Pagi ini, nyonya dan tuan Sangpotirat sudah berada di rumah setelah kepulangan mereka dari Milan. Keduanya tengah menunggu ketiga putra Sangpotirat yang belum sampai di meja makan, untuk sarapan bersama.
"Selamat pagi Pho, Mae..." Sapa Tee, seperti biasa ia akan datang lebih awal jika dibandingkan dengan yang lain.
"Pagi Mae, pagi Pho..." Belum sempat kedua orang tuanya menjawab, sang adik sudah tiba. Krist berjalan sembari membenarkan dasinya. Bass mengikuti dari belakang punggung Krist dengan senyuman.
"Selamat pagi..." Mae dan Pho mengucapkan secara bersamaan.
Pagi itu, sarapan di mulai dengan beramah-tamah serta celotehan Bass yang sempat berlibur di Milan setelah kabur dari Tee dengan bantuan Krist.
"Eum, Mae, Pho... Ada yang ingin aku bicarakan..." Ujar Tee tiba-tiba, mengubah suasana menjadi sedikit hening di bandingkan sebelumnya.
Mae menatap Pho sebelum lanjut bertanya, "Ada apa Tee? Apa sesuatu yang serius?"
Krist dan Bass saling menatap, tapi keduanya sama-sama tidak mengetahui apapun tentang apa yang akan Tee katakan.
"Eum ini sedikit serius, tapi bukan sesuatu yang buruk..." Krist menatap ke arah Mae dan Pho, terdengar keraguan di kalimatnya.
"Ada apa Tee? Kau bisa mengatakan apapun kepada kami." Pho mencoba membuat Tee percaya diri dengan apa yang akan dikatakannya.
"Itu.." Tee menatap ke arah Krist dan Bass, terlihat bagaimana ia gugup dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Aku ingin merawat seorang bayi..." Tee dengan sepat menggigit bibir bawahnya, menutup mata erat karena takut dengan reaksi Mae dan Pho.
"Astaga! Mae kira kau membunuh orang! Itu adalah hal yang baik!" Ucapan Mae membuat Tee membuka matanya, menunjukkan sebuah keterkejutan dan kelegaan dalam waktu yang bersamaan.
Tee menatap ke arah Krist dan Bass yang sudah tersenyum dengan tulus, seolah mengatakan jika mereka bangga memiliki kakak seperti dirinya.
"Jadi, katakan alasannya... Namun, jika itu hanya karena keinginan sesaat, Pho menolak..." Pho terdengar memperingatkan Tee.
Tee menggeleng pelan sebelum menjawab, "Jadi beberapa hari yang lalu ada seorang bayi yang mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuanya dan hanya bayi tersebut yang selamat. Aku sudah mencari tau tentang latar belakang keluarganya, tapi aku tidak menemukan hal baik tentang mereka. Bayi itu tidak memiliki keluarga, aku merasa kasihan jika ia harus dibawa ke panti asuhan, jadi aku berniat merawatnya...."
"Mae akan membantu merawatnya, kau bisa tetap bekerja, dan biarkan Mae ikut merawat." Mae mengucapkannya dengan semangat,
"Jadi, kapan ia kau bawa pulang?" Tanya Pho, terlihat jika Pho juga ingin seorang bayi di keluarga itu.
"Hari ini, aku akan membawanya pulang..."
"Mari kita adakan perayaan kecil untuknya. Berapa usianya?" Tanya Mae.
"Sekitar satu bulan..." Ujar Tee.
"Eum, mari jadikan hari ini sebagai hari kelahirannya, dan menyiapkan nama yang baik untuknya..." Mae benar-benar bersemangat dengan berita ini.
"Eum, maaf Mae dan Pho mengganggu kebahagiaan kalian. Tapi, ada sedikit pertanyaan yang ingin Krist bicarakan juga. Dan ini sepertinya bukan hal yang baik..." Krist memotong tawa yang pecah di antara keluarganya.
"Sesuatu yang buruk? Apa itu?" Pho bertanya dengan wajah sedikit lebih tegang.
"Apa ada hal yang lebih buruk selain kenakalan Bass?" Mae mencoba mencairkan suasana di ruang makan.
"Hmmm... Apa menurut Mae dan Pho tentang hubungan sesama jenis?" Mae dan Pho tampak terdiam namun, Mae dengan sepat tersenyum.
"Jadi, apakah Krist yang menerima atau yang menyerang? Apakah Krist pihak bawahnya? Lelaki mana yang bisa meluluhkan hatimu?" Bukan kemarahan yang Krist dapat, tapi godaan dari sang Mae, membuat Pho tidak dapat menahan tawanya.
"Aku sudah bisa menebak jika kau akan menjadi pihak penerima. Lihat bagaimana kecantikanmu yang tidak dapat disembunyikan itu. Hahaaaa..." Pho ikut menggoda Krist.
"Mae... Pho..?" Krist merengek, pipinya sudah memerah hingga telinga.
"Dengar Krist, tidak masalah jika kau menyukai lelaki atau perempuan. Itu bukan masalah genre, itu hanya masalah cinta dan kebahagiaan! Ingat itu!" Mae kembali tersenyum.
Krist mengangguk mengerti, berbeda dengan Bass yang sudah menunjukkan sebuah senyuman yang sulit di artikan. Setelah pembicaraan dan serangan-serangan yang ditujukan kepada Krist, sarapan pagi itu berakhir dengan canda tawa tiada henti. Tee berangkat ke tempat kerjanya, Krist menuju ke kantornya.
.
.Hari sudah mulai malam saat Krist dan Singto duduk bersama di sebuah sudut restoran. Singto yang memilih tempat duduk ini, ia mengatakan jika ingin sekalian mengawasi phi nya yang akan bertemu dengan orang lain.
"Apa Phi Sing tidak salah? Kenapa mengawasi--" Krist hendak menanyakan tujuan Singto, namun ia baru saja melihat seseorang yang sangat familiar tak jauh darinya.
"Phi Tee!?" Krist sudah berdiri dari duduknya, membuat Tee langsung menemukan sumber suara. Singto ikut berdiri dan berbalik.
"Phi?" Singto terkejut saat menyadari jika lelaki yang di panggil Phi oleh Krist adalah Tee, Tee yang sama dengan dokter di rumah sakit.
"Oh Krist! Syukurlah! Selamat malam Tuan Sing..." Tee tengah menggendong seorang bayi sembari memberi hormat pada Singto.
"Krist, tolong gendong Wayo dulu! Aku mau mengambil kereta bayi, Dokter Jirakit sudah didepan..." Krist hanya mengangguk dan mengambil alih Wayo, bayi itu diberi nama oleh Tee dan Mae.
"Aku akan menjaganya..." Tee hanya mengangguk dan pergi meninggalkan keduanya.
Saat keduanya hendak duduk, Tae tiba-tiba datang dengan nafas yang tak teratur.
"Phi, baru saja dikejar anjing?" Tanya Singto saat tau Tae tiba-tiba duduk disampingnya.
"Aku terlambat karena macet, tapi syukurlah dia belum datang..." Itulah kalimat yang diucapkan Tae sebelum mengambil alih minuman Singto.
"Oh, selamat malam Nong Krist, maaf mengganggu kencanmu. Tunggu! Siapa itu?" Tae menunjuk Wayo yang ada didalam gendongan Krist.
"Aku juga ingin menanyakan hal yang sama..." Singto mengangguk setuju dengan pertanyaan Tae.
"Kakakku, Phi Tee. Ia ingin merawat bayi ini, jadi ya karena ada beberapa hal, ia harus membawa si kecil ini bersamanya." Krist menjelaskan dengan mudah.
"Tee?" Singto menunjuk ke arah Tee pergi dengan ibu jarinya, Krist mengangguk tapi kedua matanya kembali fokus pada Wayo yang baru membuka mata.
"Apa Tee yang sama?" Tanya Tae dan Singto mengangguk sebagai jawaban.
"Kalian mengenal kakakku?" Tanya Krist, namun belum sempat Krist mendapatkan jawaban, Tee sudah kembali dengan sebuah kereta bayi.
"Maaf merepotkan mu Krist. Dia tidak menangis kan?" Tee belum menyadari jika ada Tae disana, ia terlalu fokus dengan mengambil alih Wayo.
"Sebaiknya Phi pulang, tidak baik membawa bayi keluar di malam hari" Krist mencoba memberikan nasihat untuk Tee.
"Kau benar, tapi aku ada janji dengan se--" Tee baru menyadari jika Tae sudah ada disana.
"Oh, anda sudah tiba..." Ujar Tee.
Tae tersenyum lembut, "Sebaiknya kita segera makan sebelum kembali. Aku akan mengantarmu pulang nanti..."
"Begitu lebih baik..." Tee memindahkan Wayo ke kereta bayi, menutup tudung jaringnya, setelah memberikan selimut untuk Wayo.
.
.
..TEBECEH.