikik. Keduanya saling melekatkan telapak tangan nya, kemudian tertawa.

"Bodo, biarkan heters berkata." Ucap Andreas.

"Kan, kebanyakan halu ini anak. Sadar Yas." Ridho menepuk-nepuk kening Andreas pelan. Membuat sang pemilik nya kesal.

**************

Andreas berjalan beriringan bersama Fathur dan juga Ridho, ketiga nya bercerita hingga tertawa lepas sekali pun. Hingga setengah perjalan nya, ketiga nya berhenti. Andreas, lelaki itu menatap mata Clara yang kini juga tengah menatap nya.

Fathur melirik Andreas dan Clara bergantian, senyum nya terbit. Satu ide iblis muncul di otak nya, Fathur menepuk keras pundak Andreas. Membuat lelaki itu meringis kesakitan, dan adegan tatapan antara Andreas dan Clara pun terputuskan.

"Sakit bego!" Bentak Andreas.

Fathur tertawa, "ganggu aja sih thur, kalau iri mah bilang aja." Ucap Fahira membuat Ridho tertawa.

"Mamam tuh, akhirnya ada juga orang yang mewakili pemikiran gue." Ucap Ridho. Ia memberikan telapak tangan nya, yang dibalas tepukan oleh Fahira.

Clara gadis itu hanya diam, dan memilih berjalan lebih dulu dibanding kedua teman nya. Andreas melirik Clara yang menjauh, "eh Ra tungguin kita dong," teriak Fahira saat Clara yang sudah berjalan lebih dulu.

"Kita duluan ya, bye." Fahira menarik Marsya dan berlari mengejar Clara.

******

TBC.

Sampai ketemu di part selanjutnya gengs.

Jangan lupa vote dan comment ya,

Enjoy!

(It's Bad Boy) ANDREAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang