31. Bad boy menangis, lagi.

17 0 0
                                    

[Jangan lupa vote dan comment sebelum dan sesudah membaca]

**************

Andreas memegangi gundukan tanah dengan nisan yang tertuliskan Anandita Salfina, lagi dan lagi Andreas hanya bisa menatap sendu pada nisan itu. Air matanya kembali menetes, sulit untuk menyeka nya.

"Semalam aku melakukan itu lagi, Sal. Aku udah ingkar sama apa yang aku janjikan sama kamu, maafin aku ya.."

"Sayang," lirih Andreas. Hatinya benar-benar terasa sesak, Andreas tertawa hambar. Mengusap air matanya kasar, "kamu lihat kan Sal, aku bahkan bodoh banget harus nangis di hadapan kamu. Aku laki-laki cengeng yang hanya bisa nangis Sal, dan kamu tau apa penyebab nya? Kamu Sal, kamu. Kamu yang udah bikin aku berubah, kamu yang udah bikin pertahanan ku hancur. Dan kamu pergi setelah kamu melakukan semua nya Sal, kamu jahat ya?" Andreas memukul tanah disebelah nya kencang, boleh kah ia berteriak? Andreas ingin melakukan nya.

"Kenapa sih tuhan harus mengambil orang yang aku sayang? Iya aku sayang sama kamu! Aku gak mikirin apa persetan dengan hubungan itu Sal, aku sayang sama kamu. Sayang banget! Kamu tahu kan, tapi kenapa kamu tinggalin aku!"

Andreas mengepalkan tangan nya, "andai kamu nurut sama yang aku katakan Sal, kamu tetap bersama ku dan menjalin kisah itu. Aku yakin kita bakalan bahagia sekarang, kenapa kamu bodoh banget sih ninggalin aku demi laki-laki brengsek itu. Ah shit! Aku gak kan diam Sal, aku akan selaku ingat bagaimana dia memperlakukan kamu. Kamu orang yang aku sayang, kamu pacar, sekaligus.. Adik aku Sal," Andreas menunduk, bahkan untuk mengakuinya saja terasa sesak bagi Andreas.

"Andreas!" Andreas menatap sayu pada Fero dan Fathur berjalan mendekat kearah lelaki itu, Fathur berdecak. Lagi dan lagi lelaki itu melakukan kelemahan nya dengan cara berada ditempat ini.

Fathur mengangkat tubuh Andreas agar berdiri, dibantu oleh Fero. Keduanya membopong Andreas meninggalkan pemakanan itu, membawa nya kemobil Fathur dan mendudukan lelaki itu.

"Ngapain kalian bawa gue kesini? Kalian gak paham gue habis ngapain sama Salfina,"

"Sadar Yas, lo harus sadar! Clara. Lo sayang Clara kan, Clara jauh lebih baik dari Dita." Ucap Fathur.

Andreas tertawa, "tapi...

"Stop! Lo bilang ke gue, gak bakal biarin ada lagi korban dari Dennis. Sekarang lo tau kan Clara dalam bahaya? Dennis kembali mau menghancurkan lo, Yas. Sadar. Mana Andreas yang kemarin?"

"Dennis? Brengsek." Desis Andreas.

"Iya dia brengsek, lo harus bisa habisin dia!"

Senyum sinis Andreas tercipta, "tunggu nanti," Gumam Andreas pelan.

***************

Clara fokus pada ringkasan yang baru saja diselesaikan oleh guru biologi di depan sana, Clara selalu membenci dalam mencatat. Baginya terlalu membuang waktu saja, apa gunanya ada buku cetak jika dirinya harus disusahkan lagi dengan mencatat materi.

"Sudah?" Tanya guru biologi tersebut.

"Belum Buk," jawab semuanya, termasuk Clara.

"Cepet ya, masih ada lanjutan nya." Ucap nya lagi.

Clara terdiam, mengusap dadanya. Memastikan jika debaran jantung nya berfungsi dengan benar, "bisa mati mendadak gue kalau tiba-tiba aja dikasi catatan seabrek gini." Keluh Clara.

"Kenapa Clara?" Tanta guru tersebut.

Clara menatap cengo guru itu, lalu tersenyum canggung. "Gak ada Buk," ucap nya, Clara kembalu melanjutkan kegiatan nya. Mencatat materi itu hingga tangan nya terasa sangat pegal dibuat nya.

"Bisa lepas nih tangan dari posisi nya," ujar Clara melakukan peregangan pada jari-jarinya.

"Bukan lepas lagi sih, tiba-tiba tiada si jari." Tambah Marsya, ketiga gadis itu benar-benar merasakan sakit di tangan nya termasuk jari-jarinya.

Setelah melewati masa kesengsaraan, Clara dan teman-teman nya pun memutuskan untuk bergegas ke kantin. Rasanya perutnya menjadi lapar seketika, dipertengahan jalan seperti biasa Vania menatap sinis pada ketiga nya. Namun Clara tidak menggubris, bahkan melihat nya saja tidak.

"Bocah songong," decak salah satu teman Vania.

Fahira, gadis itu mendengar ucapan wanita iblis itu. Fahira berhenti dan menatap tajam pada Vania dan teman-teman nya. "Maksud lo apa? Lo lebih tua dari kita, tapi kelakuan lo jauh lebih bocah!" Ketus Fahira.

"Eh lo makin lama makin melunjak ya," cecar Vania, ia mendekat kearah Fahira.

"Apa? Lo kira gue bakalan takut sama lo, mentang-mentang lo kakak kelas bukan berarti adik kelas itu harus tunduk sama lo!"

Vania melayangkan tangan nya, Clara yang melihat itu langsung menahan nya. "Sekali aja gak bikin masalah kenapa, sih? Sesusah itukah?" Ucap Clara menatap datar pada Vania.

Vania tersenyum hambar, melepaskan tangan nya dari Clara. "Lo jangan kebanyakan gaya deh kayak temen lo yang satu ini, adik kelas kok songong!"

"Kita gak bakal kayak gini kalau lo gak songong duluan!" Celetuk Fahira.

"Apa ini?" Andreas beserta teman-teman nya datang, lelaki dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana nya itu menatap datar Vania. Ia sudah yakin kalau wanita iblis itu kembali berbuat masalah.

"Lo lagi lo lagi, kayak gak ada kerjaan lain lo. Harus banget nindaa adik kelas?" Cecar Fathur.

"Andreas," gadis itu mendekat pada Andreas. Memegangi lengan cowok itu dan tersenyum hangat. Bukab nya suka, Andreas menghempaskan tangan nya membuat Vania hampir saja terjatuh.

"Jalang," ucap Fahira pelan.

Marsya yang mendengar itu langsung menoleh pada Fahira, "jangan gitu Fah," ucap nya.

"Jaga ya mulut lo!" Bentak Vania.

Fahira menatap menatang pada Vania, "kenapa, lo marah? Nyata nya emang gitu kakak Vania yang terhormat."

"Udah biarin aja dia, cabut aja." Ucap Andreas. Ketiga lelaki itu pergi, diikuti dengan Clara dab juga kedua temannya.

Meninggalkan Vania yang terus menggerutu karena misi nya gagal dan terus kembali gagal.

*****************

(It's Bad Boy) ANDREAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang