- Sembilan -

643 61 1
                                    

Sret

Tatapan Rezky yang tadi nya kosong, kini beralih pada sebuah pesawat kertas yang mendarat tepat di dekat sepatu nya.
Ia menoleh ke belakang nya, bahkan ke seluruh ruangan yang memang kosong.

Dengan heran ia menunduk meraih pesawat kertas tersebut.
Matanya kembali mencari si pemilik sambil tangan nya membuka lipatan pesawat kertas tersebut.

Tanpa sadar ia mengukir senyum nya membaca tulisan juga gambar smile yang tertera di lembar kertas itu.
Ia kembali memutar badan nya mencari siapa yang memberikan nya pesawat kertas tersebut.
Sambil melangkah keluar dari dalam kelas, menoleh kiri kanan koridor lantai dua.
Kosong.

Ia kembali menunduk untuk melihat kertas itu, dan lagi - lagi ia tersenyum dan kemudian menggeleng.
Rezky melipat kertas itu seperti semula dan kemudian memasukkan nya ke dalam ransel nya.

Sekolah sudah mulai tampak sepi, hanya ada beberapa yang sedang bermain bola atau para anggota osis yang sedang melakukan rapat.

Ia melihat Devin di depan ruang osis, sahabat nya itu sedang berbicara dengan dua orang gadis sebaya. Mungkin sedang menjelaskan sesuatu.
Rezky hanya melambaikan tangan dan kemudian mengkode kalau dia duluan pulang. Dan Devin hanya mengangguk.

Dengan langkah santai dan juga sedikit menghela napas berat ketika kejadian tadi terbesit lagi. Kemarahan dan kekecewaan Kyla bisa ia rasakan dengan jelas. Ia masih tidak mempercayai ucapan Kyla, tidak mungkin Ayah nya bisa seegois itu. Mengorbankan hidup orang hanya untuk dirinya.
Ayah nya tidak seperti itu, ia sangat tau bagaimana perangai ayah nya. Jadi, tidak mungkin ia bisa percaya begitu saja dengan ucapan Kyla.

Tin Tin Tin

Lamunannya buyar karena suara klakson mobil di belakang nya. Membuat Rezky berbalik ia bisa melihat dengan jelas sosok cantik seorang Deana Wardana yang duduk di balik kemudi dengan muka tanpa ekpresi menatap malas padanya.

Tiinnn

Suara itu kembali berbunyi nyaring membuat Rezky dengan cepat menyingkir dari depan mobil Sport merah milik Dee.
Mobil itu melejat dengan laju melewati nya begitu saja. Dan Rezky malah masih berdiri menatap kepergian mobil sport itu.

"Abangg "

Rezky langsung tersenyum saat matanya menangkap sosok Kevan yang berada di dalam mobil BMW putih di bagian penumpang samping kemudi. Dengan sedikit berlari ia menghampiri mobil tersebut.

"Kevan, Bunda " sapa nya pada Kevan dan juga Naomi yang berada di balik kemudi.

Kevan membuka pintu mobil dan menyuruh Rezky masuk. Dan ia memilih untuk pindah ke belakang.

"Bunda kok tau, abang belum pulang. Padahal Yasya udah pulang " ujar Rezky mengenakan seatbeltnya. Dan mobil melaju dengan santai.

"Tadi bunda abis dari rumah sakit, kan emang selalu lewat sini. Dan Kevan ngeliat kamu berdiri di depan gerbang sekolah " ujar Naomi.
"Kok gak bareng sama Devin atau Kyla. Atau Yasya ?"

"Devin lagi ada tugas osis, Kyla mau jalan dulu sama teman - teman nya. Kalau Yasya hari ini lebih cepat, tadi nya sih mau naik bis aja " jawab Rezky.

"Bang, anak perempuan yang di rumah abang itu siapa ? " tanya Kevan,

"Diana ?"

Kevan mengangguk. "Adik nya abang lah ?"

"Masa sih, emang Bunda Kinal kapan melahirkan nya ? "

Naomi tersenyum mendengar ucapan anak nya yang terlihat sangat penasaran. Sedang kan Rezky terkekeh geli sendiri. Namun mendengar pertanyaan Kevan ia kembali mengingat ucapan Kyla. Ia menoleh pada Naomi.

We ( Rezky )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang