- Sepuluh -

680 62 1
                                    

Dika baru saja keluar dari dalam ruangan nya, ia berniat untuk menuju pantry yang ada di lantai tempat ruangan nya dan Radith berada.
Ia memang terbiasa membuat minuman sendiri, walau sebenar nya bisa saja ia yang sebagai pemilik tertinggi perusahaan R&D Art menyuruh OB.
Tapi, Dika lebih suka untuk membuat minuman nya sendiri kalau memang ia tengah lengang.

"Dith, gue mau bikin kopi, mau sekalian gak ?" Tanya Dika, saat ia melewati ruangan sahabat nya yang pintu kerjanya sedang terbuka.

"Gak deh, baru aja di bikin sama Noni " jawab Radith.

Dika mengangguk, ia pun melanjutkan perjalanan nya menuju pantry. Memasuki sebuah koridor kecil yang menuju ke arah Toilet dan juga Pantry.

Cklek

Pintu Pantry di buka dari luar oleh nya, dan ia melihat seorang laki - laki remaja sedang berdiri membelakangi nya mengenakan seragam OB perusahaan nya.

"Rian " panggil Dika.

Laki - laki itu sedikit terkaget, ia tetap tidak berbalik atau menoleh pada Dika. Tetap berdiri membelakangi Dika.

"Rian " ulang Dika lagi, ia melangkah mendekat dan berdiri di samping Rian.

"Kamu kenapa ?" Tanya Dika, kaget melihat muka Rian yang pucat pasi.

Apalagi laki - laki remaja itu terlihat seperti menahan sakit. Ia dengan jeli meneliti Rian. Dan semakin kaget saat tiba - tiba sajan Rian mengaduh sakit sambil memegangi area perut.

Bruk

"Rian!, hei.. " serunya kaget, saat tiba - tiba saja Rian jatuh dan kemudian pingsan.

Pria tampan itu langsung bertindak cepat, ia menelfon ambulance dan kemudian menggendong Rian untuk keluar dari pantry.

Ia membawa Rian kerumah sakit dan Radith juga ikut serta. Karena saat Dika keluar pantry ia berteriak meminta tolong pada Radith. Dan mereka berdua pun membawa Rian menuju lantai paling dasar.

"Dok, gimana keadaan nya ?" Tanya Dika, dengan cemas.

"Anda keluarga nya ?" Tanya sang Dokter.

Dika dan Radith saling lirik, kemudian dengan mantap Dika mengangguk. Ia tau kalau Rian sebatang kara, ia hanya tinggal bersama seorang adik. Itu yang di katakan Kyla dulu saat meminta nya untuk memberikan perkerjaan pada Rian.

"Mari kita bicara di ruangan saya " ujar sang dokter.
Dika pun mengangguk, ia meminta Radith untuk menemui Rian di dalam. Sedangkan diri nya mengikuti sang dokter yang tadi menangani Rian.

"Gimana ke adaan nya, Dok ? Apa ada yang serius ?" Tanya Dika, benar - benar cemas.

Dokter yang sudah berumuh setengah abad itu menghela napas berat. Ia menatap sedih pada Dika.

"Dia terkena leukimia stadium akut. Seharus nya dia tidak bekerja keras. Kondisi nya sudah sangat lemah "

Untuk sejenak, Dika lupa bernapas. Ia masih mencoba menerka apa yang di kata kan oleh dokter Tio.
Selama ini ia tidak melihat kalau Rian sakit. Bahkan anak muda itu sangat bersemangat. Bagaimana ia bisa sakit parah seperti itu ?

Kangker darah atau leukimia stadium akhir.

***

"Kenapa kamu tidak cerita tentang penyakit kamu ?" Tanya Dika.

Setelah seminggu kemudian, dan Rian tidak mau di rawat dengan alasan adik nya tidak ada yang jaga.

Kini ia memutuskan untuk berbicara serius dengan Rian di sebuah restoran yang dekat dengan kantor.

We ( Rezky )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang