- Enam -

712 54 4
                                    

"Kyla "

Teriak Rezky dari gerbang rumah Kyla. Ia langsung turun dari sepeda nya dan berlari menuju Kyla yang baru saja turun dari mobil nya.

Ia dengan cepat meraih tangan Kyla yang akan kembali lari.

"Lepas !"

"Kenapa ?" Tanya Rezky, saat melihat Kyla begitu dingin padanya. "Abang ada salah sama kamu ? Kenapa ngehindarin abang gini banget ?"

Kyla diam, ia malah membuang pandangan nya dari Rezky. "Biasa aja "

Rezky menggeleng lemah, matanya menatap Kyla dengan lirih. Ia rasa sudah cukup dua minggu bahkan lebih Kyla menghindari nya dengan alasan yang sama sekali tidak di ketahui nya.

"Kasih tau abang, kamu kenapa ? Kesalahan apa yang udah abang buat, sampai kamu ngejauh dari abang, bahkan gak ada jenguk abang sama sekali. Kyla ?" Ucap Rezky, masih dengan tutur kata yang lembut dan juga bersabar.

Kyla diam, ia mengeraskan rahang nya, menggigit gigi nya dengan kuat. Matanya mulai berkaca. Rezky meraih tangan nya, tapi Kyla dengan kasar menariknya kembali.

"Kyla " panggil Rezky, dengan nada lelah.
Kini ia menatap Kyla dengan sangat lirih bahkan matanya berkaca.
Sedangkan Kyla masih memalingkan wajah nya dari Rezky. "Apa salah abang, La ? Biar abang perbaiki. Abang minta maaf kalau memang abang punya salah "

Kyla tetap diam, matanya mulai memerah menahan tangis. Apalagi saat Rezky maju satu langkah dan memeluk nya.
Langsung air matanya jatuh.

Hiks hiks

Rezky memejamkan kedua matanya, tidak tau kenapa merasa nelangsa mendengar Kyla menangis.

"Maafin abang " bisik Rezky lagi mengulang nya.

Tangisan Kyla makin pecah, dengan kasar ia mendorong Rezky hingga melepaskan pelukkan nya.

"Enggak!" Jerit Kyla.

Membuat Rezky kaget bukan main. "Gak semudah itu!!" Jeritnya lagi, dengan isakkan nya.

Rezky memandangnya dengan tatapan tidak mengerti. "Abang fikir dengan maaf bisa ngehidupin Rian lagi!!? Enggak!! Abang ngambil hidup dia!! Ngambil Rian!! Abang egois.!! Abang jahat!! Kyla benci sama abang!!"

Kyla menjeritkan itu semua pada Rezky. Setelah itu langsung berlari kedalam rumah nya.

"Kyla " panggil Rezky menyusul.

Ia mengejar Kyla hingga ke lantai dua, kedepan pintu kamar Kyla. Bahkan saat ia masuk, sama sekali tidak menyadari kehadiran Shania dan Agam yang menatap nya heran.

"Kyla, maafin abang.! Jangan gini " seru Rezky di depan pintu. Ia mencoba berkali - kali membuka pintu itu. Tapi di kunci.

Bisa mendengar dengan jelas suara isakkan tangis Kyla di dalam sana.

"Abang minta maaf kalau udah jahat sama kamu, maafin Abang. Kyla, tolong keluar kita bicarain semuanya "

Sekeras apapun Rezky membujuk dan menyerukan namanya. Kyla tidak membuka pintu nya. Bahkan gadis itu kini menangis di atas kasur.

Ia masih ingat dengan jelas apa yang membuat Rian pergi untuk selamanya.

"Kamu kayak nya senang banget cerita tentang abang sepupu kamu itu " ujar Rian, sautu malam saat mereka berdua menghabiskan waktu di sebuah stasiun kereta.

Kyla tersenyum malu, muka nya memerah tiba - tiba. "Keliatan banget ya ?"

Cowok tampan itu mengangguk, dengan senyuman yang jelas di paksa kan. "Jangan - jangan kamu cinta lagi ya sama dia ?"

We ( Rezky )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang